Gonjang ganjing harga emas terus bergulir menjelang rilis laporan data tenaga kerja Di Amerika Serikat, yang menyebabkan tekanan berat bagi harga logam mulia termasuk emas di awal Agustus 2015 ini, bersamaan signal bank sentral AS menaikkan suku bunga pertama kali sejak sembilan tahun lalu.
Harga emas untuk pengiriman Desember, yang merupakan kontrak teraktif diperdagangkan di divisi Comex turun lebih dari empat dolar per ounce. Di akhir pekan lalu, harga emas berada di level terburuk selama tiga tahun terakhir. Sepanjang Juli, harga emas telah melemah enam koma lima persen, dan ini tercatat sebagai penurunan terbesar sejak Juni 2013.
Spekulasi yang merebak tentang klaim bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve menaikkan suku bunga di awal September juga telah menopang penguatan dolar AS.
Hal itu membuat daya tarik emas susut sehingga mendorong harga emas ke level terendahnya.
“Harga emas mendapatkan tekanan dari sejumlah sentimen negatif. Pelaku pasar khawatir dampak kenaikan suku bunga AS sehingga mengangkat dolar dan menekan harga emas,” ujar Fawad Razaqzada, Analis Teknikal Forex.com seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa 04 Agustus 2015.
Selain itu, harga emas juga dipengaruhi oleh data tenaga kerja pada Jumat pekan ini. Ditambah laporan data nonfarm payrolls. Laporan tersebut dapat menjadi salah satu ukuran bagi kesehatan ekonomi AS.
Ada pun prospek kenaikan suku bunga meningkatkan keuntungan di deposito sehingga lebih menarik bagi pelaku pasar.
Dengan mata uang menguat mengurangi daya tarik aset berdenominasi dolar seperti emas. Razaqzada menambahkan, bursa saham positif dan inflasi global turun juga membebani harga emas
Investor telah memangkas kepemilikan emas dalam mengantisipasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat oleh Federal Reserve.
Isu besar yang kini terus melanda para investor adalah spekulasi jika Federal Reserve lebih dekat dengan rencananya menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade.
Rilis data pekerjaan, real estate dan manufaktur menjadi sinyal bahwa perekonomian tidak lagi memerlukan tindakan darurat yang diberlakukan di tengah krisis tujuh tahun lalu. Ini adalah berita buruk untuk emas, yang memiliki daya saing berat dengan aset berbunga seperti obligasi.
Sebuah laporan yang dirilis Jumat menunjukkan terjadi kenaikan upah meski tak terlampau besar dan membuang harapan bahwa para pejabat Fed bisa menunda menaikkan suku bunga sampai akhir 2015.
Investor masih memperdebatkan jadwal kenaikan suku bunga ini apakah akan berlangsung pada September atau Desember. The Fed tercatat memiliki tiga kali pertemuan untuk mengatur kebijakannya sampai akhir tahun.
“Namun, data ini juga menggarisbawahi kekhawatiran Fed tentang inflasi, dan menyarankan mungkin ada kerugian lebih lanjut di toko emas,” kata Charles Nedoss, Ahli Strategi Pasar Senior LaSalle Futures di Chicago.
Banyak investor melihat emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi, namun dengan harga konsumen yang stabil, menjadi alasan lain investor telah meninggalkan logam mulia ini.
“Jika emas adalah barometer inflasi, dengan belanja ritel melemah dan kenaikan upah yang lemah, harga emas akan terus masuk tren lebih rendah,” lanjut Nedoss
Dua pekan lalu harga emas sempat melonjak lebih tinggi setelah Bank Sentral Amerika Serikat menabur keraguan mengenai rencana kenaikan suku bunga karena menunggu angka inflasi yang lebih mantap.
Menggutip Wall Street Journal, harga emas untuk pengiriman Agustus yang merupakan kontrak emas yang paling aktif diperdagangkan sempat booming.
Dalam The Federal Open Market Committee, para dewan gubernur Bank Sentral AS memutuskan untuk menahan sementara rencana kenaikan suku bunga. Alasan penundaan tersebut karena salah satu indikator yang menjadi pegangan untuk menaikkan suku bunga belum mendukung.
Angka inflasi di Amerika masih rendah sehingga Bank Sentral AS belum terlalu yakin dengan pertumbuhan ekonomi AS. Para pejabat The Fed memilih untuk menunda rencana kenaikan suku bunga dengan adanya realisasi angka inflasi yang masih rendah tersebut.
Angka inflasi selama ini terus berada di bawah dua persen, batas minimal dari The Fed untuk menaikkan suku bunga. Namun, pejabat The Fed mengungkapkan bahwa mereka akan terus memantau perkembangan yang terjadi ke depannya.
Sebenarnya, data-data lain seperti angka penjualan properti, klaim pengangguran dan penambahan tenaga kerja sudah menunjukkan hal yang positif sehingga bisa mendukung The Fed untuk melakukan pengetatan kebijakan moneter.
“Pernyataan tersebut mengejutkan pelaku pasar dan mendorong kenaikan harga emas. Menariknya, tidak ada perbedaan pendapat dalam rapat The Fed kali ini,” tutur analis komoditas RJO Futures, Chicago, AS, Bob Haberkorn.
Sebelumnya, harga emas sempat berada di level terendah dalam lima tahun terakhir karena ada ekspektasi dari pelaku pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga pada September 2015 ini.
Kenaikan suku bunga tersebut tentu saja membuat emas harus bertarung dengan instrumen keuangan lain. Hal tersebut membuat harga emas terus tertekan.