Joseph “Pep” Guardiola, pelatih Machester City, menjadi buruan media selama dua pekan terakhir untuk pemberitaan “miring” mengenai karirnya yang “terguncang” di Liga Primer.
City kini berada di posisi enam Liga bersamaan dengan kekalahan beruntun timnya, terutama, setelah “dipukul” Liverpool.
Secara terus terang pelatih asal Spanyol yang sebelumnya pernah membawa Barcelona dan Bayern Mueanchen ke posisi tinggi itu mengaku telah membuat sejumlah keputusan keliru dalam menerapkan strateginya terhadap para pemain Manchester City.
Kedatangan Guardiola di Stadion Etihad memang mengubah teknis tim. Dalam beberapa laga musim ini, ia beberapa kali mencoba formasi baru.
Keputusan lain dari Guardiola adalah menurunkan sejumlah pemain di posisi yang tak biasa mereka perankan.
Alhasil, Guardiola pun sempat mendapatkan kritik dari sebagian pihak terkait kebijakannya tersebut.
“Kami menampilkan permainan yang sangat bagus saat awal musim. Namun, kami merasa ada kesalahan, terutama di lini belakang,” ujar Guardiola seperti dilansir Sky Sports.
“Pada saat itulah, ide saya tak berjalan bagus karena saya masih mencoba mengenal para pemain dan mengetahui posisi terbaik mereka, serta beradaptasi dengan situasi di sini,” tutur dia.
Guardiola pun menampik jika dirinya berniat mengubah karakter permainan sepak bola Inggris. Sebaliknya, dia justru ingin mendalami lingkungan barunya.
Menurutnya, perjalanan yang berliku akan membuat karier kepelatihannya tak monoton.
“Saya tak ingin mengubah sepak bola Inggris. Saya sudah katakan berkali-kali bahwa saya ingin beradaptasi di sini,” ucapnya.
Sejauh ini, Guardiola sudah menjalani tiga puluh satu partai bersama Manchester City.
Dari seluruhnya, dia telah menorehkan sembilan belas kemenangan, enam kali imbang, dan enam kekalahan.
Dalam sebuah pernyataan tersiratnya, Pep pernah mengatakan bahwa karier kepelatihannya akan berakhir di Manchester City.
“Saya akan berada di Manchester untuk tiga musim berikutnya, atau mungkin lebih,” kata Pep kepada NBC.
“Saya tidak akan duduk di bench sampai saya berusia tua. Saya sudah memasuki masa akhir karier kepelatihan saya,” ucap Guardiola melanjutkan.
Ia pun mendapatkan pertanyaan soal karier kepelatihannya.
“Mungkin ini menjadi salah satu tim terakhir saya,” ujar Guardiola.
“Saya harus bisa memahami peraturan-peraturan di Inggris,” tutur dia.
Tentang bagaimana City harus keluar dari tekanan, Guardiola menegaskan timnya itu harus percaya diri
“Saya harap para pemain untuk percaya bahwa kami bisa kompetitif menghadapi tim manapun,” ujar Guardiola seperti dikutip dari situs resmi klub.
“Kami mampu memegang bola lebih banyak dibandingkan beberapa pertandingan terakhir. Dari sudut pandang itu, kami jelas tampil jauh lebih baik dari sebelumnya.”
Manchester City kembali akan berjuang di Liga Primer Inggris dengan menghadapi Everton di Goodison Park pada pekan depan.
Manchester City butuh kemenangan agar tetap bisa menjaga jarak dalam perburuan gelar Liga Inggris.
Saat ini City ada di peringkat keempat dengan nilai empat puluh dua, tertinggal tujuh angka dari Chelsea yang jadi pemuncak klasemen.
Kritik lain untuk Guardiola datang dari striker Bayern Muenchen, Robert Lewandowski, yang menyinggung metode kepelatihan Josep Guardiola yang dinilai membuat pemain rawan cedera.
Guardiola pernah menangani Bayern selama tiga tahun. Di sana, dia sukses merengkuh tiga gelar Bundesliga, dua DFB-Pokal, satu Piala Super Eropa, dan satu Piala Dunia Antarklub.
Kendati tergolong sukses sebagai pelatih, Guardiola rupanya tetap meninggalkan kesan negatif di mata para pemain Bayern.
Salah satu pemain Bayern yang meyuarakan keluhan soal Guardiola adalah Lewandowski.
Striker asal Polandia itu mengkritik metode kepelatihan Guardiola yang dinilai berpotensi membuat para pemain rentan cedera.
“Sekarang kami bermain lebih baik. Secara taktik dan fisik, kami lebih baik,” ujar Lewandowski kepada Bild.
“Dalam dua tahun terakhir saat era Guardiola, kami selalu memiliki masalah pada akhir musim dan kerap mengalami cedera,” kata Lewandowski.
Lewandowski bukan satu-satunya pemain Bayern yang mengkritik kepemimpinan Guardiola saat di Allianz Arena.
Franck Ribery dan Dante juga pernah beropini negatif soal Guardiola di hadapan media.