Hari ini, Senin, 26 Maret, Facebook kembali membuat pernyataan terbaru dengan menolak dituduh telah menyimpan data telepon dan teks pengguna tanpa izin.
Menurut pernyataan resmi Facebook, pilihan untuk menyimpan data telepon dan SMS ini dilakukan Facebook hanya jika pengguna telah menyepakati hal tersebut.
“Anda mungkin telah melihat beberapa laporan bahwa Facebook telah menyimpan data telepon dan SMS tanpa izin. Kenyataannya tak seperti itu,” tulis pernyataan di blog Facebook itu.
“Pengguna harus menyatakan persetujuannya agar Facebook bisa mengaktifkan menggunakan fitur ini. Kapansaja, pengguna yang tak ingin menggunakan fitur ini lagi bisa mematikannya dengan di setting, atau disini untuk pengguna Facebook Lite, dan semua data telepon dan teks yang dibagikan di aplikasi akan dihapus.”
Perekaman data ini atau fitur contact importer ini disebut Facebook sebagai praktek yang lazim dilakukan aplikasi media sosial untuk memudahkan pengguna menemukan orang-orang yang mereka kenal.
Sebelumnya Arstechnica melaporkan bahwa seorang pengguna Facebook menemukan bahwa Facebook merekam metadata teleponnya selama bertahun-tahun.
Lebih lanjut, Facebook menyebut bahwa pihaknya tidak menyimpan konten dari SMS dan telepon yang mereka simpan. Selain itu, mereka juga mengklaim tidak menjual data ini ke pihak ketiga.
Dalam beberapa minggu terakhir, Facebook tengah dilanda skandal setelah perusahaan analisa data yang bekerja untuk kampanye Donald Trump menyalahgunakan data pengguna Facebook dalam Pemilu AS di dua tahun lalu.
Perusahaan yang bernama Cambridge Analytica itu dituduh meneksploitasi data pribadi pengguna dari 50 juta pengguna Facebook.
Data ini kemudian digunakan untuk memanipulasi pemiliih di AS dalam kampanye Presiden. Meski demikian, CA menolak menggunakan informasi tersebut dalam kampanye Trump.
Sementara itu, berita terbaru lainnya menyatakan, laman Facebook perusahaan roket SpaceX dan pembuat mobil listrik Tesla milik Elon Musk menghilang sejak Jumat beberapa menit setelah miliarder Silicon Valley itu berjanji di Twitter untuk menghapusnya.
Janji Musk menghapus dua laman itu muncul setelah ia menerima tantangan dari pengguna Twitter lainnya.
“Hapus halaman SpaceX di Facebook jika Anda jantan?” demikian cuitan seorang pengguna pada Musk.
“Saya tidak menyadari jika kami memilikinya. Akan saya lakukan,” balas Musk.
Halaman Facebook SpaceX dan Tesla, yang masing-masing memiliki 2,6 juta pengikut, tidak lagi dapat diakses.
Tantangan untuk Musk sendiri bermula dari cuitan pendiri WhatsApp, Brian Acton, di tagar #deletefacebook pada Maret lalu.
Brian mengatakan bahwa ini saatnya untuk menghapus akun di media sosial tersebut.
Pada Jumat, Musk kemudian membalas cuitan itu dengan mengatakan: “Apa itu Facebook?”
Dari sanalah kemudian para pengguna Twitter lainnya menantang Musk untuk menghapus akun milik perusahaannya.
Tagar #deletefacebook sendiri menjadi terkenal setelah jaringan sosial terbesar di dunia itu mengecewakan penggunanya karena kesalahan penanganan data.
Facebook dituding memberikan data pada Cambridge Analytica – konsultan politik yang bekerja pada kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada dua tahun silam.
Banyak pengguna juga mendesak Musk untuk menghapus profil perusahaannya di Instagram aplikasi berbagi foto Facebook.
“Instagram mungkin baik-baik saja … selama itu tetap cukup independen,” jawab Musk.
“Saya tidak menggunakan FB & tidak akan pernah, jadi jangan berpikir saya semacam martir atau perusahaan saya sedang menerima pukulan besar. “
“Juga, kami tidak mengiklankan atau membayar untuk meminta dukungan, jadi … saya tidak peduli,” tambah Musk.
Di masa lalu Musk sendiri pernah berseteru dengan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg.
Tahun lalu, perdebatan terjadi antara Musk dan Zuckerberg tentang apakah robot akan menjadi cukup pintar untuk membunuh pencipta mereka yakni manusia.
Ketika Zuckerberg ditanya tentang pandangan Musk mengenai bahaya robot, dia menjawab enteng dengan menentangnya dan menganggap “skenario hari kiamat” Musk “tidak bertanggung jawab.”
Sebagai tanggapan, Musk mencuit: “Pengetahuannya tentang subjek terbatas.”