Setelah dua puluh satu tahun berlalu, Louis van Gaal, pelatih hebat asal Belanda itu, mengulang kembali aksi protes ber”bau” teaterikalnya di Old Trafford, kala keputusan wasit menyudutkanManchester United di laga Premier League melawan Arsenal Senin dini hari WIN, 29 Februari 2016.
Cara unik van Gaal dalam melakukan protes adalah meniru momen yang terjadi di lapangan di hadapan ofisial.
Aksi “heboh” ini terjadi saat Manchester United menang tiga gol berbanding dua go; atas Arsenal di Stadion Old Trafford
Pada pertengahan babak kedua, salah seorang pemain Setan Merah dilanggar, tetapi wasit tidak meniup peluit.
Van Gaal yang biasanya hanya duduk di bangku cadangan, langsung beranjak menuju tempat wasit keempat.
Kepada Mike Dean, dia mencoba memprotes putusan Craig Pawson.
Namun, Dean tak mengacuhkannya.
Van Gaal lantas merekonstruksi kejadian di lapangan di samping Dean.
Manajer asal Belanda itu bahkan rela terjatuh untuk menunjukkan kejadian yang menimpa pemainnya.
Publik Old Trafford dan penonton sepak bola langsung tertawa melihat aksinya.
Bahkan, sejumlah internet meme muncul dengan menjadikan aksi Van Gaal itu sebagai bahan candaan.
Van Gaal bukan sekali ini saja melakukan aksi protes yang unik.
Pada final Liga Champions dua puluh satu tahun lalu, Van Gaal juga menunjukkan rekonstruksi kejadian kepada wasit keempat.
Saat itu, Ajax Amsterdam berhadapan dengan AC Milan.
Van Gaal yang melatih Ajax tak terima melihat terjangan Marcel Desailly kepada Jari Litmanen.
Guna melakukan protes atas putusan wasit, Van Gaal mendatangi meja ofisial keempat lalu meniru “tendangan kung fu” Desailly. Dia lantas diminta wasit untuk kembali ke bangkunya.
Usai laga dan tak peduli dengan meme aksinya, Van Gaal, mengatakan, menang melawan Arsenal merupakan hasil yang menyenangkan dan bukan usaha yang mudah untuk diraih.
Pelatih Manchester United Louis Van Gaal tak menyembunyikan rasa senangnya setelah timnya bisa meraih kemenangan atas Arsenal di Old Trafford
Adalah dua gol Marcus Rashford dan tambahan dari Ander Herrera yang menjadi penentu kemenangan Manchester United di laga itu.
Secara performa, Manchester United tak tampil dominan atas Arsenal, tapi efektivitas dalam bermain menunjukkan hasil yang lebih baik.
“Kami memainkan garis pertahanan tinggi di babak pertama, itu berisiko melawan tim seperti Arsenal.
Tapi, kami menggantinya di babak kedua dan kami sangat kompak,” kata Van Gaal, Senin.
“Performa dan hasil akhirnya sungguh menyenangkan, saat Anda bermain melawan salah satu tim terbaik di Liga Primer Inggris, dan bisa bermain dengan ambisi dan penampilan seperti itu,” tandasnya.
Van Gaal sendiri di ruang wartawan menegaskan, para pemain tidak terpengaruh oleh kritik yang sebenarnya dialamatkan kepada dirinya.
Manajer Manchester United Louis van Gaal memberi pernyataan tegas, kritik-kritik yang dialamatkan kepada tim sebenarnya adalah untuk dirinya, bukan untuk para pemainnya.
The Red Devils menjalani musim yang tidak memuaskan pada musim ini.
Mereka bahkan harus tertahan di peringkat kelima klasemen sementara Liga Primer Inggris, dengan tertinggal dua belas poin dari sang pemuncak, Leicester City, dan berjarak enam angka dari penghuni posisi keempat, Manchester City.
“Setiap hari saya menjaga para pemain dari kondisi tekanan karena setiap panah diarahkan pada saya, bukan satu pun dari pemain-pemain saya,” ujar van Gaal kepada RTL7.
“Itu semua mengarah pada saya. Dengan cara yang aneh, situasi dengan saya ini memiliki keuntungan untuk para pemain. Saya bisa melihat mereka tidak dikritik. Hanya saya.”
Van Gaal juga sempat menyebut kabar spekulasi Jose Mourinho ke Old Trafford adalah sebuah “skandal yang obsolut.”
Tentang pemain debutannya Rashford, van Gaal mengatakan, striker muda pernah menolak peluang bergabung ke Liverpool dan Everton demi bisa menjadi pemain The Red Devils ketika ia masih berusia tujuh tahun.
Rashford masuk ke dalam skuat inti United, menggantikan Anthony Martial yang mengalami cedera hamstring
Rashford memecahkan rekor sebagai pemain paling muda United yang mampu mencetak gol di kompetisi Eropa, mematahkan rekor selama lima puluh dua tahun yang dipegang legenda George Best.
Ia juga mampu mencetak gol untuk United di level U-18, U-19, U-21, dan tim senior pada musim ini.
The Reds dan The Toffees pernah memiliki keinginan untuk merekrut Rashford ke akademi mereka, sebelum ia pindah ke Old Trafford di usia tujuh tahun.
“Ia adalah fans United. Ketika mereka datang untuk dia, saya tidak melihat mereka memilih orang lain. Everton, United, dan Liverpool, semuanya antusias dengan dia,” ujar Ron Jamieson, chairman klub masa kecil Rashford, Fletcher Moss, kepada Manchester Evening News.
“Everton tertarik pada dia. Mereka benar-benar dibanjiri turnamen tertentu pada 2005 dan ada pencari bakat Everton di setiap pertandingan.”
“Mereka cukup tertarik dengan dia dan pergi ke tempat latihan. Tapi, ia tidak terlalu tertarik, juga kedua orang tuanya.”