Usia sudah matang, pekerjaan sudah mapan, kondisi ekonomi pun sudah bisa dikatakan stabil.
Walau sudah memenuhi syarat, bukan berarti seseorang sudah siap untuk menikah.
Paling tidak ada alasan yang membuat seseorang betah melajang di usia matang
Pasalnya, orang-orang yang melajang masih terus mendapat cap negatif — “Makanya jangan judes kalo jadi orang, kan jadi nggak ada yang mau deketin!” — atau justru mendapatkan tatapan iba, “Mungkin hanya belum ketemu jodohmu saja…
” Padahal, mereka memang sengaja untuk hidup sendiri. Bukannya tidak ingin cari pasangan karena sulit move on, masalah komitmen, kepribadian minus, punya standar ketinggian, atau alasan klise lainnya. Murni karena memang ingin melajang.
Akan tetapi, apa ini normal?
Tidak ada yang salah dengan keputusan pribadi Anda. Intinya, Andalah yang paling mengerti dan memahami kebutuhan diri sendiri.
Jika memang Anda merasa nyaman untuk melajang dan bisa menerima diri Anda apa adanya, kenapa tidak?
Jangan pedulikan nyinyiran yang keluar dari orang-orang di sekitar Anda.
Bahkan, mengutip Shape, sebuah penelitian terbaru yang dimuat dalam jurnal Social Psychological & Personality Science menyimpulkan bahwa apa yang menentukan kebahagiaan seseorang bukanlah status hubungan mereka melainkan lebih kepada tujuan hidup Anda.
Kesimpulan ini didapat setelah mengumpulkan lebih dari empat ribuan mahasiswa dan mewawancarai mereka satu per satu.
Peneliti kemudian membagi mahasiswa-mahasiswa ini dalam dua kelompok: mereka yang amat sangat ingin berkomitmen dalam sebuah hubungan romantis (entah itu berpacaran atau menikah) dan mereka yang sangat ingin menghindari konflik dan drama.
Kepala penelitian tersebut, Yuthika Girme, Ph.D., seorang profesor psikologi di University of Auckland di Selandia Baru, mengungkapkan bahwa secara alamiah orang-orang memang akan lebih condong ke satu sisi.
Girme juga percaya bahwa seseorang tidak dapat memaksa diri mereka untuk berubah haluan ke sisi yang lain jika itu bukan yang mereka inginkan.
Dari temuan ini, peneliti menambahkan bahwa yang manapun tujuan Anda sebenarnya tidak masalah, asalkan Anda tetap setia pada apa yang Anda inginkan.
Sampai saat ini, orang yang sengaja melajang terus saja mendapatkan stigma negatif.
Padahal, hasil dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa hidup sendiri tidak selalu identik dengan hal yang menyedihkan atau kesepian.
Orang lajang bisa menjalani hidup bahagia dan memuaskan.
Bahkan penelitian terbaru lainnya justru menemukan bahwa orang yang memilih untuk sengaja melajang bisa hidup lebih bahagia dan sejahtera dibandingkan dengan orang yang menikah.
Berkomitmen untuk menjadi lajang berarti Anda dapat fokus pada diri sendiri, aspirasi dan tujuan pribadi Anda, sembari tetap memiliki dan menjaga hubungan penting lainnya — seperti hubungan dengan keluarga, teman, serta lingkungan sosial lainnya.
Sebagian besar responden dalam penelitian ini yang mengaku sengaja hidup melajang memiliki sahabat yang menyenangkan dan kehangatan dukungan keluarga.
Jadi, mereka merasa tidak ada alasan untuk tidak menikmati hidup dengan bahagia.
Tidak hanya itu, terlepas apakah mereka tinggal sendirian atau bersama orang lain, orang yang lajang juga diketahui cenderung lebih aktif berpartisipasi dalam kelompok-kelompok masyarakat dan kegiatan umum.
Sebaliknya ketika seseorang memutuskan hidup bersama atau menikah, mereka cenderung tidak memikirkan dunia luar, bahkan ketika mereka belum memiliki anak.
Nah, hal tersebutlah yang mungkin membuat sebagian orang sengaja tidak mencari pasangan dan memilih hidup melajang.
Sesederhana hanya karena mereka memang benar-benar menikmatinya.
Meski begitu, para ahli tidak mengklaim melajang lebih baik ketimbang menikah. Pasalnya yang terpenting bukan apa yang orang lain katakan atau pikiran terhadap hidup Anda.
Namun, ini adalah soal apakah Anda bisa menemukan tempat, ruang, serta orang-orang yang sesuai dengan diri Anda sebenarnya sehingga mendukung Anda sepenuhnya untuk menjalani kehidupan terbaik versi Anda sendiri.
Penelitian yang dipresentasikan dalam Konvensi Tahunan keseratus dua puluh empat American Psychological Association ini diharapkan bisa membuat orang-orang lajang berhenti mengkhawatirkan keadaannya karena tidak menemukan pasangannya.
Pasalnya, orang yang ketakutan tidak akan menikah justru biasanya terburu-buru dalam memilih pasangannya. Akibatnya, sebagian besar dari perkawinan mereka berujung pada perceraian.
Jadi, pilihan hidup untuk hidup sendiri dan melajang bukanlah sebuah kutukan, melainkan sebuah keinginan pribadi. Anda sendirilah yang bisa dan berhak untuk memutuskan apa yang benar-benar membuat Anda paling bahagia dan nyaman.
Jikapun Anda pada akhirnya nanti memutuskan untuk mencari pasangan, keputusan tersebut pun semata-mata dibuat oleh Anda untuk kebahagiaan Anda sendiri. Bukan atas paksaan, dorongan, dan sindiran nyelekit dari orang di sekitar.