Site icon nuga.co

Jejak “Bulek” Bermata Biru dari Lamuri

Anda ingin mencari bule lokal bermata biru berambut pirang dengan kulit putih yang semampai?

Kalau jawabannya iya, datang ke Lamno.

Lamno berada di kabupaten Aceh Jayadi pantai Barat Selatan Aceh.

Tak begitu sulit jika kita ingin berkunjung kesa, jalanan yang lebar, volume kendaraan yang tak banyak dan pemandangan yang indah membuat perjalanan melalui pantai barat sangat tenang dan jauh dari kebisingan.

Sehingga jika kita melakukan perjalanan kePantai Barat Selatan pastilah melewati daerah Lamno.

Dahulu sebelum tsunami kita dapat dengan mudah menemui mereka karena jumlahnya yang masih banyak dan tersebar di beberapa desa, namun kini jumlah mereka sangat sedikit dan tersebar di berbagai daerah. Selamat Berkunjung dan mempelajari sejarah Aceh.

Ya, ada dua versi cerita yang mengungkapkan tentang asal-usul dari Bulek Lamno ini. Versi pertama mengatakan bahwa keturunan bermata biru ini berasal dari penjajahan bangsa Portugis di Aceh

Saat bangsa itu akan mencari rempah ke Indonesia mereka masuk ke Aceh dan akhirnya menetap di sana. Beberapa pria dari pasukan itu menikah dengan gadis Aceh dan akhirnya menghasilkan keturunan dengan mata biru kecokelatan yang indah.

Selanjutnya versi kedua menjelaskan bahwa keturunan mata biru yang disebut Bulek Lamno ini dimulai ketika kapal perang Portugis terdampar di Aceh.

Kala itu Raja Daya menangkapi siapa saja yang masih hidup. Jika mereka ingin ditolong maka harus masuk Islam namun jika menolak dipersilakan kembali ke lautan. Dari sini para pria dari Portugis menikah dan menghasilkan banyak keturunan.

Sebagian besar penduduk dengan ciri-ciri bermata coklat kebiruan, kulit putih, dam rambut pirang ada di Kecamatan Lamno.

Mereka tersebar di beberapa desa yang dahulu pernah masuk ke dalam kawasan kerajaan Daya seperti Ujong Muloh, Kuala Daya, Gle Jong, Lambeso, dan Teumarem.

Desa-desa  berhadapan langsung dengan Samudra Hindia.

Saat Aceh diterjang tsunami beberapa tahun silam, banyak dari Bulek Lamno ini yang akhirnya pindah ke berbagai tempat.

Rata-rata mereka memilih tinggal di kota yang mudah diakses dan mau menerima keunikan dari fisik yang kadang bagi beberapa warga Aceh dianggap aneh dan tidak sama dengan warga lokal.

Sungguh disayangkan, saat bencana tsunami datang beberapa tahun yang lalu, banyak dari warga keturunan ini yang hilang dan meninggal dunia.

Bahkan tidak lebih dari empat puluh persen sisa warga keturunan Portugis ini yang berhasil bertahan hidup. Akhirnya mereka memilih pergi dari kampung halaman tempat mereka tinggal dan memilih pergi ke daerah lain dengan komunitas kecil yang mereka bentuk.

Oh ya, Bulek Lamno juga dikenal kerap menutup diri dengan dunia luar.

Mereka lebih suka hidup dengan sederhana dan tidak terlibat banyak dengan penduduk lokal Aceh. Entah apa alasannya, mereka lebih suka bergaul dengan orang yang memiliki keadaan fisik yang sama.

Kecantikan dan juga kemolekan dari gadis keturunan dari Portugis ini tentu menarik perhatian banyak orang di sana.

Beberapa pemuda yang belum menikah bahkan sengaja memilih tinggal di sekitar perkampungan dari Bulek Lamno. Mereka akan mencari gadis-gadis yang siap nikah untuk dipinang sampai dapat.

Fenomena gadis dengan mata biru dan berambut pirang di Aceh sangatlah menarik. Banyak yang bilang kalau muslim dengan mata biru itu sungguh cantik.

Mereka tidak hanya memiliki kelebihan fisiknya saja, tapi juga memiliki kebaikan akhlak yang membuat banyak orang ingin menikahinya.
Exit mobile version