Site icon nuga.co

Apple “Pinjam” Komputasi Awan Google

Apple telah memindahkan beberapa data di iCloud dari layanan komputasi awan Amazon Web Services ke layanan Google, sebagai upaya melakukan diversifikasi pada iCloud.

Belum diketahui pengalihan data ke Google ini akan membuat Apple meninggalkan Amazon sepenuhnya atau tidak.

Di sisi lain Apple berusaha mengurangi ketergantungannya pada pihak ketiga untuk layanan cloud computing dengan cara membangun pusat data sendiri, menurut laporan situs teknologi Recode.

Apple tak mau kalah saing dalam bisnis cloud computing.

Mereka menunjuk veteran industri, Diane Greene, untuk membangun dan menjalankan bisnis cloud.

Industri yang menawarkan layanan komputasi awan dinilai bakal terus berkembang.

Terlebih lagi dengan semakin banyaknya perusahaan yang menerapkan sistem tersebut.

Saat ini banyak perusahaan mengadopsi teknologi cloud untuk mengotomatisasi berbagai fungsi TI, baik itu publik, swasta atau hybrid.

Dengan tumbuhnya pengguna cloud computing, maka permasalahan baru dari sistem itupun disinyalir bakal ikut berkembang.

Sistem komputasi awan memang menawarkan peningkatan dalam beberapa hal terutama dalam pengelolaan infrastruktur, tetapi memiliki potensi untuk menambah kerumitan di sisi lain, seperti pengelolaan data, sumber daya dan aplikasi yang tersebar di beberapa cloud.

Banyak organisasi tidak bergantung hanya pada satu penyedia atau metode penggelaran cloud.

Kurangnya standarisasi dengan berbagai platform dan metode penggelaran cloud membuatnya lebih kompleks untuk mengelola aplikasi bisnis yang dirilis untuk mengubah perpaduan dari pusat data internal, cloud publik, cloud swasta dan cloud hybrid.

Karena cloud memainkan peran sentral dalam infrastruktur TI organisasi.

Perusahaan saat ini membutuhkan alat yang dapat menyederhanakan kompleksitas yang ada di berbagai penggelaran cloud, dengan tetap memberikan pengalaman pengguna akhir tanpa hambatan

SLM adalah pilihan yang memungkinkan organisasi untuk menyederhanakan penggelaran dan pengelolaan berbagai solusi TI, termasuk aplikasi desktop dan virtualisasi.

Tujuannya adalah agar TI mempunyai kendali dan manajemen yang lebih besar, namun lebih mudah dengan mengintegrasikan solusi titik aplikasi, data dan layanan, terlepas dari jumlah solusi vendor.

Dengan memperlakukan infrastruktur sebagai komoditas, organisasi dapat menempatkan nilai bisnis lebih dalam aplikasi.

Mengotomatisasi tugas-tugas rutin manajemen aplikasi, memungkinkan pemilik aplikasi untuk berfokus pada nilai sebenarnya dari aplikasi itu sendiri.

Membangun kemampuan SLM di atas solusi mobilitas perusahaan yang digunakan saat ini memungkinkan desain dan penyediaan ruang kerja mobile dengan lebih cepat dan sederhana.

Citrix baru saja mengakuisisi ScaleXtreme, sebuah perusahaan dengan keahlian mengelola aplikasi yang berjalan di beberapa lingkungan cloud.

Organisasi dapat membuat dan menggunakan cetak biru yang menentukan bagaimana tugas-tugas yang terkait dengan penggelaran dan pengelolaan infrastruktur aplikasi dan sumber daya virtual dapat berjalan secara otomatis.

Cetak biru ini dapat dilaksanakan setiap saat dengan memanfaatkan agent yang dipasang di datacenter atau di sumber daya yang dikelola, sehingga memungkinkan terjadinya orkestrasi kompleks.

Dengan standarisasi dan otomatisasi desain, penggelaran, manajemen dan pemantauan dari berbagai solusi TI secara berkelanjutan, akan tercipta potensi untuk meluas ke berbagai jenis cloud, serta infrastruktur virtualnya.

Dengan mengoptimalkan semua teknologi dan solusi ke dalam satu sistem lintas-fungsi, organisasi dapat fokus pada pertumbuhan strategis dan profitabilitas, serta nilai bagi pelanggan.

Model SLM yang didesain sekali dan bisa digelar dimana saja dapat secara dramatis menyederhanakan dan mengotomatisasi pengelolaan beberapa cloud dan memudahkan tugas TI.

Munculnya SLM dalam pengelolaan cloud, meski masih pada tahap awal, namun merupakan wilayah yang menarik untuk diperhatikan.

Exit mobile version