Arsenal, Rabu dinihari WIB, 18 Maret 2015, hanya bisa menghampiri kemustahilan pada laga leg kedua, babak “knock out,” enam belas besar, Liga Champions di Stade Louis, kandangnya AS Monaco, dengan meraih dua gol tanpa balas, tapi gagal mencapai perempat final karena kalah gol agresivitas.
Kekalahan gol agresivitas ini dimungkinkan, karena pada laga di Emirates Stadium, “The Gunner” dikalahkan oleh Monaco dengan tiga gol berbanding satu.
Secara agregat, kedua tim sama-sama memiliki gol yang sama, tiga berbanding tiga, namun peraturan FIFA mengalahkan Arsenal dari sisi gol agresivitas
Kekalahan ini merupakan kenyataan pahit yang dialami klub Premier League ini karena selama lima musim beruntun Arsenal selalu terhenti langkahnya di babak enam belas besar.
Dan kekalahan dari AS Monaco di musim ini, seperti ditulis oleh “Daily Mail, paling menyakitkan untuk manajer mereka, Arsene Wenger.
Terakhir kali Arsenal lolos dari babak “knock out” Liga Champions, terjadi enam tahun lalu, sebelum disetop oleh Barcelona di babak perempatfinal.
“Sepakbola bukan dongeng. Ini soal berpikir realistis dan memanfaatkan peluang. Mereka lebih bisa memanfaatkan peluang dan mungkin sedikit beruntung. Itulah bagian dari sepakbola,” tutur Wenger di Mirror.
“Ya, ini adalah cara tersingkir paling menyakitkan. Saya tidak menyamakannya dengan musim-musim sebelumnya. Saya sangat kecewa kami tersingkir malam ini. Tapi banyak hal positif bisa didapat,” lanjutnya.
“Sangat sulit dibandingkan setiap musimnya karena kami pernah melawan Barcelona, serta Bayern Munich dan kami tengah dalam tren positif. Hasil laga ini berkaitan dengan apa yang kami lakukan sebelumnya.”
“Penting untuk kami memenangi laga berikutnya. Sebelum pertandingan ini kami sudah tahu. Melihat statistik yang ada, 98 persen kami pasti tersingkir, tapi kami tetap berusaha.”
“Secara keseluruhan situasinya sangat mengecewakan. Jika hanya melihat pertandingain ini segalanya berjalan sangat positif. Pertandingan ini bisa saja sudah tuntas di babak pertama, jika melihat banyaknya peluang yang didapat,” demikian Wenger.
Arsene Wenger juga menilai AS Monaco beruntung bisa lolos, dan ia dengan senang hati memberi selamat untuk Monaco.
Soccernet mencatat Arsenal sangat dominan dengan tujuh belas tembakan di mana tujuh on goal, sementara tak ada satupun dari tiga usaha Monaco yang menemui sasaran.
Wajar jika kemudian Wenger menyesali nasib sial yang menimpa Arsenal di dua leg ini terkait buruknya penyelesaian akhir para pemainnya.
“Kami tahu bahwa sulit untuk mencetak tiga gol, tapi kami tidak pernah benar-benar memanfaatkan peluang dengan baik,” ujar Wenger kepada BeIN Sport seperti dikutip Reuters.
“Ini bukan soal siapa pantas lolos, tapi lebih pada efisiensi permainan. Kami juga membuat beberapa kesalahan fatal di leg pertama. Monaco sangat beruntun, kami harus memberi mereka selamat,” lanjutnya.
Hasil ini pula ditulis dengan mengenaskan oleh Mirror, sebagaii catatan buruk Arsenal seperti yang pernah dialami Real Madrid.
Pemain Arsenal Ramsey, usai laga. Kepada Sky Sport, dengan berurai air mata menyesali kekalahan ini. Ia juga menyanyangkan di sepuluh menit waktu tersisa, Arsenal gagal memaksimalkan kesempatan.
“Kami kembali harus gigit jari karena disingkirkan oleh Monaco, tim yang cuma jadi unggulan keempat di turnamenini. Pedih karena kami hanya kalah agresivitas mencetak gol di markas lawan, tutur Ramsey.
“Saya rasa kami sudah melewatkan kesempatan untuk lolos. Kami selalu saja disingkirkan tim-tim seperti Bayern Munich atau Barcelona di fase ini, tapi bukannya tidak menghormati Monaco, bahwa kami sebenarnya punya peluang bagus untuk lolos,” ujar Ramsey seperti dikutip BBC.
“Tapi sayangnya kami sudah membuat sulit diri kami sendiri sejak leg pertama. Lagi-lagi nyaris kami lolos tapi sayangnya itu tidak cukup,” lanjut pemain berpaspor Wales itu.
AS Monaco memang lolos ke perempatfinal Liga Champions slewat menit-menit penuh ketegangan. Ketika kalah dua gol, mereka terus tertekan yang membuat tiket lolos ke perempat final sempat diujung tanduk.
Monaco bermain padai laga leg kedua di Stade Louis, Rabu dinihari WIB dalam posisi unggul. Kemenangan tiga gol berbanding satu pada leg pertama di Emirates Stadium jadi bekal yang bisa dibilang amat bagus.
Sempat menyulitkan di awal laga, Monaco pada prosesnya tertekan oleh Arsenal di pertandingan selanjutnya. Arsenal kemudian mencetak gol pertama lewat Olivier Giroud.
Setelah itu, tim tamu terus menebar bahaya.
Beruntung bagi Monaco, kiper Danijel Subasic tampil cemerlang menggagalkan sejumlah peluang The Gunners. Meski begitu, mereka pada akhirnya kemasukan gol kedua oleh Aaron Ramsey.
Ketinggalan dua gol membuat Monaco terdesak.
Satu gol lagi dari Arsenal, maka mereka bakal angkat koper dari Liga Champions. Namun anak asuh Leonardo Jardim mampu menahan tekanan yang ada di sisa waktu, hingga akhirnya memastikan diri lolos lewat aturan gol tandang.
“Kami mengerahkan segala upaya. Arsenal datang ke sini untuk merengkuh kelolosan dan kami jelas merasakan ketegangan setelah tertinggal dua gol, tapi kami tetap tangguh,” kata gelandang Monaco, Nabil Dirar.
“Arsenal menampilkan permainan yang bagus. Selamat untuk seluruh skuat. Kita lolos!” ujarnya seperti dilansir situs resmi UEFA.
Gempuran Arsenal ke pertahanan Monaco bisa dilihat dari statistik. Monaco hanya terus berada di bawah tekanan sang tamu.
Tuan rumah juga cuma punya tiga percobaan dan tak satupun mengarah langsung ke gawang. Sedangkan Arsenal punya enam belas tembakan, tujuh di antaranya tepat sasaran.
sumber : sky sports, mirror, daily mail dan bein sports.