Site icon nuga.co

Kenapa Ya, Beterai Ponsel Lunglai

Anda tahu apa yang menyebabkan baterai lithium ini jadi lunglai?

Baterai lithium yang dipasangkan mulai dari ponsel hingga laptop, umumnya terkait dengan usia dan pemakaian.

Bersamaan dengan usia daya yang tersimpan dalam baterai tersebut akan melemah dan berkurang drastis.

Hingga kini tidak ada yang dapat dilakukan pengguna untuk membuat kapasitas baterai tersebut kembali normal.

Sebuah studi dari ilmuwan yang tergabung di Pacific Nothwest National Laboratory membuat sebuah penelitian untuk menjawab dan mencari solusi masalah itu.

Hasilnya diharapkan bisa jadi pijakan untuk membuat baterai baru yang lebih tahan lama.

Sebuah tulisan di situs”phone arena,” mengungkapkan bahwa studi ilmuwan itu telah menggunakan sebuah mikroskop canggih untuk mengamati baterai lithium ketika sedang diisi atau mengeluarkan daya listrik.

Ternyata, seiring pengisian dan pengeluaran daya terjadi, baterai mengalami tekanan yang merusak elektroda.

Selain itu, setiap kali pengguna mengisi dan memakai baterai tersebut ternyata ada lithium yang bocor ke luar sel elektroda.

Bocoran itu disebut sebagai lithium mati dan sudah tidak bisa digunakan untuk menyimpan daya listrik. Semakin banyak lithium mati, maka daya dan kapasitas baterai akan berkurang.

Masalah lain yang menyebabkan berkurangnya daya adalah munculnya lapisan elektrolit padat di permukaan elektroda.

Lapisan ini menghambat dan mengurangi kemampuan baterai utnuk menyimpan daya listrik saat proses pengisian.

Para ilmuwan tersebut pun meyimpulkan bahan alternatif lithium bisa digunakan sebagai solusi masalah tersebut.

Bahan alternatif ini antara lain berupa logam magnesium, alumunium, atau perunggu.

Ketiganya merupakan logam yang murah dan dapat diandalkan sebagai pengganti lithium.

Namun untuk dapat diwujudkan ke dalam bentuk baterai, bahan-bahan ini masih harus diteliti lebih lanjut.

Pengguna gadget merupakan salah satu yang paling khawatir baterai dalam perangkat miliknya kehabisan daya..

Namun begitu, kekhawatiran seperti itu agaknya akan segera mendapatkan solusi.

Google, kini, sedang mengembangkan teknologi baterai untuk membuatnya bisa menyimpan energi lebih banyak namun dengan ukuran yang tetap tipis.

Situs “Slashgear,” menulis riset tersebut dilakukan dengan meningkatkan kapasitas baterai lithium-ion dan mengembangkan solid-state batteries.

Solid-state batteries ini menggunakan elektroda padat yang cenderung lebih aman, bahkan diklaim dapat juga digunakan untuk implant pada manusia.

Penelitian tersebut dipimpin oleh Dr. Ramesh Bhardwaj yang merupakan anggota Google X.
Dia mengarahkan agar teknologi baterai ini dikembangkan untuk tujuan konsumer.

Jika terwujud nanti, baterai buatan laboratorium Google X tersebut akan bisa digunakan di banyak perangkat. Mulai dari mobil tanpa awak buatan mereka, hingga untuk perangkat robotika, komunikasi, dan ponsel Android.

Sayangnya tidak ada kepastian jelas atau tenggat waktu yang menunjukkan kapan teknologi ini bisa tercapai.

Selama ini laboratorium Google X dikenal sebagai wadah eksperimen raksasa internet Amerika Serikat itu.

Beberapa di antara hasil eksperimen mereka adalah Glass, kacamata pintar yang dapat terhubung ke internet dan Google Loon yang menggunakan balon udara sebagai media penyediaan koneksi internet.

Samsung dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) bekerja sama membuat sebuah baterai ponsel baru yang punya kapasitas lebih besar, awet serta anti-meledak. Baterai tersebut menggunakan teknologi solid state electolytes.

Seperti diketahui, ada banyak kejadian baterai ponsel meledak atau terbakar saat sedang di-charge.

Kebanyakan baterai ponsel memang menggunakan bahan lithium-ion yang memiliki kapasitas kecil, cepat rusak, dan berpotensi meledak.

Menurut para peneliti MIT, sumber masalahnya adalah liquid electrolyte yang ada di dalam baterai. Liquid electrolyte itu bergerak seiring partikel-partikel baterai mengisi atau mengeluarkan daya listrik dan dengan demikian juga berpotensi terbakar.

“Semua kebakaran yang pernah Anda lihat pada Boeing, Tesla, dan lainnya adalah kebakaran akibat elektrolit,” ujar peneliti Gerbrand Ceder mengacu pada peristiwa rusaknya baterai sejumlah pesawat Boeing.

Namun seperti dari Independent, teknologi solid state yang diuji MIT dan Samsung diklaim lebih aman dan efektif. Kapasitasnya bisa lebih besar sekitar 20 hingga 30 persen dibanding lithium-ion biasa.

“Lithium sendiri tidak mudah terbakar jika dalam baterai ini. Menggunakan solid electolyte masalah keamanan seperti itu tidak akan ada, bahkan Anda bisa melempar baterai ini ke dinding, atau menancapkan paku, tanpa terjadi kebakaran,” imbuhnya.

Kesulitan penerapan teknologi ini adalah dalam hal menemukan material padat yang punya kemampuan menghantarkan listrik setara dengan zat cair.

Jika teknologi tersebut benar-benar terwujud untuk konsumsi massal, pengguna ponsel bakal mendapatkan baterai yang dapat lebih diandalkan.

Exit mobile version