Captain Marvel?
Ya, serial ini sepertinya tidak hanya pantas dinanti tapi juga merupakan salah satu kunci dari kisah Marvel Cinematic Universe.
Film dengan tokoh superhero perempuan itu pantas dinantikan karena gemuk akan suguhan nostalgia era 90-an.
Mengambil latar waktu tahun Sembilan puluhan, Captain Marvel menampilkan secara terperinci detail nuansa, benda, ruang, hingga mode di era tersebut.
Setidaknya ini terlihat pada trailer pertama Captain Marvel yang baru saja dirilis pada September lalu.
Pada trailer yang berdurasi sat menit lima puluh tujuh detik tersebut, Marvel menghadirkan banyak hal dari era Sembilan puluhan yang bisa membawa penggemar film Marvel bernostalgia.
Dimulai dari adegan dimana Carol Danvers menghantam Toko Video Blockbuster.
Toko ini adalah tempat rental video dan games di kala itu, sebelum adanya online streaming seperti saat ini.
Seperti dilansir Wired, Toko Video Blockbuster sendiri mengalami kebangkrutan pada delapan tahun lalu. Saat ini hanya tersisa di satu lokasi saja.
Logo berwarna biru pada toko Blockbuster dalam trailer tersebut, seketika langsung mengingatkan penonton pada masa-masa rental video begitu menjamur.
Adegan jatuhnya Carol Danvers di toko tersebut, seakan menegaskan toko tersebut sebagai peninggalan era Sembilan puluhan.
Selain Toko Video Blockbuster, ada juga scene yang memperlihatkan terminal Los Angeles dengan gaya yang masih kuno seperti di masa sembilan puluhan.
Pakaian yang dikenakan orang-orang di terminal tersebut juga khas tahun sembilan puluhan an.
Detail lainnya adalah mobil-mobil jadul yang tren di masa sembilan puluhan. Tidak lupa kaos Nine Inch Nails yang dikenakan Danvers, meski tidak terlalu terlihat di trailer namun penggemar Marvel pasti tahu kaos tersebutlah yang digunakan Danvers.
Yang paling ikonik adalah penggunaan Beeper
Ini merupakan sebuah alat elektronik di era itu, jauh sebelum telepon genggam menjamur seperti sekarang.
Pager juga menjadi alat komunikasi penting antara Captain Marvel dengan Nick Fury.
Hal ini juga sedikit menjawab mengapa pada post credit scene Avengers: Invinity Wars, Nick Fury mengirimkan pesan pada Captain Marvel dengan menggunakan Pager, meski dalam bentuk yang lebih modern.
Adegan Carol Danvers sebagai pilot yang bermandikan sinar matahari juga sangat mirip dengan film Top Gun yang dirilis pada tahun 1986.
Sebagian dari kamu yang sudah menonton trailernya mungkin berfikir, “Kenapa harus dengan tema ?”. Kapten Marvel membutuhkan cerita asal untuk ‘kontinuitas’ pada film-film Marvel lain.
Sebagaimana kita tahu, pertengahan abad ke-20 sudah diambil oleh Captain America, Agent Carter, dan Ayah Iron Man. Sementara abad ke-21 sudah menjadi milik Avengers.
Jadi dalam hal kontinuitas, latar belakang waktu terbaik untuk menempatkan Kapten Marvel adalah di era Grunge.
Masa dimana kita sudah memiliki cukup teknologi untuk mengenal dunia, namun juga cukup tua sehingga tidak memerlukan ponsel di setiap adegannya.
Selain itu, sinkronisitas film pertama perempuan di Marvel ini juga ditempatkan apda era 90-an yang merupakan masa kelahiran Third Wave Feminism.
Penggunaan tema Sembilan puluhan ini juga termasuk sebagai layananan penggemar Marvel.
Diketahui, sebagian besar penggemar Marvel Cinematic Universe dan penggemar komiknya adalah generasi X dan Y, yaitu mereka tumbuh di era sembilan puluhan. Film Captain Marvel menjadi kesempatan emas untuk mengembalikan kenangan-kenangan para penggemarnya.
Namun jika sang Direktor Anna Boden dan Ryan Fleck ingin menampilkan nostalgia di film Kapten Marvel ini, mereka tetap harus berhati-hati.
Nostalgia tidak hanya sebatas isyarat visual saja. Lebih dari itu, menciptakan kembali nuansa itu sangatlah penting, daripada hanya menampilkan logo dan objek.
Jika Captain Marvels mampu melakukan hal terebut, film ini bisa jadi film tersukses di antara film-film Marvel Cinematic Universe.