“Akhir derby yang mencemaskan,” tulis Reuter Sport dalam analisis laga edisi 164, duo Manchester, United “The Red Devils” dan The “Citizens” City, di pekan ke-16 Premier Leguae yang dimainkan di Etihad Stadion, Minggu, dan berakhir untuk kemenangan Manchester United, 3-2.
Pertandingan yang dtulis oleh Reuter sebagai laga yang sangat emosional dan nyaris “kelabu” karena bertemunya dua gelembung ambisi megalomania di klub satu kota untuk saling “membunuh,” dan berakhir dengan patahnya rekor City yang telah berumur dua tahun tak terkalahkan di laga kandang.
Dengan nada serupa, tapi lebih sentimentil, AP Sport menurunkan laporan,”bukan kemenangan itu yang menjadi pertaruhan bagi kedua tim. Tapi drama provokasi yang dipertontonkan anak-anak Etihad sebagai pembenaran tentang telah matinya naluri sepakbola sebagai sebuah lambang sportivitas dan eleganitas kultur sepakbola Inggris Raya.”
Pertandingan MU dan City, disepakati oleh media Inggris sehari sebelum sebagai bukan pertandingan biasa. Laga dari pekan penantian untuk menuju pengukuhan juara di session pertama liga yang akan berakhir di hari-hari pertama Januari. Keduanya, sebelum laga hanya terpaut tiga angka, dan dalam kalkulasi sepakbola bukan angka menguntungkan bagi MU serta bukan pula angka mati untuk City karena mereka berlaga kandang dan Setan Merah tidak pernah mendapat keuntungan di dua musim kompetisi.
Bagi media Inggris, pertandingan ini dianggap sebagai laga keramat untuk memadukan unsur entertainment dan sportifitas dengan menyiramnya bersama unsur dendam, komentar “kuning” yang salahkaprah dan membuka perkelahian tentang siapa yang akan menjadi hero.
Kedua kubu sudah disulut selama berhari-hari oleh media untuk berkelahi. Mereka telah diracuni dengan kutipan tentang lembaran hitam bagaimana superioritas harus didapat. Orasi di jaringan televisi menambah besarnya gelegak api kedua tim untuk saling melecehkan dan mengungkit tentang remeh temeh kasus dan insiden yang pernah terjadi, dan sebenarnya sudah menjadi milik masa lalu.
Realitas dari pertandingan itu, seperti dikomentari Sky Sport TV, memang sarat dengan kejutan dramatis. Kejutan dari jalannya pertandingan yang penuh dengan sensasi permainan tingkat tinggi. Permainan Wayne Ronney yang akurasi ekselarasinya sangat padan dengan Ashley Young dan van Persie dan menjadikan dirinya sebagai kuda pacu untuk menggusur keteguhan Joe Hart, kiper City, lewat dua gol.
Wazza, begitu Ronney disapa, sore itu juga menorehkan rekor baru sebagai pencetak 11 gol ke gawang City dalam laga derby, yang berati melampui kehebatan si lagenda Old Traford Sir Bobby Charlton yang selama karirnya menghasilkan 10 gol ketika bertanding dengan klub sekotanya itu.
Kehebatan laga itu, seperti diakui oleh Roberto “Mancio” Mancini, tidak seharusnya kekalahan bagi City. Manicini seperti dikutip hampir seluruh media memang sulit menerima kekalahan dari permainan City yang ia gambar sebagai yang terbaik. “Kami memang ketinggalan dua gol dari Ronney. Tapi kami menyamakannya dengan cara yang tak kalah hebatnya. Gol Yaya Toure dan Pablo Zabaleta sebenarnya sinyal akan datangnya kekalahan bagi United. Kami unggul segalanya. Tapi mereka mencurinya di injuri time. Dan saya sulit menerima kekalahan ini,” ujar Mancini kepada BBC News Sport, dengan mata menerawang mengenang gol van Persie yang menjadikan timnya melebarkan jarak enam angka dengan MU
Bukan hanya Mancio yang mengakui laga itu hebat. Sir Alex Fergosun, pelatih gaek dari MU juga mengacungkan jempol sebagai isyarat pertandingan itu berjalan bagus. Ia bahkan mengatakan, sulit untuk mengedipkan mata ketika kedua tim saling ngotot, saling menekan dan saling membuka peluang.
Fergie, begitu pelatih 70 tahun itu selalu di sapa, mengakui sulit bagi timnya untuk memenangkan pertandingan. “Saya hanya berharap hasilnya imbang setelah dua gol balasan City lewat Toure dan Zabaleta menghantam gawang kami. Tapi di injuri time akhirnya datang juga hasil kerja keras kami. Itu bukan gol kebetulan. Itu gol yang direncanakan dengan matang dan Persie menyudahinya,” kata Fergie kepada wartawan BBC TV ketika diwawancarai.
Bagi Alex kemenangan itu telah membuka jalan bagi MU untuk berada di “track” juara. Mancini boleh berharap banyak tentang gelar juaranya. Tapi realitas hari ini kami meninggalkan mereka enam angka di lintasan kompetisi. “City dan MU sedang berada di jalan menuju persaingan. Berlainan dengan City, Chelsea yang belum menyerah dan berada di poisisi tiga klasemen hanya bisa berharap keajaiban,” kata Alex yang merangkum jawaban atas komentar Mancini dan Rafael Benitez, pelatih Chelsea tentang masih terbukanya peluang juara bagi timnya.
“City iya. Tapi Chelsea sepertinya sedang pikun. Ketinggalan sepuluh angka dari kami ia masih berharap. Dan itu membenarkan harapan mereka MU terkapar,” ujar Fergie menyindir Benitez.
Persaingan di puncak Premier League, sepertinya memang milik duo Manchester. Walau pun ketinggalan enam angka dari MU, Citizens menyisakan laga ringan di sisa putaran pertama liga. Sedangkan MU harus memainkan laga tandang di ujung tahun ini dengan beban berat.
Walau pun jalan pertandingan antara klub satu kota ini berlangsung dengan full atractive dengan saling serang, saling gedor dan saling mencetak gol, insiden masuknya penonton ke lapangan dan lempar koin yang kini menjadi wabah di pertandingan liga Inggris menggoreskan cacat yang menyebabkan FA menurunkan tim investigasi untuk menyusun laporan.
Di akhir pertandingan penonton City yang selama berhari-hari dihasut oleh komentar media, “menolak” kekalahan timnya dan bergerombolan turun ke lapangan pertandingan untuk menunjukkan egoisme mereka atas superioritas yang dimiliki Citizens. Walau pun situasi bisa di lerai untuk tidak menjadi kerusuhan, Rio Ferdinand, stopper MU, terkena lemparan koin yang menyebabkan pelipis kirinya mengucurkan darah.
Fergie seperti biasanya, mengomentari kasus ini sebagai peng”kadal”an atas tim tamu yang kini berjangkit di suporter sepakbola Inggris. Ia mengatakan, pertandingan kedua tim tidak harus disudahi dengan sikap ugal-ugalan. “Jarak yang memisahkan kedua saudara itu hanya sebatas dinding ruang tamu,” kata Fergie tentang kubu kedua tim.
“Tidak harus kita memakan racun komentar media dengan kegilaan berlebihan. Kita harus tegak dengan gagah menerima kekalahan dan kemenangan. Kami tidak mengeluarkan sorak yang berlebihan ketika menyambut kemenangan,” katanya tentang insiden itu dan insiden serupa yang pernah dialami MU ketika datang ke Stamford Bridge kandang Chelsea beberapa pekan lalu yang juga di”kadalan” dengan lemparan koin.
Mancini atas nama manajer secara khusus telah menelepon Rio Ferdinand dan Fergie minta maaf atas insiden tersebut Bahkan jurubicara City kepada jaringan televisi berbayar “ITV” juga menyatakan permintaan maaf dan mendukung investigasi polisi Greater Manchester yang sedang mengumpulkan data bagi menyimpulkan insiden yang yang terus mendera persepakbolaan liga. []