Site icon nuga.co

Aceh Bukan Tempat Tujuan Wisata

Pemandangan pantai Iboh di Sabang yang permai

Aceh belum lagi masuk dalam peta tujuan kunjungan wisata utama, bauk domestik maupun mancanegara, karena minimnya tingkat hunian hotel dihitung dari hari mereka menginap.

Bahkan dalam peta wisata Indonesia, Aceh adalah daerah yang menjadi luberan wisatawan Sumatera Utara atau daerah lain, bahkan mancanegara, seperti Malaysia.

Belum masuknya Aceh sebagai tujuan utama wisatawan, oleh banyak pengamat dikatakan, buruknya infrastruktur dan minimnya promosi. Bahkan Aceh termasuk daerah rawan dari segi keamanan bagi kunjungan.

Aceh juga, dikatakan, merupakan daerah negatif bagi wisatawan luar negeri karena isu jilbab, celana ketat, cambuk dan larangan duduk ngangkang. Isu ini sudah menjadi halangan bagi para turis, Banyak diantara wisatawan harus mendapatkan kepastian tentang keamanan mereka sebelum memutuskan berkunjung ke Aceh.

Dari sisi lain, Aceh belum menjelaskan dalam promosi wisatanya tentang isu-isu ini. Nampaknya pemerintah Aceh tak peduli dengan promosi ini dan hanya gembar-gembor dengan potensi alam dan budayanya.

Berdasarkan data statistik terjadi penurun rata-rata lama menginap wisatawan di sejumlah hotel di Aceh, yakni dari tigahingga empat hari pada 2012 menjadi satu atau pun hari tahun 2013.

Kepala Badan Pusat Statistik Aceh Hermanto mengatakan, dunia wisata Aceh meningkat dari segi kuantitas wisatawan, tetapi tidak dalam kualitas wisatawannya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Aceh 2013, lama kunjungan wisatawan ke Aceh justru menurun setahun terakhir.

Hermanto mengatakan, seharusnya pemerintah setempat berupaya meningkatkan kualitas wisatawan agar tidak sebatas melihat Aceh. Para wisatawan harus dipacu tinggal dalam waktu lama di Aceh.

”Semakin lama mereka di Aceh, semakin banyak uang yang berputar di sini. Itu akan berdampak nyata bagi perekonomian Aceh, terutama bagi masyarakat di sekitar tempat wisata,” ujarnya.

Anggota Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Cabang Aceh, Nurhadi, menyadari, Aceh masih sebatas menjadi tempat transit bagi para wisatawan, terutama dari Eropa. Umumnya, tujuan utama wisatawan adalah Sumatera Utara.

Nurhadi mengatakan, pemerintah setempat harus berbenah agar wisatawan domestik dan mancanegara tertarik menjadikan Aceh sebagai tujuan wisata utamanya.

Tidak hanya gencar promosi, pemerintah pun harus meningkatkan infrastruktur terkait akses transportasi, jalur transportasi, dan fasilitas penunjang di tempat-tempat wisata.

”Selain itu, pemerintah juga perlu rutin menyelenggarakan acara ataupun festival. Dengan begitu, wisatawan bisa turut beraktivitas sehingga tidak bosan selama di sini,” ujarnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Adami Umar mengatakan, saat ini memang pihaknya fokus mengundang wisatawan datang sebanyak-banyaknya ke Aceh.

”Kami pun berupaya berkoordinasi dengan sejumlah instansi agar meningkatkan sarana dan prasarana, misalnya membuka akses transportasi, meningkatkan kualitas jalur transportasi, dan memicu iklim ekonomi kreatif di tempat-tempat wisata,” katanya.

Di sisi lain, agenda acara ataupun festival yang dapat memicu wisatawan berdatangan terus digalakkan dalam empat tahun terakhir.

Berdasarkan data Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, ada 21 acara ataupun festival yang diselenggarakan sepanjang 2011. Jumlah itu terus bertambah menjadi 25 acara pada 2012, 27 acara tahun 2013, dan direncanakan sekitar 30 acara pada 2014.

Exit mobile version