Sempurna sudah “pengusiran” Mourinho dari Bernabeu. Siulan, ejekan dan poster dengan dua kata,”gracias mou” yang bernada “nyelekit” mengiringi kepergian “The Only One” itu di laga terakhir ketika Real Madrid bertanding melawan Osuasuna.
“Pengusiran” tanpa bunga dan tidak ada puja-puji. Pahit sekali. Mourinho yang malam itu berbalut “tiseut” biru dan bercelana “jeans” hanya bisa melambaikan tangan sebagai penghormatan terakhirnya terhadap “sportivitas.” Bukan penghormatan untuk “madridista” yang telah menzaliminya diakhir musim ini.
Mourinho mengucapkan kalimat sendu, begitu keluar dari lapangan. Ia kembali menegaskan, kagum dengan publik Santiago Bernabeu yang telah berbagi selama tiga musim dengan apa yang ia kontribusikan untuk tim.
“Tidak selamanya berhasil. Tapi saya tidak sepenuhnya gagal. Terima kasih untuk yang bisa menghargai sportivitas. Dan kepada, sedikit dari banyak madridista -sebutan fans Madrid, yang memberi dukungan, terima kasih semuanya,” ujar Mou.
Masih dengan kepala ditegakkan, Mourinho yang musim depan akan berlabuh di Stamford Bridge, dengan nada acuh mengatakan, “Semoga kalian bahagia dan sehat selalu. Hala Madrid!”
Tabloid terbita Madrid, MARCA, dalam edisi “special report”nya, Minggu, menulis dengan nada emosional,” Sayang, rasa terima kasih Mourinho berbanding terbalik dengan para fans yang memadati Santiago Bernabeu di laga kontra Osasuna. Para fans terbagi menjadi dua kubu, antara yang mendukungnya dan bahagia akan kepergian Mourinho.”
Laga terakhir Madrid lawan Osusuna di Bernabeu, yang dimenangkan oleh Los Blancos, 4-2, merupakan “repetite” terakhir Mou sebagai pelatih, hanya terisi dua pertiga dari kapasitas hampir 100.000 tempat duduk. Laga itu terasa hambar walau pun Madrid mengumpulkan nilai 85 pada akhir kompetisi.
Sebagian suporter Madrid meluapkan kekecewaan mereka terhadap Mourinho. Bukan hanya ia akan pergi dan diyakini kembali ke Chelsea, melainkan juga karena Madrid gagal meraih satu gelar pun di musim ini.
Maka, siulan dan teriakan sinis sering dilontarkan kepada Mourinho. Padahal, ini laga perpisahan bagi Mourinho.
Mou tidak hanya mengecewakan “madrdista” selama berada di La Liga, tapi juga meninggalkan perangai yang buruk dengan sikapnya yang “nyeleneh.” Sportor La Liga akan mengenang bagaimana arogannya Mourinho saat mencolok mata Tito Vilanova.
Mewakili “madridista” Guti Hernandez, mantan jugador El Real ini menilai, hengkangnya Mou dari Santiago Bernabeu, membuat para penggemar Los Blancos yang juga disebut gembiraa.
“Semula kami berharap banyak darinya. Bukan hanya dari titel, tapi sedikit banyak dari kerendahan hati yang bisa berdampak bagus buat klub dan semuanya,” ucap Guti, seperti dilansir Sport ES.
“Dia telah mengecewakan semua madridista. Saya berharap dia mendapatkan yang terbaik di masa depannya. Saya selalu katakan dia adalah pelatih hebat dan saya yakin dia bisa memenangkan lebih banyak gelar bersama Madrid, jika dia mau lebih merendah dan mencampakkan kesombongannya,” pungkas Guti.
“Saya berharap semua orang yang berhubungan dengan Real Madrid akan meraih banyak kebahagiaan di masa depan. Saya menghargainya walau pun tidak didukung n banyak supporter. Sekali lagi, dia bahagia dengan kepergian ini ” kata Guti.
Madrid belum memiliki pelatih pengganti. Madrid sedang berusaha merekrut pelatih Paris Sasint-Germain, Carlo Ancelotti. Madrid juga punya alternatif jika Ancelotti gagal didapatkan, yakni mengontrak Pelatih Bayern Muenchen yang akan segera mundu, Jupp Heynckes.