Benarkah wanita modern berevolusi menjadi lebih kurus? Paling tidak, itulah kata para ahli, yang di rilis oleh situs “foxnews,” dan mengatakan terjadi evolusi secara genetik selama ribuan tahun sehingga wanita modern menjadi lebih ramping.
Pernyataan para ahli ini diperoleh dari membandingkan tulang wanita manusia purba dari Zaman Paleotik yang berumur sekitar dua ratus ribu tahun tahun dengan wanita modern.
Riset mengungkap, wanita Paleotik mempunyai pinggang yang kekar dan pinggul kokoh.
Seperti di kutip dari “New York Daily News,” Selasa 10 Juni 2014, “foxnews,” menuliskan, para ilmuwan dari “Royal Society” mengungkapkan bahwa panggul perempuan awalnya berkembang untuk ruang bayi.
Laura Gruss dari Radford University di Virginia yang terlibat riset mengatakan, transformasi tersebut dimulai sekitar seratus ribu tahun yang lalu.
“Hal ini telah menjadi solusi manusia purba. Semacam kanal untuk sebuah kelahiran, yang membuat bayi berputar sampai sembilan puluh derajat. Sang bayi keluar menghadap ke belakang, bukan ke samping seperti kera lainnya,” ujar peneliti Inggris ini.
Dalam perkembangannya, wanita berubah menjadi lebih kurus.
Wanita modern belajar bahwa jika berhadapan dengan perempuan lain, mereka harus bersikap santun di depan mata. Sementara itu, mereka akan berbicara berbeda saat berada di belakangnya.
Wanita modern harus berhadapan dengan kenyataan baru tentang tren kurus yang harus dipertahan. Untuk menjadi kurus, perempuan harus mengonsumsi lebih sedikit kalori.
Tahun lalu, ilmuwan Royal Society juga mengungkap bahwa faktor psikologis memengaruhi perkembangan perempuan, berupa agresi secara tidak langsung.
Keterbatasan karena anak membuat wanita cenderung tidak bertarung secara terang-terangan untuk mendapatkan makanan dan pasangan.
Kehidupan modern membuat kita hampir selalu dikelilingi dengan zat-zat kimia. Mulai dari pestisida dalam makanan yang kita asup, gadget, furnitur, hingga produk kosmetik. Semua mengandung zat-zat yang bisa bersifat toksik pada tubuh.
Beberapa zat kimia seperti bisphenol A, formaldehyde, phtalates, dan lain sebagainya, sangat mudah diserap tubuh dan diduga kuat memicu berbagai gangguan medis, seperti obesitas, asma, kanker, atau kesulitan punya anak.
Perempuan modern memang tak mungkin menghindari zat-zat kimia, tetapi ada yang bisa mereka lakukan untuk mengurangi kadar toksisitasnya dalam tubuh.
Umpamanya, cara terbaik untuk menghindari paparan pestisida pada makanan adalah dengan memilih produk organik. Selain buah dan sayuran, saat ini juga tersedia produk daging dan susu organik.
Salah satu sumber terbesar zat kimia adalah pada produk perawatan tubuh dan kosmetik. Zat-zat kimia tersebut didesain agar bisa menyerap dengan cepat dan mudah melalui kulit. Anda bisa memilih produk yang bebas paraben dan phthalate.
Zat kimia toksin biasanya disimpan dalam tubuh dan salah satu cara efektif untuk memecahnya sel lemak dan membuang zat kimia adalah lewat olahraga rutin.
Menurut Rick Smith, penulis buku Toxin Toxout: Getting Harmful Chemicals Out of Our Bodies and Our World, detoksifikasi sebenarnya tak terlalu efektif membuang racun. Menurutnya, berkeringat lebih efektif untuk mengeluarkan zat kimia BPA ketimbang melalui urine.
“Banyak zat kimia toksik yang terikat ke lemak, begitu zat kimia ini ada dalam tubuh, mereka masuk dalam sel lemak,” kata Smith. Cobalah untuk mulai mengurangi asupan lemak jenuh seperti daging atau gorengan.
Air adalah cara terbaik untuk menyingkirkan toksin dari tubuh. Minumlah air minimal 2 liter setiap hari.
sumber : foxnew