Kejutan besar di Piala Dunia Rusia benar-benar menjadi kenyataan.
Argentina, Jumat dinihari WIB, 22 Juni, di bantai oleh Kroasia lewat tiga gol tanpa balas.
Kekalahan ini memang men yakitkan dan sulit dijelaskan.
Bahkan, pelatih timnas Argentina Jorge Sampaoli juga mengaku tidak bisa menjelaskan penyebab kekalahan tim Tango pada laga Grup D Piala Dunia di Stadion Nizhny Novgorod itu.
Peluang Argentina lolos ke babak enam belas besar menipis setelah dikalahkan Kroasia .
Tim Tango kini tinggal berharap Islandia tidak mengalahkan Nigeria pada laga malam ini untuk menjaga peluang lolos ke babak selanjutnya.
Sampaoli sangat kecewa dengan kekalahan Argentina dari Kroasia. Bahkan, ia mengaku tidak bisa menjelaskan penyebab kekalahan telak itu.
“Saya merasakan sakit luar biasa karena kekalahan ini. Saya tidak tahu bagaimana menganalisis pertandingan ini. Rencana saya tidak berjalan, sekarang kami harus menunggu untuk kesempatan kecil untuk lolos, kemudian kami harus berjuang. Kami tidak punya pilihan lain,” ujar Sampaoli dikutip dari Marca.
Argentina sempat mengakhiri babak pertama tanpa gol sebelum kiper Willy Caballero melakukan blunder yang berujung gol Ante Rebic
Kroasia kemudian menambah dua gol lewat Luka Modric dan Ivan Rakitic di pengujung babak kedua.
“Saya yang bertanggung jawab, saya tidak bisa menyerahkan tanggung jawab ke Caballero. Ini tanggung jawab saya, Anda tidak bisa mencari alasan berdasarkan penampilan pemain di lapangan. Ini semua tanggung jawab pelatih,” ujar Sampaoli ketika ditanya blunder Caballero.
“Ketidakberuntungan gol pertama membuat kami sangat terlika dan pertandingan perlahan mulai menjauh. Saya tidak punya alasan untuk mengubah situasi,” sambung Sampaoli.
Sampaoli juga membela penampilan buruk Lionel Messi. Sampaoli menganggap penyerang Barcelona itu juga tidak bisa disalahkan.
“Rencana permainan kami tidak berjalan, dan jika tidak berjalan, sulit bagi pemain yang berada di rencana itu untuk membuatnya berjalan,” ucap Sampaoli.
Selanjutnya, Argentina akan menghadapi Nigeria pada laga terakhir Grup D, Rabu dini hari WIB.
Pada laga itu juga menurut berbagai pengamat, Sampoli memilih berjudi menurunkan pemain dan mengatur strategi.
Tim Tango harus menari di ujung tanduk.
Peluang mereka amat tipis untuk lolos ke babak enam belas besar karena tergantung hasil Islandia melawan Nigeria.
Lionel Messi dan kawan-kawan dipastikan tersingkir jika Islandia berhasil mengalahkan Nigeria. Blunder kiper Argentina, Wilfredo Caballero, membuka nasib buruk La Albiceleste di laga itu.
Akibat kesalahan fatal penjaga gawang Chelsea itu, gawang Argentina kebobolan pada menit ke-53 melalui gol Ante Rebic. Namun, blunder Caballero bukan satu-satunya biang keladi kekalahan La Albiceleste.
Kesalahan strategi Sampaoli-lah yang justru menjadi pangkal bencana bagi Argentina pada laga tersebut. Ia memilih berjudi, dan kalah.
Begitu yang bisa disimpulkan jika melihat pilihan strategi Sampaoli menghadapi Kroasia. Pelatih itu menerapkan strategi tiga empat tiga.
Yang menjadi sorotan adalah tiga pemain di posisi belakang. Sampaoli menempatkan Gabriel Mercado, Nicolas Otamendi, Nicolas Otamendi, dan Nicolas Tagliafico.
Sampaoli sepertinya ingin mencoba memadatkan lini tengah dengan empat pemain, termasuk dua full-back yang diisi Eduardo Salvio dan Marcos Acuna.
Strategi ini untuk mengantisipasi kekuatan lini tengah Kroasia yang lebih superior dengan gelandang-gelandang top macam Luka Modric, Ivan Perisic, dan Ivan Rakitic.
Terlihat pula Argentina banyak bermain lebih melebar dengan tetap menjaga kepadatan di tengah untuk antisipasi serangan Kroasia dari lini tengah.
Namun yang menjadi persoalan adalah tiga pemain belakang tersebut karena pilihan itu jadi kurang ideal bagi Tim Tango di Piala Dunia.
Idealnya, tiga posisi bek tersebut diisi oleh pemain yang peran aslinya sebagai bek tengah.
Namun, tercatat hanya Otamendi yang merupakan bek tengah. Sedangkan peran yang biasa dilakoni Mercado dan Tagliafico adalah bek sayap.
Strategi yang cukup ganjil baginya mengingat Sampaoli tidak menerapkan skema itu pada laga-laga sebelumnya di uji coba dan pertandingan perdana lawan Islandia. Saat ditahan imbang Strakanir Okkar, La Albiceleste bermain dengan formasi baru.
Sampaoli menempatkan Marcos Rojo dan Otamendi sebagai bek tengah, sejajar dengan Tagliafico serta Salvio di posisi bek sayap.
Pada tiga laga uji coba terakhir sebelum Piala Dunia, Argentina juga tak memainkan pola dengan tiga bek di belakang.
Sampaoli tetap memainkan empat bek ketika menang empat gol tnpa balas lawan Haiti, kalah dari Spanyol, dan menang atas Italia.
Keruan saja, formasi tiga bek di belakang menjadi strategi yang kurang familier bagi para pemain Argentina saat menghadapi Kroasia.
Ditambah lagi, dua bek lainnya yang dimainkan sebagai trio lini belakang bukan karakter asli bek tengah seperti Mercado dan Tagliafico.
Tanda-tanda kekacauan koordinasi di lini belakang Argentina pun sudah mulai terlihat pada awal-awal laga.
Beberapa kali trio belakang itu kerap salah komunikasi dalam mengantisipasi serangan para penyerang Kroasia.
Kesalahan seperti ini bisa terjadi apabila para pemain memang tidak terbiasa dengan skema baru yang harus mereka jalankan.
Alhasil, perjudian Sampaoli di atas lapangan hijau tak menuai hasil positif.