Sebuah studi terbaru yang dirilis tim peneliti dari Cardiff University mengungkapkan orang yang bekerja dari rumah atau di luar kantor ternyata lebih sulit untuk berhenti,
Untuk mendapat kesimpulan ini para peneliti menyurvei lebih dari lima belas ribu pekerja di Inggris dan menemukan mereka yang bekerja dari rumah cenderung menghabiskan lebih banyak waktu daripada waktu kerja normal, dan bekerja lebih keras daripada yang dibutuhkan.
Peneliti juga menemukan orang yang bekerja di rumah sulit berhenti dan melepaskan diri dari pekerjaan.
“Umumnya, kita memiliki batas ruang yang dibuat oleh kantor, toko, dan pabrik, yang berarti rumah dan tempat rekreasi lainnya terpisah dari pekerjaan,” kata Alan Felstead, seorang profesor riset di School of Social Sciences di Universitas Cardiff Wales.
“Namun, kerja dari rumah mengaburkan garis batas tersebut. Itu sebabnya mengapa sulit untuk berhenti dari pekerjaannya.”
Oleh karena itu, beberapa CEO di Amerika Serikat sepakat bahwa bekerja dari rumah memiliki kelemahan.
Mantan CEO Yahoo Marissa Mayer bahkan membalikkan kebijakan “Work From Home” perusahaan pada empat tahun silam yang menyebut bahwa “orang lebih produktif saat mereka sendiri.”
Ia meminta karyawan kembali ke kantor dengan alasan “mereka lebih kolaboratif dan inovatif saat mereka bersama. Beberapa ide terbaik datang dari dua gagasan yang berbeda secara bersama-sama.”
Dan awal tahun ini, chief marketing officer IBM Michelle Peluso mencabut kebijakan bekerja dari rumah dan mewajibkan ribuan karyawannya untuk datang ke kantor untuk bekerja bersama-sama dengan rekan kerjanya.
Meski bekerja dari rumah terasa nyaman dan mudah, hal itu bisa menimbulkan tekanan lebih daripada bekerja di kantor.
Empat puluh satu persen karyawan “highly mobile” yang bekerja secara jarak jauh mengaku merasa tertekan, dibandingkan dengan dua puluh lima persen karyawan kantor, menurut Medical Xpress.
Mereka yang bekerja di rumah empat puluh dua persen mengatakan menderita insomnia, dibandingkan dengan mereka yang bekerja di kantor hanya dua puluh sembilan persen.
Meskipun begitu, banyak orang Amerika Serikat merasa bahwa kerja dari rumah masih nyaman. Sebuah survei yang dilakukan Microsoft enam tahun lalu menemukan, bahwa mereka yang bekerja dari rumah merasa gangguan saat bekerja berkurang dan mengaku menyelesaikan lebih banyak pekerjaan di rumah.
Keseimbangan antara hidup dan kerja juga meningkat Dan mereka menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga. Dengan catatan, mereka tahu kapan waktu bekerja dan kapan waktu untuk keluarga.
Nah, jika Anda memiliki pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah atau kerja jarak jauh, masih ada hal-hal yang dapat dilakukan agar bisa bekerja lebih baik dan tidak stres.
“Jika Anda kesulitan menetapkan batas-batas pekerjaan di rumah, mungkin perlu mempertimbangkan untuk bekerja di kafe, perpustakaan, ruang kerja, atau menyewa kantor bersama selama beberapa jam atau sehari,” kata ahli manajemen waktu Rashelle Isip kepada Moneyish.
Berikut cara agar tidak kelelahan saat bekerja di luar kantor:
Coba mencari lokasi kerja yang berbeda, misalnya di sebuah kedai kopi terdekat untuk beraktivitas.
“Pastikan hanya membawa barang kerja yang perlu,” kata Isip.
“Lakukan semua yang Anda bisa untuk membatasi gangguan pribadi; ini mungkin berarti menonaktifkan sementara notifikasi media sosial di ponsel atau laptop, atau keluar dari akun email pribadi.”
Tetapkan tenggat waktu berapa lama akan menyelesaikan pekerjaan, bisa dengan mengatur alarm.
“Pertimbangkan jam kerja Anda,” saran Isip.
“Dengan cara ini, Anda dapat mengukur berapa jam bekerja. Anda kemudian dapat membuat penyesuaian waktu seperlunya, baik untuk mengurangi jam kerja atau memastikan melakukan pekerjaan Anda selama masa itu. ”
Berhenti memeriksa email pribadi saat jam kerja.
“Akun email yang tercampur sulit untuk memisahkan pekerjaan dari kehidupan pribadi. Idealnya, Anda hanya boleh memiliki email kerja yang masuk ke alamat email kantor, dan email pribadi masuk ke alamat email pribadi,”ujar Isip.
Mulailah hari lebih awal untuk menyelesaikan semua pekerjaan dan tentukan waktu untuk istirahat seperti waktu bebas, makan malam atau jalan-jalan.
Tujuannya adalah agar mengawali hari dengan tugas dan mengakhiri dengan sedikit hadiah untuk diri sendiri.
“Akhiri hari dengan memeriksa daftar pekerjaan untuk besok, bersihkan area kerja, atau kirimkan email tindak lanjut.”
Mereka merasa pekerjaan idaman adalah kerja dengan waktu fleksibel (flextime) serta dapat dilakukan di mana saja, termasuk rumah.
Menyadari tren itu, sejumlah perusahaan pun mulai mengakomodasi impian para pekerja. Kehadiran fisik tak lagi menjadi kewajiban utama, yang terpenting pekerjaan dapat terselesaikan baik.
Lantas, betulkah bekerja dari rumah membuat hidup seseorang menjadi lebih bahagia? Atau, justru sebaliknya?
Seperti dikutip laman Remote.co, terungkap bahwa bekerja dari rumah merupakan hal baik bagi para karyawan. Kualitas hidup mereka diyakini meningkat setelah bekerja dari rumah.
Dampak utama yang dirasakan adalah pengurangan tingkat stres. Ya, dengan bekerja dari rumah memungkinkan kondisi yang lebih tenang, senang, maupun nyaman. Hal yang mungkin sulit didapatkan ketika bekerja dalam kantor dengan banyak orang.
Efek lain bekerja dari rumah adalah membaiknya tingkat kesehatan. Dengan bekerja di rumah sendiri, seseorang dapat bergerak lebih aktif dan leluasa. Termasuk, kebebasan mengontrol kondisi ruangan kerja, seperti suhu udara maupun kondisi cahaya.
Hal tersebut didukung pula oleh riset terkini dari Stanford School of Business, yang menyebutkan mayoritas pekerja dari rumah memiliki absen sakit lebih sedikit dari mereka yang bekerja di kantor.
Lebih lanjut, seperti ditulis dalam artikel tersebut, bekerja dari rumah membuat seseorang lebih konsentrasi bekerja karena gangguan yang lebih sedikit. Maka dari itu, pekerjaan lebih cepat terselesaikan dan bisa menyisakan waktu produktif untuk urusan lainnya.
Bekerja dari rumah juga diyakini menciptakan kehidupan yang seimbang antara urusan pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Paling tidak, survei terbaru Telework Research Network mengonfirmasi hal tersebut.
Telework Research Network mengatakan, sebanyak empat dari lima responden pekerja rumahan merasa hidup mereka seimbang antara kehidupan pribadi dengan profesional.
Utamanya, tersedia waktu lebih banyak untuk keluarga.
Lingkungan pekerjaan yang membuat seseorang lebih dekat dengan keluarga, tentu saja menggembirakan bagi mereka yang telah memiliki pasangan atau anak. Kemacetan yang menghabiskan waktu tak lagi jadi hambatan dengan bekerja dari rumah.