Site icon nuga.co

Rasa Takut Ketinggalan Info di Medsos

Penggunaan media sosial yang semakin menjadi-jadi, nyatanya meningkatkan risiko terjadinya fenomena fear of missing out atau FoMO.

Sebagai pengguna media sosial aktif, Anda perlu memahami cara mengatasi FOMO agar fenomena sosial ini tidak memengaruhi kesehatan mental Anda.

FoMO adalah rasa cemas yang timbul saat Anda merasa bahwa orang lain memiliki kehidupan yang lebih baik.

Kecemasan ini diperburuk dengan kegemaran pengguna media sosial untuk saling memamerkan kebahagiaan, yang sebenarnya belum tentu benar.

Emosi negatif yang timbul akibat FoMO dapat mengakibatkan stres, frustrasi, bahkan depresi. Nah, berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengantisipasi munculnya FOMO:

Cara pertama mengatasi FoMO adalah dengan mengubah sudut pandang yang Anda miliki.

Media sosial menampilkan begitu banyak hal yang mungkin tidak Anda miliki sehingga menimbulkan rasa iri. Kini, cobalah mengubah sudut pandang ini.

Usahakanlah untuk fokus dengan apa yang telah Anda miliki dan semua pencapaian yang telah Anda peroleh.

Atur linimasa Anda agar tidak menampilkan orang-orang yang gemar memamerkan hidupnya. Sembunyikan semua pos atau akun yang menurut Anda bisa memicu FoMO.

Anda mungkin bisa mengganti feed Instagram atau media sosial lainnya dengan sesuatu yang membuat Anda lebih bahagia ketika melihatnya.

Salah satu cara mengatasi FoMO adalah dengan fokus pada satu tujuan dalam satu waktu. Memaksakan diri mencapai banyak hal dalam satu waktu justru dapat mengacaukan fokus dan menurunkan tingkat keberhasilan.

Contohnya, jika Anda ingin mengejar penghargaan dalam bidang akademis, fokuslah terhadap tujuan itu.

Jangan membagi fokus untuk mengejar hal lain yang menyita waktu dan pikiran, kecuali Anda telah mempersiapkannya sejak jauh hari.

Cara mengatasi FoMO yang satu ini mungkin sulit, tapi cukup efektif. Tanpa disadari, Anda mungkin telah terbiasa untuk langsung membuka media sosial begitu bangun tidur.

Coba awali dengan membatasi kegiatan ini dan hanya melakukannya pada waktu tertentu.

Misalnya, gunakan media sosial hanya saat Anda berada dalam kendaraan umum atau waktu istirahat. Disiplinkan diri Anda untuk mengikuti rutinitas ini.

Hindari penggunaan media sosial hingga larut malam karena dapat mengganggu kualitas tidur Anda.

Anda mungkin dapat berkomunikasi dengan banyak orang dalam dunia maya. Namun, berbicara tatap muka secara langsung adalah bentuk interaksi yang lebih berkualitas.

Di sinilah Anda mendapatkan perhatian yang maknanya lebih dari sekadar tombol “like” di media sosial.

Penggunaan media sosial secara berlebihan dapat menimbulkan rasa kesepian, tapi bertemu secara langsung dapat mempererat hubungan sosial Anda.

Inilah salah satu cara terbaik untuk mengatasi kesepian yang muncul sebagai dampak dari FoMO.

Pernahkah Anda mendatangi sebuah tempat yang menarik, lalu merasa perlu mengabadikannya dalam feed media sosial Anda?

Coba renungkan kembali apa yang mendasari perasaan ini, sebab beberapa orang melakukannya hanya untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa hidupnya menarik.

Tentu saja Anda boleh mengambil foto saat bepergian ke tempat yang indah, mengenakan pakaian bagus, atau makan malam di restoran kesukaan Anda.

Meski demikian, ingatlah untuk fokus pada pengalaman yang Anda rasakan dan bukan pada foto-foto yang Anda dapatkan.

Cara mengatasi FoMO perlu dimulai dari pikiran Anda sendiri. Kemudian, kembangkanlah pikiran positif menjadi kebiasaan baik agar Anda semakin bijak menggunakan media sosial. Inilah yang akan menjadi tameng Anda dari pengaruh buruk media sosial terhadap kesehatan mental.

Menurut Department of Psychology, School of Social Sciences, Nottingham Trent University, di Inggris, FoMO adalah suatu kondisi yang bisa menyebabkan orang berlaku di luar batas kewajaran di media sosial.

Selain takut ketinggalan berita di media sosial, mereka juga kadang sengaja memasang gambar, tulisan, atau bahkan mempromosikan diri yang belum tentu jujur hanya demi terlihat update. Ironisnya, hal ini bisa dianggap sebagai cari sensasi dan kebahagiaan mereka di media sosial palsu.

Kecemasan yang diperbuat oleh media sosial ini bisa membuat efek negatif yang nyata, lho. Antara lain berdampak buruk bagi mental, fisik, dan kehidupan mereka.

Cemas karena tidak bisa update di media sosial lama-kelamaan bisa menjadi bumerang. Bayangkan saja jika suatu hari orang dengan kecemasan seperti ini tidak mendapatkan akses internet dan listrik atau ketika mereka lupa bawa handphone. 

Perlu diketahui, kecemasan adalah suatu hal yang mampu memicu stres berlebihan dan depresi pada seseorang. Berdasarkan sebuah studi, kecemasan dapat membuat produksi hormon-hormon penting tubuh seperti serotonin dan adrenalin terganggu.

Susah tidur, tidak nafsu makan, sakit kepala, dan mood kacau bisa muncul ketika hormon dalam tubuh Anda tidak seimbang.

Selain itu, saat Anda merasa cemas, tubuh cenderung akan menghasilkan rasa mual. Ini terjadi saat usus mengirimkan sinyal ke otak bahwa tubuh Anda sedang terancam. Tak jarang, akhirnya tubuh akan bereaksi dengan memunculkan rasa mual.

Seperti yang dilaporkan The Nottingham Post dalam Science Direct, FoMO adalah suatu kondisi yang bisa membuat hubungan sosial Anda jadi rusak. Ya, keseringan update di media sosial bisa menimbulkan hal-hal negatif. Contoh, jika seorang teman mengajak Anda pergi main, lalu Anda menjawab tidak bisa.

Namun, tanpa sadar Anda pergi bersama teman Anda yang lain sembari meng-update nya di media sosial. Hal itu bisa membuat teman Anda yang sebelumnya mengajak Anda akan merasa terkhianati. Ujungnya, tanpa disadari hubungan sosial Anda dengan teman Anda mungkin jadi kurang baik.

Exit mobile version