Setelah naik dua hari berturut-turut, Senin dan Selasa, hari ini, Rabu, 23 Agustus, harga emas global yang diperdagangkan Comex mengalami tekanan bersamaan dengan enguatan dolar Amerika Serikat jelang pertemuan pejabat Bank Sentral AS atau the Federal Reserve.
Seperti ditulis, Rabu pagi WIB,, harga emas di pasar spot turun hampur usai meraih puncak tertinggi pada pekan lalu
Investor tengah menunggu pidato Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen yang akan berlangsung pada Jumat waktu setempat di i Jackson Hole, Wyoming, AS.
Dalam pidato tersebut biasanya Yellen memberikan kisi-kisi mengenai arah kebijakan bank sentral.
Pelaku pasar sedang menunggu sinyal apakah the Fed akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan awal, atau masih sama dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya.
Sejauh ini pelaku pasar cukup optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi AS sudah membaik sehingga the Fed akan menaikkan suku bunga.
Optimisme tersebut mendorong penguatan dolar AS sehingga menekan harga emas.
Alasannya, kenaikan dolar AS membuat harga emas lebih mahal bagi mereka yang bertransaksi dengan menggunakan mata uang lain.
Selain itu, pendorong kenaikan dolar AS juga karena kebijakan dari Eropa. Gubernur Bank Sentral eropa Mario Draghi memberikan sinyal belum akan melakukan pengetatan kebijakan moneter atau bahwa Eropa masih membutuhkan stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Dampak komentar Draghi tersebut membuat mata uang euro melemah dan mengangkat dolar AS,” jelas analis Julius Baer, Carsten Menke.
“Sedangkan dari AS, Fed melihat inflasi sesuai dengan target sehingga cukup jelas Fed akan menaikkan suku bunga,” tambahnya.
Sebelumnya harga emas sempat terdogkrak hingga melampaui level US$ 1.300 per ounce ketika ketegangan antara AS dengan Korea Utara meningkat.
Rencana peluncuran rudal ke Guam oleh Korea Utara ditanggapi dengan aksi latihan militer AS.
Sehari sebelumnya harga emas mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Selasa, menyusul pelemahan ekuitas di pasar Amerika Serikat yang mendorong investor membeli logam kuning ini sebagai investasi. Sehingga permintaan melonjak.
Hal ini juga dipicu oleh catatan laporan yang dikeluarkan The Federal Reserve bukan lalu yang menitikberatkan pada inflasi yang rendah.
“Jika emas menembus US$ 1.300 per ounce, dia mengharapkan pergerakan untuk menguji level tinggi yang pernah dialami pada 2011 di level US$ 1.900 per ounce, ujar Jeb Handwerger, editor GoldStockTraes.com
Sementara Colin Siezynski, kepala pasar strategis di CMC mengatakan, penyerangan yang terjadi di Barcelona Kamis kemarin bisa memberikan pengaruh pada emas namun tidak terlalu besar.
“Serangan seperti ini tragis dan punya pengaruh signifikan pada politik dan budaya, sementara untuk ekonomi pengaruhnya tak berlangsung lama,” tuturnya.
Analis di Commerzbank mengatakan, perdagangan sehari sebelumnya, harga emas juga naik dipicu oleh langkah Donald Trump membubarkan dua dewan penasihat Gedung Putih yang berimbas pada melemahnya dolar.
Pelemahan dolar diketahui mengangkat harga emas.