Arsenal secara menyedihkan “keluar” dari trek perburuan trofi Premier League usai digulung “putting-beliung” di Stamford Bridge, Sabtu malam WIB, 22 Maret 2014, setelah dicabik Chelsea enam gol tanpa balas. “Kekalahan memalukan bagi Wenger dari ketidakberdayaannya melayani taktik Jose Mourinho,” tulis “The Mirror.”
Dengan kemenangannya ini, Chelsea kokoh di puncak klasemen, sementara City naik ke posisi tiga usai membantai Fulham lima kosong untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Arsenal. The Citizens masih sangat berpeluang ke puncak klasemen mengingat mereka punya tiga pertandingan di tangan.
Liverpool juga tak kalah oke. Di Sabtu malam, bersamaan dengan laga Chelsea melawan Arsenal, klub Anfield itu mengandaskan Cardiff City enam tiga dan bertengger kukuh di posisi dua klasemen.
Anak-anak asuh Brendan Rodgers berkesempatan menipiskan jarak dengan Chelsea menjadi hanya satu poin mengingat masih punya satu laga belum dimainkan.
Arsenal kini mulai tertinggal dalam perburuan gelar, sementara Chelsea, City dan Liverpool diyakini bisa meraih titel juara Premier League. Namun membandingkan komposisi dan kedalaman skuatnya, Liverpool sadar Chelsea dan City punya keunggulan, meski itu tak otomatis menutup kesempatan untuk timnya.
“Saya pikir dua tim yang menjadi kandidat terbaik untuk meraih titel adalah Chelsea dan Manchester City,” katanya pelatih Liverpool Brendan Rodger kepada “ Sky Sports.”
“Tapi kami akan terus berusaha. Kami bekerja sangat keras dan fokusnya sekarang adalah dua pertandingan berikutnya karena kami bermain di kandang,” lanjutnya
Kami punya keyakinan yang sangat besar dan kepercayaan diri, dan kami hanya fokus menjaga laju kami sekarang ini. Kami ada di ujung kompetisi sekarang dan ingin memastikan bahwa kami tidak terpeleset,” demikian
Sementara itu, manajer Arsenal, Arsene Wenger, mendapat kado pahit nan tak terlupakan ketika dia melakoni laga ke-1.000 bersama The Gunners.
Laga itu juga diwarnai sebuah kekeliruan wasit yang salah memberikan kartu merah kepada pemain Arsenal, di mana Kieran Gibbs yang diusir keluar lapangan, bukan Alex Oxlade-Chamberlain yang seharusnya menerima ganjaran tersebut.
Ketika pertandingan baru berusia tujuh menit, gawang Arsenal sudah kebobolan dua kali lewat gol Samuel Eto’o dan Andre Schuerrle. Pada menit ke-lima belas, petaka menimpa Arsenal karena Gibbs diganjar kartu merah oleh wasit Andre Marriner, yang menganggap pemain tersebut dengan sengaja menahan menggunakan tangan bola tendangan Eden Hazard dari depan gawang.
Padahal Oxlade-Chamberlain yang melakukannya.
Oxlade-Chamberlain berusaha meyakinkan wasit bahwa dirinya yang melakukan pelanggaran tersebut. Hasil tayang ulang memperlihatkan bahwa gerakan Oxlade-Chamberlain mengatakan “itu saya” kepada Marriner, tetapi sang pengadil tetap pada keputusannya mengusir Gibbs.
Hazard yang mengeksekusi penalti dengan sempurna menjalankan tugasnya. Pemain asal Belgia ini sukses menjebol gawang tim tamu untuk membawa Chelsea unggul 3-0, sebelum Oscar menambah gol pada menit ke-42 dan 66, serta ditutup dengan gol Mohamed Salah pada menit ke-71.
“Saya yakin itu handball, tetapi wasit tidak melihatnya. Bola keluar dan saya pikir Chamberlain yang menyentuh bola,” ujar Wenger kepada BBC. “Saya tidak tahu siapa yang memberikan petunjuk kepada wasit bahwa itu handball, tetapi dia pasti tidak melihatnya.”
Sementara itu manajer Chelsea, Jose Mourinho, yang tak pernah kalah dalam 11 pertandingan melawan Wenger, mengakui ada pelanggaran, meskipun dia juga bersimpati kepada ofisial pertandingan.
“Ada banyak orang di kotak. Eden melepaskan tembakan, satu pemain berada di belakang kiper dan melompat seperti kiper dan menyentuh bola dengan tangan,” ujar Mourinho kepada BT Sport.
“Dari bangku cadangan anda tidak melihatnya, satu dari asistenku mengatakan (Mikel) Arteta, yang lain mengatakan Chamberlain. Penalti tetap penalti dan kartu merah tetap kartu merah, tetapi salah pemain.”
Kekalahan ini menjauhkan peluang Arsenal untuk bersaing memperebutkan gelar juara. Padahal di awal musim, penampilan Meriam London sangat menjanjikan, dan mereka menjadi favorit untuk kembali meraih gelar Premier League setelah paceklik selama satu dekade setelah terakhir kali menjadi juara pada musim 2003/04.
Wenger tak mau mencari kambing hitam. The Professor, yang tak menghadiri sesi jumpa pers usai pertandingan, sempat memberikan pernyataan kepada BBC bahwa dia yang bertanggung jawab atas kegagalan ini. Manajer asal Perancis ini pun mengakui dirinya mendapatkan kado yang pahit, karena harus mengalami hari terburuk dalam kariernya.
“Kekalahan ini merupakan kesalahanku, saya sepenuhnya bertanggung jawab. Ini merupakan hari terburuk dalam karierku. Semuanya berakhir setelah 20 menit dan pertandingan terasa panjang setelah itu,” ujarnya