Mimpi “Liverpuldian,” begitu supporter Liverpool menyebut dirinya, untuk menyaksikan kembali “The Reds” menjadi juara Premier League makin mendekat bersamaan dengan kemenangan tim Anfield itu menaklukkan Tottenhamp Hotspurs empat gol tanpa balas, Senin dinihari WIB, 31 Maret 2014 di laga kandangnya.
Kemenangan ini, seperti ditulis oleh “Daily Mail,” sangat strategis di tengah apesnya Manchester City, setelah bermain seri satu-satu melawan Arsenal, dan terjungkalnya Chelsea dari Cristal Palace Ranger satu gol, serta makin menjauhnya Arsenal dari puncak klasemen.
Laga di Anfield itu, yang dimenangkan Liverpool, menurut “Mail,” menaikkan posisi “The Reds” sebagai pemuncak klasemen Premier League, dengan menggeser Chelsea dalam jarak dua angka. Liverpool.
Kembalinya Liverpool sebagai tim yang impresif mengingatkan banyak orang tentang perannya yang spektakuler di Premier League dengan sejarah delapan kali juara serta partisipasinya di Liga Eropa..
Liverpool memang terdegradasi setelah tragedi Heysel, Antwerpen, Belgia, kala menghadapi Juventus di final Champions League, yang kala itu “hollygan” Anfield membunuh supporter Juve. Laga itu dimenang Juve dan Liverpool dihukum dan melata di berbagai liga.
Di Premier League sendiri, setelah format kompetisi tertinggi di Inggris diubah, klub asal Merseyside itu belum pernah kembali menjadi yang nomor satu. Alhasil, merebut mahkota Liga Primer menjadi mimpi Liverpuldian sejak dua puluh empat tahun terakhir.
“Ini adalah mimpi dari pendukung kami, mereka ingin memenangkan gelar,” kata manajer Liverpool, Brendan Rodgers.
Mimpi Liverpuldian semakin menjadi kenyataan setelah The Reds memuncaki klasemen Liga Primer musim ini usai mengalahkan Tottenham Hotspur empat gol tanpa balas di Anfield, Senin dinihari WIB, 31 Maret 2014.
Keberhasilan Liverpool pada musim ini, kata Rodgers, juga berkat dukungan dari Liverpuldian. “Ketika kami mendapat dukungan di belakang kami, itu adalah kekuatan yang nyata. Pendukung santa paham seberapa besar usaha kerja keras kami, dan mudah-mudahan itu membawa kami melangkah lebih jauh,” ungkap Rodgers.
Meski belum pernah menjuarai Liga Primer, dalam rentang periode tersebut Liverpool tetap berprestasi. Sejak musimitu, Liverpool dua kali juara Piala FA, empat kali juara Piala Liga, dua kali juara Piala Community Shield, juara Liga Champions, juara Piala UEFA, dan dua kali juara Piala Super Eropa.
Keberhasilan Liverpool menjalani musim Premier League tahun ini memang fantastis. Tim Anfield itu bukanlah unggulan setelah hanya finis di posisi ketujuh pada musim lalu. Untuk itu, ketika memulai kompetisi tahun ini, Rodgers mengatakan, merebut mahkota Liga Primer bukanlah target utama mereka.
“Saya belum memikirkan juara liga,” kata Rodgers.
Mungkin, ucapan Rodgers hanya agar para pemainnya tidak besar kepala karena sukses memimpin klasemen Liga Primer. Menurut Rodgers fokus Liverpool pada saat ini adalah memenangkan sisa pertandingan.
“Yang ada dalam pemikiran saya saat ini adalah mempersiapkan tim mejadi lebih baik,” ujarnya.
Alasannya, Rodgers menambahkan, jika Liverpool mampu tampil baik dalam setiap pertandingan, maka gelar juara akan datang dengan sendirinya. “Jika kami tampil baik, maka kami bisa memenangkan pertandingan dan kemudian kami bisa melihat apa yang akan bisa kami raih,” kata bekas manajer Swansea City itu.
Dalam laga dengan Hotspurs, selain keluar sebagai pemenang, Liverpool juga tampil dominan.. Laga baru berjalan dua menit The Reds sudah unggul melalui gol bunuh diri Younes Kaboul. Kemudian gol Liverpool lainnya dicetak oleh Luis Suarez. Phillippe Countinho, dan Jordan Henderson.
Dengan kemenangan ini Liverpool memimpin klasemen Liga Primer unggul dua poin dari peringkat kedua, Chelsea. Adapun Manchester City di urutan ketiga.
“Permainan yang kami tampilkan sejak awal pertandingan adalah kinerja yang hebat dan saya sangat bangga dengan mereka hari ini,” kata Rodgers.
“Kami sangat percaya diri dengan bagaimana cara kami bermain. Hasil pertandingan melawan Sunderland membuat kami cemas untuk melawan Spurs. Untungnya kami bisa menang empat gol. Pemain bermain dengan intenstas, tenang, fokus, dan permainan tim yang kompak,” Rodgers menambahkan.
Bekas manajer Swansea City itu juga memuji fleksibilitas pemainnya saat bermain dengan perbedaan formasi. Dengan pemain yang dimilikinya saat ini, Rodgers kerap mengubah-ubah formasi di setiap laga.
“Ini kredit untuk pemain atas fleksibilitas dan ide-ide yang ditampilkan dalam pertandingan,” ujar manajer 41 tahun tersebut.