“Aku bisa, bisa, aku, aku, segalanya,” itulah kutipan dari perkataan Bob, salah satu bot kecerdasan buatan yang diciptakan Facebook.
“Bola-bola punya kosong kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku,” timpal Alice, bot lawan Bob.
Keduanya bersahut-sahutan dengan kalimat aneh yang tidak dapat diinterpretasikan oleh manusia.
Tercengang dengan kelakuan dua bot-nya itu, Facebook akhirnya terpaksa menghentikan kecerdasan buatan atau AI, Artificial Intelligence, besutannya, karena ‘bekerja’ lebih cerdas dari yang diperkirakan.
Kecerdasan buatannya tersebut diketahui bisa menciptakan bahasa yang bahkan tidak dapat dimengerti manusia.
Bahasa terdiri dari susunan kalimat kode yang diprediksi hanya bisa digunakan untuk ‘berkomunikasi’ sesama kecerdasan buatan.
Seperti dilansir Fast Co. Design hari ini Selasa, 01 Agustus awal mula Facebook mengetahui kelakuan aneh bot-nya tersebut terjadi saat mereka diminta untuk berlatih komunikasi agar bisa meningkatkan kemampuannya.
Namun, yang terjadi malah kesalahan program yang membuatnya berbicara secara asal.
“Mereka tidak lagi menggunakan bahasa Inggris. Bot ini menjauh dari bahasa yang kita mengerti dan membentuk kode bahasa yang bisa mereka pahami,” kata Dhruv Brata, peneliti Georgia Tech di Facebook AI Research.
“Ya contohnya kalau mereka bilang ‘the‘ selama lima kali, bisa jadi itu adalah permintaan untuk menyalin sebuah catatan selama lima kali. Tidak jauh berbeda dengan cara manusia membuat singkatan dalam berkomunikasi,” tuturnya.
Meski cerdas, peneliti akhirnya memutuskan untuk melenyapkan Bob dan Alice. Pasalnya, mereka ingin menciptakan kecerdasan buatan yang bisa berbahasa sesuai dengan bahasa manusia.
Gagasan Facebook menciptakan kecerdasan buatan yang bisa dipakai manusia sejalan dengan apa yang dilakukan Microsoft, Google, Amazon, dan Apple.
Mereka memang ingin membuat kecerdasan buatan yang dapat dikonsumsi manusia.
“Jika kami biarkan, ini tentu bisa berisiko. Sebab, tidak ada pembicara bilingual yang mengerti bahasa kecerdasan buatan.’
“ Saat ini saja, kita sudah sulit mengerti sulitnya cara berpikir mereka. Maka itu, adanya komunikasi antara kecerdasan buatan satu dan yang lainnya justru akan merumitkan komunikasi,” pungkas Brata.
Selain itu, bagi Google, kecerdasan buatan bisa dijadikan benang merah
Bahkan, Google berencana ingin membuat adopsi kecerdasan buatan dan Machine Learning lebih masif lagi ke depannya.
Jadi, nantinya semua layanan dan produk Google bisa mengadopsi kedua teknologi ini, dan tentunya seluruh pengguna dapat menikmati canggihnya duet antara kecerdasan buatan dan Machine Learning.
Seperti disampaikan CEO Google Sundar Pichai, dunia teknologi tak lagi berkutat pada teknologi berbasis mobile nan konvensional. Menurutnya, kini dunia telah berevolusi dari “Mobile First” ke “AI First” karena perkembangan teknologi yang semakin maju.
“Kami ingin menjadi perusahaan AI First. Dan kini, sepertinya sudah saatnya Google membawa manfaat kecerdasan buatan bagi semua orang, agar semua bisa menikmatinya dari seluruh layanan yang kami sediakan,” kata Pichai
Dengan begitu, Google akan merancang dan mengembangkan AI tak hanya secara spesifik untuk kalangan developer saja, namun juga untuk kalangan perusahaan korporat dan pengguna umum.
Nah, jika tahun lalu pada Google sibuk dengan produk dan layanan Google, seperti Gmail, Google Photos, Google Home, dan lainnya, kini mereka melakukan pembaruan berbekal kecerdasan buatan dan Machine Learning yang paling mencolok adalah Google Home.
Berkat keduanya, speaker pintar tersebut bisa melakukan panggilan via WiFi, mengirim pesan, meninjau lalu lintas, dan bahkan dapat memberikan notifikasi untuk menunda jadwal penerbangan.
Tak hanya itu, kecerdasan buatan dan Machine Learning juga akan membuat Google Photos semakin mudah untuk dipakai.
Pengguna akan semakin praktis mengumpulkan foto secara otomatis berdasarkan acara dan momen selebrasi.
Selain yang disebutkan di atas, Google Assistant pun akan mendapatkan pembaruan dari kecerdasan buatan dan Maching Learning.
Pembaruan bersifat adopsi perangkat terhadap Google Assistant, di mana ia tak hanya akan digunakan di smartphone atau Google Home, namun juga akan hadir di beberapa perangkat IoT
Kabar baik satu lagi, salah satu perangkat yang juga akan kebagian Google Assistant dalam waktu dekat adalah iOS.
Selain kecerdasan buatan dan Machine Learning yang bisa diadopsi semua layanan dan produk Google, ada beberapa update fitur teranyar lain yang sayang untuk dilewatkan
“Tidak diragukan lagi, kecerdasan buatan pasti akan memainkan peran lebih penting pada tahun-tahun mendatang,” sambungnya.
Sementara itu, seorang arsitek sistem dan analis kebijakan di Protocol Technologies Group, Miles Fidelman, berujar bahwa tren kecerdasan buatan sebetulnya sudah terlihat cukup jelas.
“Kita akan membutuhkan lebih sedikit ‘pekerja’ di masa depan,” kata Fidelman.
Untuk waktu lama, menurut Fidelman, fiksi ilmiah telah memberi kita gambaran tentang dunia di mana mesin melakukan semua pekerjaan.
“Pada saat yang sama orang-orang hanya menikmati kesenangan, pencarian artistik, dan lain-lain,” pungkasnya.
Pertanyaan utama dalam survei ini adalah “Dalam sepuluh tahun ke depan, apakah Anda pikir kita masih akan melihat program-program pendidikan dan pelatihan baru yang berhasil melatih sejumlah besar pekerja dalam keterampilan yang mereka perlukan untuk melakukan pekerjaan di masa depan?”
Sekitar tujuh puluh persen peserta survei mengatakan mereka yakin program pendidikan dan pelatihan akan berhasil mempersiapkan orang untuk mendapatkan pekerjaan di masa depan.
Namun, banyak responden juga percaya bahwa pendidikan tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam dekade berikutnya karena automatisasi dan kecerdasan buatan diprediksi akan mengambil alih lebih banyak pekerjaan manusia