Harga emas global hari ini, Rabu, 20 September, kembali melemah karena dipicu bursa saham Amerika Serikat atau wall street yang menguat.
Selain itu, pasar menanti hasil pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve sehingga bayangi harga emas.
Harga emas untuk pengiriman Desember turun dua puluh sen per ounce.
Harga emas itu terendah sejak 25 Agustus.
Saat ini perhatian pasar ke pertemuan the Federal Reserve yang berlangsung dua hari ini.
Hasil pertemuan the Federal Reserve akan diumumkan pada Rabu waktu setempat.
The Federal Reserce diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga. Akan tetapi, the Federal Reserve diharapkan mulai mengurangi neraca usai akumulasi obligasi yang berakhir pada tiga tahun silam.
“Sepertinya the Federal Reserve akan pertahankan kebijakan moneternya. Menunggu data ekonomi ke depan yang dibutuhkan untuk menaikkan suku bunga,” ujar Chief Executive GraniteShares, Will Rhind seperti dikutip dari laman Marketwatch, Rabu, 20 September
Lebih lanjut ia menuturkan, the Federal Reserve juga tampaknya akan mulai mengurangi neraca keuangan secara bertahap.
“Dengan skenario dolar AS melemah dan suku bunga turun ini dapat mendorong harga emas dan komoditas lebih tinggi,” tambah dia.
Sementara itu, Chief Market Analyst ThinkMarkets Naeem Aslam menuturkan, the Federal Reserve tampaknya ingin proses berjalan baik sehingga menaikkan suku bunga secara bertahap.
“Kemungkinan suku bunga naik pada Desember mencapai empat puluh persen tetapi pernyataan pejabat bank sentral AS membuat indeks dolar AS menguat,” kata dia.
Sehari sebelumnya, Selasa kamerin harga emas juga jeblok sebesar satu persen dan menyentuh level terendah dalam dua pekan terakhir karena penguatan dolar Amerika Serikat
Selain karena penguatan dolar kenaikan imbal hasil surat utang AS juga menjadi penyebab ambruknya harga emas.
Penguatan dolar AS dan imbal hasil ini terjadi menjelang pertemuan Bank Sentral AS atau the Federal Reserve .
Selain itu, Wall Street yang mencetak rekor tertinggi dan meredanya ketegangan di Semenanjung Korea juga membuat pelaku pasar melepas aset-aset safe haven yang sebelumnya mereka genggam.
Seperti ditulis laman situs kantor berita dunia “reuter’ hari Selasa, harga emas di pasar spot turun lebih dari satu persen di London.
Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember yang merupakan kontrak paling aktif juga ditutup turun.
Pada 8 September lalu, harga emas sempat menyentuh level tertinggi dalam tiga belas bulan di
Hal tersebut karena pelaku pasar mengambil posisi aman atau memborong aset-aset safe haven karena adanya ketegangan geopolitik di semenanjung Korea dan adanya hantaman Badai Harvey dan Irma di AS.
“Ada banyak spekulasi di emas pada waktu itu, tapi tampaknya sekarang sudah mulai surut,” jelas analis Commerzbank Carsten Fritsch. Saat ini, pelaku pasar sedang menghitung kemungkinan Bank Sentral AS menaikkan suku bunga.
Para pejabat the Fed bertemu pada Selasa dan Rabu waktu setempat. Investor memperkirakan Fed akan mengumumkan rencana pemangkasan neraca keuangan yang seharusnya mendorong penguatan dolar AS dan menekan harga emas.
“Emas tidak lagi mendapat angin saat ini. Logam mulia tersebut kemungkinan akan tertekan,” jelas analis INTL FCStone Edward Meir.
Selain penguatan dollar, faktor lain yang menyebabkan harga emas turun adalah karena munculnya permintaan pejabat Bank Sentral Eropa untuk menskalakan kembali rencana program stimulus bank.
“Untuk emas ini adalah kabar buruk karena ini terus menjadi tren di pasar terkait normalisasi kebijakan moneter, ” kata Jens Pedersen, Analis Senior Danske Bank di Kopenhagen.
Dia mengatakan, sebelumnya sudah banyak berita utama yang mengulas rencana ECB untuk mengurangi pembelian obligasi dan rencana Federal Reserve AS untuk mengurangi neraca keuangan setelah program pelonggaran kuantitatif. Tindakan normalisasi yang dilakukan bank sentral cenderung menekan emas
Emas sempat menguat seiring berita bahwa penjualan ritel AS yang jatuh pada Agustus dan output industri turun pertama kali sejak Januari.