Lionel Messi melelehkan stagnasi serangan Barca usai “dipaksa” masuk lapangan di menit ke-62, dan menebar ancaman, sepuluh menit kemudian, lewat akselerasinya memindahkan bola di ruang sempit kotak penalti Paris Sain-Germain ke David Villa untuk memberi kesempatan Pedro melakukan “hard passing” ke rusuk kiri gawang Salvatore Sirigu.
Itulah pergerakan setengah “wall pass” khas Barca di “scrimmage” ruang sempit kotak pertahanan lawan, yang hanya bisa dimainkan bersama Messi, dan selalu menghadirkan “jejak” maut bagi lahirnya gol, seperti malam itu, bagi klub Catalan itu. “Hanya dengan Lionel Messi,” tulis analisa preview pertandingan yang dimuat oleh surat kabar “Marca” edisi Kamisnya.
Messi, Rabu dinihari WIB di Nou Camp, pada laga kedua perempat final Liga Champions, ketika Barcelona bertemu kembali Paris Sain-Germain, memang “gladiator” dingin yang mengubah skema dan peta permainan “Blaugrana” yang mengalami kemandegan di enam puluh menit pertandingan. Ia juga mengubah angka kemenangan 1-0 PSG menjadi 1-1 lewat gol Pedro setelah aksi akselarasinya bersama Silva membuat Pedro bisa masuk menghunjam bola ke gawang klub Paris itu.
Masih belum begitu bugar, kelihatan dari wajahnya ketika melakukan “warming up” di pinggir lapangan, Messi melakukan apa yang tidak dilakukan Cec Fabregas, pemain yang ia gantikan, saat memulai pergerakan di lapangan dengan melakukan pergerakan eksplosif dengan atau tanpa bola. Ia juga mampu mengeksplorasi sumbu serangan dengan menarik dua tiga bek lawan untuk mengepungnya guna membuka ruang bagi pemain lain.
Begitu ia beraksi, secara naluriah, Messi menarik tiga pemain belakang PSG, Alex, Thiago Silva dan Christhope Jailet untuk mambayangi pergerakannya sembari memberi ruang longgar bagi Iniesta, Pedro dan David Silva melakukan “swing position.” Pergantian posisi inilah dari awal celakanya Paris Saint-Germain yang terbelah tekanannya dalam membayangi pemain lawan..
Lionel Messi memang pantas menerima pujian setinggi langit dari Pedro, Silva maupun Pique. Kepantasan untuk seorang maestro yang telah menyelamatkan Barca dari kekalahan, yang hampir saja diratapi oleh 100.000 publik Nou Camp, yang malam itu terus menerus memberi aplaus lewat “standing up” dengan memukul tetabuhan tiada henti.
Usai pertandingan asisten pelatih Barcelona, Jordi Roura, mengakui bahwa Lionel Messi agak dipaksakan untuk main. Namun, itu sudah ada kesepakatan antara pelatih dengan Messi. Jika pertandingan tak sesuai harapan, ia siap dimainkan.
Pemaksaan ini tak bisa disembunyikan oleh Barca karena kerenggangan waktu antara “warming up”nya dengan kehadirannya di lapangan sempat berlangsung selama enam menit. “Tito Vilanova masih belum memberi putusan akhir,”kata sebuah sumber di Barcelona tentang masih ragunya mereka untuk menurnkan Messi.
Messi sebenarnya masih dalam perawatan karena cedera otot saat pertandingan leg pertama babak perempat final Liga Champions lawan Paris Saint-Germain (PSG). Dia diragukan bisa bermain pada leg kedua, yang nyaris memupus harapan Barcelona. Sebab, PSG unggul lebih dulu lewat gol Javier Pastore pada menit ke-50. Artinya, PSG sudah unggul agregat 3-2.
Karena permainan masih tetap stagnan, akhirnya pelatih Tito Vilanova mengisyaratkan lewat ujung jari telunjuknya untuk mengesahkan menurunkan Messi pada menit ke-62. Ia langsung memberi pengaruh. Pada menit ke-71, ia membidani gol Pedro Rodriguez. Umpan cerdasnya kepada David Villa diteruskan kepada Pedro yang kemudian membobol gawang PSG. Gol itulah yang memastikan Barca ke semifinal dengan keunggulan agresivitas gol dalam agregat 3-3.
“Kami sudah melakukan persetujuan dengannya (Messi) sebelum pertandingan. Jika pertandingan tak berlangsung seperti yang diharapkan, ia akan turun bermain. Dan, itulah yang kami lakukan,” jelas Roura kepada surat kabar Spanyol, AS.
“Dia pemain yang begitu penting dan kehadirannya memengaruhi pertandingan. Masuknya Messi juga memengaruhi mental lawan. Dia menunjukkan kapasitasnya,” tambahnya.
Roura menjelaskan, timnya sebenarnya tampil bagus. Namun, gol lawan membuat sesuatu menjadi lebih berat. Meski begitu, tim akhirnya bahagia karena sukses ke semifinal. “Tim telah menunjukkan apa yang mereka buat. Lolos ke semifinal Liga Champions sebanyak enam kali secara berturut-turut adalah sebuah prestasi membanggakan,” ujarnya.
Tentang hasil 1-1 di Nou Camp yang membuat agregat gol 3-3 dan klub Paris itu harus tersingkir karena Barca unggul dalam memasukkan di kandang lawan, pelatih Paris Saint-Germain (PSG), Carlo Ancelotti, merasa kecewa karena timnya terlempar dari Liga Champions. Namun, dia juga bangga terhadap permainan timnya yang mampu mengimbangi klub sebesar Barcelona.
“Sangat berat kami harus tersingkir setelah apa yang kami lakukan malam ini. Kami seidikit takut di leg pertama dan hasil (2-2) tak terlalu bagus,” kata Ancelotti kepada Canal+.
“Namun, setelah pertandingan malam ini, meski kami merasa kecewa, juga ada rasa bangga. Kami bangga karena melakukan segala yang mungkin untuk mengejar kemenangan. Kami bermain bagus, hanya kurang bagus sedikit dalam bertahan. Itulah sebabnya saya ingin berterima kasih kepada para pemain. Kami hampir meraih kemenangan. Harusnya ini bisa menjadi malam yang fantastis buat kami,” tandasnya.