Hari ini, Selasa, 30 Januari, majalah terkenal “reader’s digest” di rubric “lifestyle”nya menurunkan tulisan tentang pola kerja dan hidup orang kreatif yang perlu ditiru.
Menurut “digest,” saat bekerja, produktivitas adalah hal tertinggi yang ingin dicapai.
Namun, banyak aktivitas dan rutinitas yang ternyata salah kita lakukan, sehingga pekerjaan jauh dari produktif.
Nah, berikut kebiasaan sehari-hari orang produktif yang patut ditiru, agar prestasi kerja tercapai, dan bos senang.
Anda mungkin sudah paham soal petuah lama agar kerja lebih efisien: mulai dari tidak menunda-nunda pekerjaan, hingga menghindari rekan kerja yang mengganggu.
Tapi, penelitian mengungkapkan sisi baru dari produktivitas yang belum banyak disadari.
Cobalah memprioritaskan aktivitas yang produktif. Dengan begitu, Kamu tak perlu khawatir untuk kehilangan produktivitas.
Salah satu hambatan terbesar yang menahan orang sukses adalah keadaan pikiran mereka.
Karena itu, kita bisa mencoba untuk fokus pada kebahagiaan, dan menghentikan pembicaraan negatif.
Satu studi dari University of Warwick, Inggris, menemukan orang yang lebih bahagia menjadi dua belas persen lebih produktif di lingkungan kerja, daripada rekan mereka yang tidak bahagia.
“Hal ini masuk akal, mengingat dua gejala depresi yang umum adalah penurunan motivasi dan perhatian,” kata Aparna Iyer, psikiater dan asisten profesor di UT Southwestern Medical Center, Texas.
Bahkan, kata Iyer, saat mood sedang turun, produktivitas pun akan terganggu.
Bagaimana cara memperbaikinya?
Tetap berpikiran positif. Kalau sulit mencapainya, coba untuk berkonsultasi soal kesehatan mental.
“Perawatan kesehatan mental dapat membantu Kamu menilai sasaran dan mengelola gejala secara efektif,” ungkap Iyer.
Kesehatan mental tidak hanya membantu mencapai keseimbangan antara kehidupan dan kerja, tapi juga pandangan baru untuk membuka peluang baru.
Mungkin pula langkah ini akan membawa perubahan penting yang belum pernah dipertimbangkan sebelumnya.
Benefit dari olahraga sangatlah berlimpah—termasuk memperbaiki mood dengan melepaskan endorfin, sehingga mengurangi stres dan meningkatkan produktivitas otak.
Olahraga rutin dapat membantu mencapai tujuan pribadi dan profesional.
“Benefit piskologis dari olahraga ini dapat dirasakan cepat sesaat setelah dimulai, dan penelitian menunjukkan bahwa aerobik—bahkan dengan intensitas rendah—dapat efektif untuk,” kata Iyer.
Kalau sulit pergi ke gym, Iyer menyarankan untuk meminta bantuan kepada teman yang olahraga atau bergabung dengan kelas kelompok untuk lebih termotivasi.
Kamu juga perlu mengatur waktu isitirahat yang pas di sela-sela pekerjaan.
Sebab, studi mengungkapkan pekerjaan yang panjang memerlukan tingkat fokus, energi, dan perhatian yang tinggi, sehingga menyebabkan menjadi kurang produktif dan fokus.
Jadi, ambillah istirahat sejenak.
Iyer mengatakan, menyisihkan sedikit waktu untuk beristirahat dan melepaskan fokus dapat membantu mempertahankannya untuk waktu yang lebih lama.
Istirahat sejenak itu bukan pergi ke mesin kopi, kemudian bekerja lagi. Kamu harus benar-benar merasa bebas, seperti berjalan-jalan di sekitar kantor.
Dengan begitu, fokus akan kembali setelah melepas penat sesaat.
“Saat istirahat sejenak, kita akan lebih fokus untuk menyelesaikan pekerjaan selanjutnya,” ungkap psikolog Wyatt Fisher.
Namun, ungkap Fisher, bila nekat mencoba bekerja terus-menerus tanpa istirahat, maka kualitas kerja akan buruk.
Memang, sebagian besar kantor tidak memberikan karyawannya kebebasan memilih meja kerja.
Kendati demikian, jika Kamu memiliki kebebasan untuk bekerja dari jarak jauh atau bekerja di co-working space, pilihlah yang punya sisi pemandangan ke luar.
Penelitian mengungkapkan paparan sinar matahari meningkatkan kebugaran, kualitas tidur, dan tingkat aktivitas.
Iyer juga mengungkakan paparan gelap yang berkepanjangan dapat menyebabkan peningkatan melatonin, sehingga menurunkan mood dan tingkat energi.
Kalau memang lingkungan tidak memungkinkan untuk duduk di samping jendela, dia menyarankan agar meluangkan waktu di luar selama pagi hari, makan siang, atau setelah bekerja.
Hal ini penting agar kita mendapat paparan cahaya alami.
Bagi sebagian orang yang bekerja dengan terhubung internet pasti akan sulit dilakukan.
Namun, penelitian mengungkapkan, interaksi teknologi yang berlebihan—terutama dengan komputer, tidak hanya membuat kurang produktif, juga menyebabkan menjadi lebih stres dan lelah.
Nah, kalau melepaskan dari gawai, apa benefitnya?
Profesor psikologi Risa Stein mengungkapkan saat terhubung terus-menerus, kita akan merasa terlibat dengan segala hal.
Tentu saja, itu akan berdampak pada emosi dan mental yang lelah, serta tertekan.
Sebagai gantinya, dia menyarankan untuk mengatur waktu untuk gawai yang akan digunakan.
“Beritahu teman atau rekan kerja bahwa Kamu akan membalas surat elektronik pada jam-jam tertentu,” ungkap Stein.
Sebagian orang memang ada yang bisa bekerja multi-tasking. Tapi, itu hanya sedikit. Sebagian besar lainnya pasti akan kewalahan.
Karena itu lakukanlah pekerjaan satu per satu. Fisher tak memungkiri budaya multi-tasking memang tengah digandrungi, dan dirasa baik dilakukan karena bisa mengerjakan semua tugas sekaligus.
Namun, penelitian menunjukkan sebaliknya. “Sebenarnya, semakin kita multi-tasking, maka akan semaking kurang efisien dan produktif,” ungkap Fisher.
Sebagai gantinya, untuk meningkatkan produktivitas, dia menyarankan agar berfokus pada satu tugas pada satu waktu sampai selesai.
Kemudian, barulah memberikan semua perhatian pada tugas selanjutnya.
Saat duduk di bangku kuliah adalah hal lumrah bila lebih suka menyelesaikan tugas dan belajar hingga tengah malam.
Tapi, penelitian mengungkapkan praktik tersebut tak baik untuk bekerja. Kekurangan jam tidur malah membuat pekerjaan makin berat.
Penelitian mengaitkan kurang tidur dengan penurunan tingkat produktivitas, penurunan kinerja kerja.
“Jika kekurangan, cari tahu apakah tantangan terberat untuk mendapatkan jam tidur,” ungkap Stein.
Bisa jadi masalahnya ada pada aktivitas sebelum tidur, seperti bermain gawai atau makan beberapa saat sebelum tidur. Jika demikian, baiknya dihindari, agar tidur lebih berkualitas.
Bukan perkara mudah kalau Kamu berada di co-working space, atau ruang kerja pilihan sendiri.
Namun penelitian menemukan fakta, penataan meja kerja berperan besar dalam menentukan tingkat produktivitas.
Stein mengungkapkan, penataan ruang kerja individu yang baik adalah memisahkan ruang kerja dan tempat interaksi.
Dia tak menyebut co-working space tidak dapat memunculkan ide, namun lebih baik bila antara ruang kerja dan berinteraksi dipisahkan.