Lionel Messi bukan “alien” dari planet “sana,” seperti yang dikatakan Jose Mourinho ketika menyebutnya aksinya di lapangan. Messi manusia biasa ketika rona bahagia pupus dari wajahnya kala Argentina disoraki atas ke kalahannya dari Jerman di Estadio Maracana Senin dinihari WIB, 14 Juli 2014, kemarin.
Ia juga nanar kala menerima trofi Bola Emas sebagai pemain terbaik Piala Dunia 2014. Ekspresinya Messi menyiratkan kesedihan dengan sedikit ke “bloon-bloo-nan” Argentina malam itu gagal menjadi juara.
Penghargaan bergengsi itu ternyata menyiksa “Si Messiah” dan kemudiannya di persoalkan dengan tajam oleh pengamat dengan berbagai rumor di media. Betul saja pemain terbaik itu tak mampu menghibur si pemain terbaik dunia empat kali tersebut.
Malam itu waktu Rio de Janeiro, atau Senin subuh WIB, David Beckham yang berada di Tribune VVIP mendeliknya, melambaikan tangan dengan mengacungkan jempol, dan membuat Messi sedikit tersenyum.
Ia juga membalas lambaian tangan Beckham yang datang ke Stadion Maracana bersama ketiga putranya, Brooklyn, Romeo, dan Cruz. Anak-anak mantan kapten tim nasional Inggris itu mengenakan jersey Argentina.
”Kami mendukung Messi karena ia pemain hebat dan rendah hati. Saat rekannya mencetak gol, ia orang pertama yang menyambut dan merayakan gol. Meski gagal menjadi juara dunia, ia pantas menjadi pemain terbaik,” ujar Beckham.
Tak lama setelah menerima trofi, Messi menyempatkan diri berfoto dengan Manuel Neuer, si penjaga gawang terbaik. Ia lalu menuruni anak tangga podium sambil menyambut uluran tangan penggemar. Ia juga berbesar hati menerima pelukan pemain Jerman Bastian Schweinsteiger sebelum akhirnya bergegas menuju ruang ganti.
”Saat ini tak ada yang bisa menghibur saya. Tidak penghargaan atau apa pun. Yang kami inginkan hanyalah membawa pulang trofi Piala Dunia dan merayakannya dengan seluruh masyarakat Argentina,” ujar pemain Barcelona itu.
”Meski Jerman lebih banyak menguasai bola, kami pantas mendapat lebih. Sangat menyakitkan kalah dengan cara seperti ini,” lanjut kapten tim ”Tango” itu. Kendati laga melawan Jerman menyisakan kekecewaan mendalam, ia bertekad membawa Argentina lebih baik di masa mendatang.
Pelatih tim Argentina, Alejandro Sabella kepada media yang menunggunya di ruang wartawan, dengan lugas mentakan Messi layak menjadi pemain terbaik. ”Dia tampil hebat sepanjang Piala Dunia. Meski menjadi kekuatan utama Argentina, ia mampu mengangkat penampilan rekan setim hingga akhirnya tampil di final,” ujar Sabella yang akan melepaskan jabatan pelatih tim Tango seusai Piala Dunia.
Bagi pelatih Chelsea Jose Mourinho, yang selalu mengulang-ulang Messi bersama Cristiano Ronaldo pemain sepakbola dari planet “alien” menegaskan, ada atau tidaknya trofi Piala Dunia tak mengurangi kualitas Messi sebagai salah satu pemain besar yang pernah ada.
Ia pun berharap masyarakat Argentina tak menyalahkan Messi atas kegagalan meraih gelar juara.
”Lebih mudah menghargai Messi ketika ia menang, tetapi sulit saat ia kalah. Namun, patut diingat, ia sudah melakukan segalanya dengan mencetak empat gol setelah musim yang melelahkan bersama Barcelona di Liga Spanyol dan kompetisi Eropa,” kata si “Special One.” itu.
Penampilan menonjol Messi di empat laga awal menjadi salah satu dasar penilaian FIFA untuk kategori pemain terbaik. Ia mencetak empat gol dan terpilih sebagai pemain terbaik di empat laga beruntun. Gol tunggal Angel di Maria ke gawang Swiss di babak 16 besar juga berkat umpan matang Messi.
Hanya saja, penampilannya di tiga laga terakhir cenderung menurun. Ia gagal mencetak gol dan memberi asis umpan yang berujung gol. Bahkan, saat melawan Belanda di semifinal, ia seperti ”menghilang” dari lapangan.
Ia hanya mampu sekali mengancam gawang lawan selama seratus dua puluh menit pertandingan. Sang ayah, Jorge Messi, tak menampik jika penampilan putranya agak menurun. ”Ia kelelahan karena hampir tak beristirahat seusai memperkuat Barcelona musim lalu. Kakinya terasa berat seperti membawa beban berat,” katanya.
Mungkin itu pula yang membuat statistik penampilan Messi tak terlalu menonjol.