Pernahkah Anda bertanya-tanya, kenapa manusia terus-menerus terobsesi dengan seks?
Berbeda dengan binatang yang hanya berhubungan saat musim kawin atau hanya saat ovulasi, dan di luar waktu itu, mereka sama sekali tidak tertarik untuk berhubungan seks.
Sebuah studi baru mengatakan, manusia terus tertarik dan ingin berhubungan seks adalah karena seks berfungsi sebagai perekat dalam hubungan dan pernikahan.
Dan tidak hanya sebagai penyalur energi atau untuk bereproduksi.
“Fungsi dari seks bagi manusia di luar ovulasi adalah misteri evolusi. Namun kami percaya hal ini karena seks berfungsi sebagai pengikat dan penyatu kedua belah pihak dalam suatu hubungan,” ujar Leif Edward Ottesen Kennair, Profesor Psikologi di Norwegian University of Science and Technology.
Para peneliti juga menemukan, besarnya komitmen dalam hubungan dan tipe kontrasepsi oral yang digunakan wanita berhubungan dengan seberapa seringnya pasangan berhubungan seks.
Untuk studi ini, para peneliti mewawancara ratusan wanita heteroseksual di Norwegia tentang kontrasepsi, seks dan hubungan.
Hasilnya menunjukkan, wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan berkomitmen besar pada hubungan adalah mereka yang lebih sering berhubungan seks dengan pasangannya.
“Namun asosiasi ini khususnya benar ketika pil kontrasepsi yang digunakan wanita memiliki kadar hormon sintesis menyerupai progesterone yang tinggi, dan hormon estrogen yang lebih rendah,” ujar Steve Gangestad, seorang profesor di University of New Mexico.
Temuan ini diterbitkan dalam jurnal Evolution & Human Behavior, mengutip The Health Site
Selain itu, selama ini juga, orang sering berpikir tentang orgasme atau puncak kepuasan hubungan intim
Bukan hanya itu, banyak orang yang berpendapat bahwa ‘kemampuan’ orang untuk mencapai orgasme bergantung kepada pengalaman seksual dan pola pikir.
Hal ini sering menjadi alasan untuk menjelaskan mengapa pada umumnya pria lebih mudah mencapai ‘puncak’ itu daripada wanita.
Benarkah demikian?
Dikutip dari Daily Express, penelitian ilmiah baru-baru ini telah mengungkapkan bahwa pencapaian orgasme sebenarnya bergantung kepada anatomi seseorang.
Penelitian yang dilakukan bersama oleh Mayo Clinic di AS dan Indian University School of Medicine menduga, pencapaian orgasme bukanlah sesuatu yang dapat kita kendalikan.
Bagi wanita, pencapaian orgasme cukup kompleks. Dalam penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Clinical Anatomy ini, terungkap bahwa pencapaian ini lebih bersifat fisik bagi kaum hawa.
Maksudnya, klimaks hubungan intim bagi wanita lebih mungkin terjadi ketika klitoris wanita mendekat ke dinding-dinding saluran kelaminnya.
Dengan demikian, ada posisi-posisi tertentu selagi melakukan hubungan seksual yang mempermudah wanita untuk mencapai orgasme.
Dr. Jason Siegel mengatakan kepada Daily Mail Online, “Jika seorang wanita mencoba mencapai orgasme saluran kelamin, ada kecenderungan itu akan berhasil jika bagian depan dinding vaginanya lebih terangsang.”
Di lain pihak, para peneliti mengungkapkan bahwa orgasme pada kaum pria berkaitan erat dengan sistem syarafnya.
Mereka menjelaskan bahwa pada hakekatnya ada 2 faktor yang berdampak kepada kemampuan seorang pria untuk bisa orgasme.
Pertama, faktor yang bersifat fisik, yaitu rangsangan langsung pada batang kelamin pria. Kedua, faktor psikologis yang dapat dipengaruhi oleh depresi dan masalah mental lainnya.
Dr. Jason Siegel, penulis penelitian itu, mengatakan, “Yang paling sering gagal di antara 2 faktor itu biasanya adalah yang jenisnya psikologis.”
Temuan ini diumumkan setelah adanya suatu penelitian yang melaporakan bahwa hampir 100% kaum pria pernah mengalami ‘orgasme di kala tidur’ yang ternyata dikendalikan oleh pikiran. \
Dalam bahasa awam, ‘orgasme di kala tidur’ dikenal dengan ‘mimpi basah’.