Site icon nuga.co

Apakah Stres dan Seks Punya Hubungan?

Pertanyaan klasik, apakah seks dan stress punya kaitan?

Dari banyak studi, memastikan stress dan seks punya keterkaitan yang erat.

Stres bisa membuat seks mati “rasa.” Dan seks bisa menghidupkan gairah tinggi sembari mencampakkan stress.

Stres sendiri, seperti kesimpulan dari banyak studi, dikatakan sebagai sebuah kondisi di mana seseorang mengalami perubahan perilaku sebagai akibat adanya penekanan – penekanan tertentu.

Tekanan itu bisa menyebabkan terjadinya stress yang bersifat multifaktorial, yakni dapat disebabkan karena masalah pekerjaan, masalah pribadi dan masalah keluarga atau berbagai faktor lainnya.

Kondisi stres dapat mempunyai efek yang positif dan juga negatif terhadap seseorang.

Stressor dalam jumlah yang cukup dapat membantu seseorang untuk menjadi lebih aktif, teliti dan juga membuatnya menjadi lebih fokus sedangkan stressor dalam jumlah berlebih dan berkepanjangan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang.

Dalam keadaan stres, hormon kortisol dan adrenalin dilepaskan ke dalam peredaran darah, sehingga mengakibatkan peningkatan laju denyut jantung, peningkatan tekanan serta reaktivitas sistem fibrinogen dan trombosit yang pada akhirnya dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung.

Paparan stres secara berulang mempengaruhi fungsi otak, terutama daerah hipokampus di mana reseptor kortisol berada dalam jumlah yang besar.

Gangguan pada daerah ini dapat mengurangi realibilitas dan ketajaman daya ingat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lisa Dawn et al, didapatkan penurunan kadar hormon kortisol pada wanita yang dibangkitkan gairah seksualnya

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rellini et al, hormon kortisol didapatkan meningkat setelah sampel penelitian diberi waktu untuk menonton film erotis.

Apabila faktor-faktor tersebut dirasa nyaman oleh masing – masing pasangan, maka hubungan seksual dapat berjalan dengan baik dan efeknya menjadi lebih optimal.

Dorongan seksual akan menjadi semakin kuat jika terdapat rangsangan seksual dari luar, baik berupa rangsangan fisik maupun rangsangan psikis.

Berbagai macam rangsangan seksual yang bersifat fisik, seperti ciuman dan rabaan, dapat membangkitkan dorongan seksual.

Demikian juga rangsangan yang bersifat psikis, seperti rangsangan audiovisual, misalnya suara yang merdu, gambar erotis, dan bau parfum.

Seseorang yang mengalami gangguan kesehatan, misalnya mengalami gangguan fungsi hati, mungkin dorongan seksualnya menurun karena metabolisme hormonnya terganggu.

Kalau terjadi hambatan psikis, misalnya mengalami kekecewaan atau tekanan mental yang berat, dorongan seksual sangat mungkin tertekan.

Dampak buruknya, masalah seperti ini bukan hanya akan memicu pada Stress, namun lebih parahnya masalah seperti ini juga akan berdampak pada masalah ranjang dengan pasangannya.

Sementara itu, cemas, takut dan kekhawatiran adalah beberapa masalah mental yang akan berakibat buruk terhadap kemampuan seks.

Berkaitan dengan hubungan stress dan seks, masalah mental seperti ini memang menjadi pemicu dari gangguan seksual. Lagipula setiap orang juga tidak akan pernah bisa lepas dari permasalahan.

Oleh karenanya, bagaimana sikap Anda dalam menyikapi segala bentuk masalah yang Anda hadapi, karena ini adalah salah satu langkah untuk bisa mendapatkan solusi terbaik serta jalan keluarnya.

Masih berkaitan dengan gangguan seksual akibat stress, seperti ejakulasi dan disfungsi ereksi.

Sulit memang untuk bisa mencari solusinya, terlebih ini berkaitan dengan masalah mental.

Gangguan seksual seperti ini memang menjadi penghambat dalam mendapatkan kebahagiaan seksual, oleh karenanya Anda harus peduli dengan kesehatan seksual Anda.

Exit mobile version