Hari ini, Senin, 16 Oktober, Google kembali datang dengan Doodle baru untuk sebuah hari ulang tahun Olaudah Equiano
Google, dalam rilisnya, menyatakan ikut memperingati hari lahir Olaudah Equiano seorang tokoh pembebasan perbudakan.
Pada tampilan Doodle itu sosok Equiano digambarkan dalam pose menulis. Lengkap dengan pena bulu di tangannya dan sebuah buku.
Di bagian latar, sebuah rantai yang putus menggambarkan kebebasan. Tak ketinggalan pula dua kapal lengkap dengan lautan turut menjadi background.
Unsur-unsur gambar yang dipajang Google dalam doodle mereka hari ini tentu bukan tanpa arti. Gambar-gambar tersebut menjadi simbol dari perjalanan hidup Equiano.
Olaudah Equiano merupakan salah satu tokoh penting antiperbudakan. Salah satu bentuk perjuangannya adalah dengan membuat sebuah otobiografi.
Dia menceritakan kisah hidupnya sendiri yang memang pernah terjerumus ke dalam kubangan perbudakan.
Equiano lahir di Essaka, kawasan yang sekarang merupakan wilayah Nigeria.
Ketika berusia sebelas tahun, dia diculik lalu dijual. Inilah awal mula status budak melekat pada Olaudah Equiano.
Olaudah Equiano pernah menjadi budak dari berbagai macam kalangan, termasuk pernah dibeli oleh seorang kapten kapal.
Dalam masa perbudakannya, dia pun berpindah-pindah tempat seiring bergantinya pemilik. Mulai dari Hindia Barat sampai Virginia.
Dalam otobiografinya ia mengisahkan bahwa dia akhirnya bisa membeli kemerdekaannya sendiri.
Setelah lepas dari perbudakan, dia memutuskan tinggal di Inggris. Di sana dia lantas menyusun berbagai tulisan. Selain itu, Olaudah Equiano juga aktif memberikan ceramah-ceramah terkait kejamnya dunia perbudakan.
Otobiografi yang dia tulis akhirnya menjadi salah satu tonggak penting dalam penghapusan praktik perbudakan. Itu karena otobiografi tersebut dianggap sebagai karya tulis narasi pertama terkait perbudakan.
Terlebih karya tersebut ditulis oleh orang yang mengalaminya sendiri. Olaudah Equiano meninggal pada 3 Maret lebih dari dua ratus tahun lalu di London, Inggris.
Equiano adalah penulis yang mengisahkan pengalamannya sebagai budak yang membawanya terlibat dalam pergerakan penghapusan perbudakan itu sendiri.
Barangkali, perbudakan adalah warisan terburuk dalam sejarah peradaban manusia. Saat ini, perbudakan, yang bersumber dari rasialisme, sudah dihapuskan dari muka bumi.
Olaudah Equiano adalah nama yang berperan penting dalam merintis penghapusan perbudakan.
Perbudakan adalah sistem kehidupan yang punya kekuatan untuk membinatangkan manusia dan sudah berlangsung ribuan tahun.
Dalam autobiografinya, Olaudah Equiano menceritakan bagaimana dia dan saudara perempuannya diculik saat masih berusia sebelas tahun.
Dia dijual oleh pedagang budak lokal dan dikirim menyeberangi Samudera Atlantik ke Barbados dan Virginia.
Sejarah tidak pernah mencatat secara akurat bagaimana masa kecilnya. Bahkan dalam sejumlah catatan, dia justru disebut lahir di dua tempat berbeda di Amerika.
Kecuali ketidakpastian cerita di awal masa hidupnya, semua yang Olaudah Equiano ceritakan dalam autobiografinya sangatlah bisa diverifikasi.
Di Virginia, dia dijual kepada perwira angkatan laut kerajaan Inggris, Letnan Michael Pascal.
Sang majikan mengganti nama Olaudah Equiano menjadi Gustavus Vassa, terinspirasi nama raja Swedia abad keenam belas
Bersamanya, Olaudah Equiano menjelajah lautan selama delapan tahun. Selama itu pula dia dibaptis dan belajar membaca dan menulis.
Pascal lantas menjual Olaudah Equiano kepada kapten kapal di London yang kemudian membawanya ke Montserrat, sebuah pulau ke Karibia.
Di sana, dia dijual lagi kepada pedagang terkemuka, Robert King.
Ketika bekerja sebagai kelasi, pelayan, dan tukang cukur untuk Robert King, Olaudah Equiano bisa mengumpulkan uang dari kerja sampingan.
Hanya dalam waktu tiga tahun, dia bisa mengumpulkan uang untuk membeli kemerdekaannya sendiri. Dia lalu menghabiskan dua puluh tahun hidupnya berkeliling dunia termasuk ke Turki dan Arctic.
Di London, dia terlibat dalam pergerakan penghapusan perbudakan. Dia adalah anggota penting dari kelompok bernama ”Sons of Africa”.
Kelompok itu terdiri atas dua belas orang kulit hitam yang berjuang demi penghapusan perbudakan.
Dia mempublikasikan autobiografinya yang berjudul ”The Interesting Narrative of the Life of Olaudah Equiano or Gustavus Vassa, the African”.
Dia pun melakukan banyak perjalanan untuk mempormosikan bukunya yang kemudian menjadi sangat terkenal dan membantu perjuangan penghapusan perbudakan.
Dia menjadi kaya dari buku yang merupakan buku pertama di dunia yang ditulis oleh orang berdarah Afrika.
Dia menikah dengan perempuan Inggris, Susanna Cullen, dan mempunyai dua anak perempuan.
Kemerdekaan yang kita rasakan saat ini adalah buah dari perjuangan para pejuang antiperbudakan ratusan tahun lalu