Ejakulasi dini?
Ya, ejakulasi dini tidak hanya menjadi milik lelaki.
Perempuan juga didatangi ejakulasi dini.
Memang, kalau mendengar istilah ejakulasi dini,pikiran banyak orang akan menerawang bahwa ada yang salah dari hubungan intim.
Yang pasti Anda menyalahkan alah kejantanan pria di ranjang.
Eits, jangan salah.
Bukan cuma lelaki yang bisa mengalami ejakulasi dini.
Ternyata, penelitian membuktikan bahwa permasalahan yang serupa dialami wanita. Ingin tahu bagaimana wanita bisa mengalami ejakulasi atau orgasme dini? Simak jawabannya berikut ini.
Laki-laki biasanya akan berejakulasi ketika mencapai klimaks atau puncak kenikmatan.
Sementara itu, klimaks pada wanita belum tentu diikuti dengan ejakulasi atau keluarnya cairan vagina (bukan urin).
Orgasme terjadi saat rahim, vagina, dan anus berkontraksi selama beberapa detik.
Kontraksi ini disertai dengan sensasi pelepasan. Laju pernapasan, aliran darah, dan detak jantung akan meningkat. Pada saat inilah wanita merasakan kenikmatan seksual yang memuncak.
Sebagian wanita mungkin mengalami squirting setelah orgasme. Kondisi ini sangat mirip dengan ejakulasi pria.
Namun jangan khawatir, cairan yang keluar dari vagina ini bukan urine dari lubang kemih. Cairan ini diproduksi oleh kelenjar khusus dalam dinding vagina.
Tubuh dan pengalaman setiap perempuan berbeda-beda. Maka, tidak ada patokan waktu yang tepat untuk menentukan kapan Anda seharusnya mencapai orgasme.
Bahkan wanita yang sama belum tentu selalu orgasme pada waktu yang sama setiap kali bercinta. Banyak juga wanita yang tidak orgasme sama sekali ketika berhubungan seks, dan hal ini wajar.
Menurut dr. Rob Hicks, seorang pakar kesehatan seksual sekaligus konsultan situs kesehatan WebMD, rata-rata wanita akan mencapai klimaks dalam waktu 20 menit. Namun, orgasme bisa juga terjaditiga puluh detik jika wanita sudah cukup terangsang.
Di saat banyak orang bahkan belum pernah orgasme seumur hidupnya, ada wanita yang mengalami orgasme dini.
Wanita yang mengalami orgasme dini bisa mencapai klimaks dalam hitungan detik saja, bahkan kurang dari sepuluh detik.
Berdasarkan survei oleh tim ahli dari University of Chicago, sepuluh persen peserta penelitian yang berusia delapan belas hingga empat puluh lima tahun mengaku sering mengalami orgasme dini.
Penelitian terbaru di Portugal juga menemukan hal yang serupa. Sejumlah 40% dari peserta penelitian mengeluh sering orgasme lebih cepat dari keinginannya.
Bagi tiga persen peserta penelitian, orgasme dini ini sampai mengganggu kehidupan seksual mereka.
Tak seperti disfungsi seksual wanita, orgasme dini biasanya tak menandakan adanya penyakit kronis.
Kasus ini juga biasanya tak membahayakan.
Berdasarkan sejumlah riset yang telah dilaksanakan, orgasme dini pada wanita biasanya terjadi pada mereka yang memang sedang merasa begitu bergairah, sangat puas terhadap hubungannya dengan pasangan, atau sudah lama tidak bercinta.
Selain itu, saraf-saraf klitoris dan vagina yang peka juga bisa membuat seseorang klimaks lebih cepat. Maka, orgasme dini seharusnya tidak jadi masalah yang serius.
Bila hal ini sudah sangat mengganggu, cobalah untuk bercinta pelan-pelan saja. Hindari langsung menstimulasi area sensitif seperti payudara atau vagina.
Perbanyak berciuman atau bermesraan sebelum penetrasi. Dengan begitu, Anda bisa menikmati momen intim lebih lama bersama pasangan.
Bila sudah dekat klimaks, turunkan kecepatan atau kurangi ritme seks Anda.
Bila cara-cara tersebut tak berhasil juga, Anda bisa menemui dokter atau konselor pernikahan. Apalagi kalau masalah ini benar-benar terasa mengganggu Anda serta pasangan.
Ingat, tak perlu merasa kalut atau malu. Pasalnya, masalah ini bisa terjadi pada siapa saja. Belum tentu artinya ada yang salah dengan gairah seksual Anda.