Site icon nuga.co

Dilema Laga Boxing Day di Premier League

Louis van Gaal, pelatih Manchester United, tak menyurutkan celotehannya tentang laga “boxing day,” yang sangat tidak manusiawi. Selain mengaktifkan jadwal kompetisi di “hari-hari libur natal dan tahun baru, pertandingan “hari perkelahian” itu juga dinilainya tidak memedulikan kebugaran pemain karena rentang waktu pertandingan hanya berjarak dua hari.

Pelatih Manchester United ini menilai kompetisi tertinggi di Inggris itu sudah melanggar aturan dari FIFA dan UEFA.

Kompetisi Premier League memang tak kenal libur natal dan tahun baru, maka dari itu tercipta istilah Boxing Day. Bahkan, Manchester United harus melakoni dua pertandingan, dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam.

Pada 26 Desember 2014 pukul 22.00 WIB, MU melawan Newcastle United, kemudian, menghadapi Tottenham Hotspur pada Minggu 28 Desember 2014 pukul 19.00 WIB. Van Gaal yang baru pertama kali merasakan hal ini, mengaku sedikit kecewa.

“Mengacu peraturan FIFA dan UEFA, ada larangan bermain dalam waktu 24 jam. Di Inggris, ini bukan masalah,” ujar Van Gaal, seperti dilansir Sky Sports.

“Saya tak bisa menyiapkan tim dengan seharusnya, Kami punya jadwal pertemuan unit, pertemuan tim. Kami harus menggelar latihan sebelas pemain lawan sebelas pemain. Kami tak bisa melakukan itu (karena waktu mepet). Namun, saya gembira dengan performa tim saat ini,” sambungnya.

Di saat liga-liga Eropa lain sedang libur karena Natal serta Tahun Baru, Premier League justru terus berlangsung. Periode ini bukanlah hal yang aneh di Inggris dan biasa disebut sebagai Boxing Day.

Banyak tim yang mengkritik periode Boxing Day. Sebab laga ini berlangsung di saat para pemain seharusnya menikmati liburan natal dan tahun baru. Alhasil, Boxing Day dianggap bakal menguras tenaga para pemain.

Dalam tiga hari ke depan, Jumat hingga Minggu, tim-tim Premier League harus melakoni dua laga. Jadwal padat di tengah masa liburan ini yang membuat Boxing Day selalu dikritik meski sudah menjadi tradisi lama.

Manajer Manchester United, Louis van Gaal salah satunya yang kesal dengan padatnya jadwal Premier League pada Desember ini. Dia pun berharap Federasi Sepakbola Inggris atau FA bisa menyusun jadwal yang lebih baik bagi kondisi pemain.

“Saya rasa itu tidak baik untuk pemain yang berkarier di Premier League, bahwa mereka akan bermain setiap 2 hari sekali,” ujar pelatih asal Belanda tersebut seperti dilansir Sportmole.

Hal yang sama juga dilontarkan Manajer Manchester City, Manuel Pellegrini. Pelatih asal Chile itu mengaku pusing dengan jadwal padat Premier League di penghujung 2014. Pellegrini bahkan meminta FA mengevaluasi jadwal liga di tengah musim.

Keluhan eks pelatih Real Madrid itu bukan tanpa alasan. Dua pemain ManCity menjadi korban dari jadwal gila jelang tengah musim. Mereka adalah bek tengah sekaligus kapten, Vincent Kompany, dan striker Edin Dzeko.

“Mereka cedera karena terlalu sering bermain di akhir tahun. Premier League intensitasnya sangat tinggi. Boxing Day memang penting, tapi semuanya bisa berdampak buruk di atas lapangan,” keluh Pellegrini dilansir Telegraph.

Sementara komentar sedikit bijak disampaikan manajer Chelsea, Jose Mourinho. Menurutnya, para pemain yang ada di Premier League pantas mendapat respek karena mengorbankan waktu libur bersama keluarga.

“Ini sangat sulit. Saat orang-orang Jerman sedang (berlibur) di pantai. Orang-orang Spanyol di Maldives untuk berjemur. Semua orang melakukan itu,” tutur Mourinho dilansir SkySports.

“Tapi, di negara ini, Anda bermain pada 22 Desember, bermain di Boxing Day, tanggal 28, dan juga saat Tahun Baru. Tak ada Natal, yang ada hanya sepakbola. Untuk itu, saya pikir para pemain pantas dapat respek,” lanjutnya.

Sedangkan gelandang West Ham United, Mark Noble juga tidak senang dengan komplain yang dilakukan tim-tim Premier League terkait padatnya jadwal pertandingan saat perayaan Natal dan akhir tahun.

Menurutnya, mereka seharusnya bersyukur tak dikirim ke Irak atau Afghanistan untuk berperang. Noble memang sadar bahwa itu konsekuensi dari profesinya sebagai pesepakbola yang harus membayar mahal dengan tak dapat sepenuhnya merayakan Natal bersama keluarganya.

“Anda harus berpikir mengenai tentara yang berada di Afghanistan atau Irak. Mereka tidak bersama keluarga mereka dan hidup di bawah ancaman peluru, sedangkan kita hanya bermain di Premier League,” kata Noble dilansir tribalfootball.

“Memang sangat sulit bagi Anda yang punya keluarga dan anak di mana Anda harus meninggalkan mereka. Tapi, sebenarnya kita sekumpulan kecil pemain-pemain yang beruntung. Kita beruntung punya kemampuan bermain di Premier League,” lanjut Noble.

Exit mobile version