Berbagai prediksi mengungkapkan harga emas di pasar spot pada pekan ini bakal terus naik karena didorong berbagai sentimen global yang kini terjadi.
Seperti yang ditulis laman keuangan “bloomberg,” Senin pagi WIB,, direktur Perdagangan Global Kitco Metals Peter Hug menyatakan, emas telah menembus level kritis resistensinya dan momentum harga emas diperkirakan bakal cenderung terus naik.
“Melihat berbagai sentimen global yang tengah terjadi, saya optimistis akan harga emas di pasar. Mulai dari permasalahan tarif China, kemudian sejumlah bank Italia yang kini alami krisis finansial, hingga persoalan demonstran Hong Kong. Jadi banyak masalah makro ekonomi global yang membuat Anda ingin berada di pasar emas. Segala hal ini ialah peluang pembelian emas untuk Anda,” papar Hug kepada Kitco News.
Hug melanjutkan, sebagai aset aman atau safe haven, harga emas diproyeksi bakal terus naik bahkan menembus seribu enam ratus dollar per ounce.
Menurutnya, inversi kurva yield secara historis sembilan puluih lima persen akurat dalam memprediksi resesi namun biasanya juga menyebabkan penurunan ekonomi dalam satu tahun hingga kurun waktu delapan belas bulan lamanya.
“Meskipun inversi akan datang, dan itu dengan asumsi inversi tetap ada, itu dapat diperbaiki dengan cukup cepat oleh penurunan suku bunga The Fed, tetapi dengan asumsi inversi tetap di tempat, kami memprediksi resesi sekitar tahun depan,” katanya .
Kendati demikian, Hug melihat fenomena harga perak justru relatif lebih murah ketimbang harga emas bagi investor di Hong Kong. Begitu juga dengan logam putih, bahkan lebih disukai dibanding emas.
“Kami melihat permintaan ritel yang ekstrim untuk perak dari kantor kami di Hong Kong dan ini belum pernah terjadi dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Kami mengalami kesulitan memenuhi permintaan fisik bar dari kantor kami di Hong Kong sekarang,” pungkasnya.
Diakhir pekan lalu, harga emas sempat melemah akibat tekanan kenaikan bursa saham.
Harga emas jatuh pada perdagangan hari Jumat karena penguatan bursa saham dan dolar Amerika Serikat
Namun kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan kurang jelasnya pembicaraan perang dagang AS-China membuat penurunan harga emas tak begitu besar.
Namun jika dihitung secara mingguan, harga emas naik lebih dari satu persen pada pekan ini.
Untuk harga emas berjangka AS ditutup turun nol koma lima persen
“Indeks dolar AS sedikit menguat, bursa saham juga kembali naik. Pelaku pasar sedikit beralih ke instrumen yang berisiko pada perdagangan kali ini,” jelas analis RJO Futures, Phillip Streible.
Selain itu, penurunan harga emas juga diakibatkan aksi ambil untuk pelaku pasar setelah harga logam mulia tersebut mengalami kenaikan berminggu-minggu.
Harapan pelaku pasar akan adanya stimulus ekonomi dan pelonggaran kebijakan moneter di beberapa negara mendorong pasar saham menguat pada perdagangan Jumat. Indeks dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama lain juga naik nol koma satu persen.
“Dikihat secara teknikal, harga emas masih terlihat bagis. Tetapi kita harus melihat di atas level seribu lima ratus dollar per ounce untuk bisa mendorong kembali ke reli jangka panjang,” jelas Streible.
Harga emas telah naik lebih dari USD 100 sejak awal bulan di tengah kejatuhan imbal hasil obligasi global dan meningkatnya perang dagang.
Harga emas naik pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga emas karena kekhawatiran atas penurunan ekonomi global dan kurangnya kejelasan penyelesaian perang dagang AS-China.
Namun kenaikan harga emas terbatas karena investor melihat data ekonomi AS seperti penjualan ritel tidak meosot terlalu dalam.
Kenaikan harga emas ini terjadi karena kembalinya kekhawatiran akan resesi global akibat turunnya perekonomian beberapa benua. Selain itu ada keresahan-keresahan lain yang mengakibatkan investor wait and see.
Keresehan tersebut antara lain perang dagang antara AS dengan China yang tak kunjung selesai. Adanya demo besar-besaran di Hong Kong dan juga masalah Brexit yang belum ada titik temu.
“Tetapi penjualan titel AS yang kuat memberikan harapan kepada pelaku pasar,” jelas analis TD Securities Daniel Ghali.