Harga emas lokal, terutama yang diperdagangkan PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, hari ini Senin, 05 Oktober 2015, melonjak naik bersamaan dengan “booming”nya harga emas di New York pada penutupan akhir pekan lalu.
Dalam perdagangan sesi pagi, Antam membuka harga emas dengan kenaikan sebesar Rp 7.000 per gram yang menjadikan harga emas untuk satu gramnya berada di posisi Rp 581.000. dan mendekati harga tertinggi pekan lalu dimana emas bertengger pada angka Rp 586.000 per gram.
Berlainan dengan kenaikan harga jual yang melambung jauh, untuk harga buyback emas Antam yan cuma naik Rp 3.000 per gram menjadi Rp 510 ribu per gram.
Artinya, jika Anda menjual emas yang dimiliki maka Antam akan membelinya di harga Rp 510.000 per gram.
Mulai pagi ini Antam menjual ukuran emas dari satu gram hingga 500 gram dan tersedia untuk semua ukuran. Bersamaan dengan itu Antam juga membatasi pembeli hingga maksimal seratus lima puluh nomor antrean per hari.
Di pasar global, terutama emas yang diperdagangkan di Comex New York, hari ini, Senin WIB, melonjak hampir dua puluh lima dollar per try ounce setelah data non-farm payrolls AS pada bulan September terjatuh jauh dari perkiraan analis.
Pasar saham berhasil mengambil keuntungan ketika obligasi US Treasury bergerak melompat dan membawa imbal hasil bagi surat utang dengan tenor sepuluh-tahun turun dan merupakan tingkat terendah sejak April.
Sektor pekerjaan AS pada bulan lalu berada pada posisi penambahan terendah kedua dalam delapan belas bulan terakhir.
Buruknya data tenaga kerja tersebut memberikan sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi di AS masih belum pulih. Hal ini mengurangi harapan pelaku pasar akan rencana kenaikan suku bunga AS.
Mengutip Wall Street Journal, di awal perdagangan, harga emas sempat melemah hampir satu persen. Namun kemudian berbalik arah setelah keluarnya data tenaga kerja.
Sementara untuk tingkat pengangguran sesuai dengan hasil konsensus, yaitu berada di level 5,1 persen.
Semula jika data dari Departemen Perdagangan AS sesuai dengan konsensus maka kemungkinan Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga lebih terbuka.
Dampaknya, para investor akan memilih menanamkan modalnya di pasar saham atau pasar obligasi karena memiliki imbal hasil yang menarik jika dibanding dengan emas.
Dolar AS melemah dan membuat harga emas naik ke level USD 1134 per troy ounce.
Emas dipandang sebagai investasi yang safe haven di masa ketidakpastian ekonomi berhasil bergerak rally.
Data laporan pekerjaan AS yang dirilis pada hari Jumat telah memberikan gambaran suram pada pasar pekerjaan AS ketika Federal Reserve sedang mempertimbangkan kenaikan suku bunga pertama dalam lebih dari sembilan tahun di saat ekonomi sedang dipengaruhi oleh kekhawatiran oleh perlambatan ekonomi China yang telah mengguncang pasar keuangan.
Bulan lalu, FOMC telah mengirim indikasi kuat bahwa jika ada perbaikan terus di pasar tenaga kerja maka suku bunga jangka pendek akan mungkin untuk dinaikkan.
Emas, yang tidak memberikan bunga atau dividen telah berjuang untuk bersaing dengan investasi yang memberikan imbal hasil keuntungan yang tinggi jika suku bunga dinaikkan.
Data ekonomi yang melemah di China, perlambatan pertumbuhan pekerjaan pada ekonomi AS, memburuknya data ekonomi di zona Eropa, dan jatuhnya harga komoditas dan volatilitas di pasar modal adalah semua indikator yang harus menjadi perhatian.
Pasar saham memberikan keuntungan lebih, yaitu pembagian dividen di luar kenaikan harga. Adapun pasar obligasi memberikan keuntungan lebih berupa imbal hasil.
Namun dengan buruknya data tersebut, pelaku pasar berpikir ulang dan memilih untuk meletakkan investasinya di logam mulia yang merupakan instrumen save haven.
“Ini melenceng terlalu lebar,” jelas Broker Senior di RJ O’Brien, Chicago, Bob Haberkorn. Dengan data tersebut kemungkinan bisa membuat harga emas terus terbang hingga akhir tahun.
Ia melanjutkan, dengan data-data tersebut, kecil kemungkinan bagi Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga pada tahun ini. “Sulit bagi The Fed untuk melakukannya,” ia menambahkan.
Harga emas tahun ini mengalami tekanan yang cukup dalam karena adanya ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed. Kebijakan moneter tersebut telah membuat dolar AS menguat sehingga menekan harga emas.
Komoditas logam mulia dihindari oleh pelaku pasar karena bagi investor yang bertransaksi dengan menggunakan mata uang di luar dolar AS, keuntungannya akan lebih rendah karena penguatan dolar AS tersebut.