Liga Inggris terkejut dengan pemecatan Jose Mourinho.
Mereka sepakat pemecatan ini lantaran Mourinho kehilangan kepercayaan dari ruang ganti pemain.
Alan Shearer misalnya, mengatakan bahwa situasi sulit yang dihadapi Mourinho bermula dari ketidakmampuannya menjaga stabilitas ruang ganti pemain.
“Ketika seorang manajer bermasalah dengan pemain, maka sang manajer sudah menempatkan dirinya pada posisi yang sulit.”
“Bila seorang manajer bermasalah dengan dua hingga tiga pemain, maka dirimu masih bisa menyingkirkan mereka. Namun bila lebih dari itu, maka kamu sama saja bermasalah dengan setengah dari orang di ruang ganti.”
“Masalahnya, manajer tentunya tak bisa memecat seluruh pemain,” ucap Shearer saat diwawancarai oleh Radio 5 dikutip dari Guardian.
Thierry Henry juga menegaskan bahwa sejarah manis yang diukir Mourinho bersama Chelsea tidaklah berpengaruh banyak sebagai penyelamat pada keterpurukan Chelsea musim ini.
“Saya tak tahu apakah Mourinho bisa membalikkan keadaan jika tetap bertahan, namun yang pasti Chelsea seperti merasa harus berbuat sesuatu di tengah kondisi seperti ini.”
“Tak peduli apa yang telah dilakukan seorang manajer pada sebuah klub, klub tersebut tetap akan bisa menunjukkan pintu keluar karena hal itu sangatlah mudah dilakukan,” tutur Thierry Henry pada Sky Sports News.
Mantan bek Arsenal Martin Keown pun menilai bahwa Mourinho sudah terlihat gelisah sejak awal musim.
“Pemecatan ini memang hanya seperti sebuah momen yang dinanti untuk terjadi, Dia pernah berbicara tentang ‘tikus dalam markas’ dan kekhawatiran tentang bocornya susunan pemain ke media.”
“Mourinho sudah kehilangan kepercayaan dan cinta dari para pemainnya. Saya melihat Chelsea di laga lawan Leicester dan para pemain seperti tidak sepenuh hati memberikan kemampuan mereka di lapangan,” ujar Keown.
Walaupun kondisi Mourinho saat ini terpuruk, bintang Inggris era sembilan puluhan Paul Merson tetap yakin pesona Mourinho tak sepenuhnya pudar.
“Louis van Gaal sepertinya akan mewaspadai kehadiran Mourinho.”
“Bila situasi di Manchester United tak kunjung membaik dalam dua minggu ke depan, maka bisa saja United melihat dan berpikir bahwa salah satu manajer terbaik di dunia tengah menganggur. Mari rekrut dia,” tutur Merson.
Terdepaknya Jose Mourino dari Stamford Bridge bukan hanya disayangkan, tapi diledek oleh para rivalnya yang bersaing memperebutkan gelar juara.
Mungkin masih banyak yang ingat bagaimana Jose Mourinho mengekspresikan kegembiraannya usai mengantar Chelsea juara musim lalu saat acara penghargaan tahunan klub.
Ia menampilkan sebuah tayangan yang meledek para rivalnya di Liga Primer Inggris, yaitu Arsenal, Manchester City dan Manchester United.
Pertama, ia menyebut skuat asuhan Louis van Gaal hanya bermain berputar-putar di atas lapangan tanpa gawang sehingga tidak mencetak gol meski menguasai banyak bola. Kemudian, ia menyerang City yang ia sebut bermain dengan satu gawang, sehingga tidak bisa menjadi juara.
Terakhir, ia meledek Arsenal yang ia sebut bermain sesuai aturan FIFA, dengan dua gawang, mampu mencetak gol dan juga kemasukan, namun hanya meminta bermain Januari hingga April di mana The Gunners meraih hasil sangat positif.
Namun, tidak ada yang menyangka, beberapa bulan kemudian, Mourinho mengantar The Blues ke dalam periode yang sangat kelam hingga mengakibatkan The Special One terdepak dari kursinya.
Sepanjang karirnya, Jose Mourinho kerap yang mendapatkan tawa terakhir.
Pelatih tersukses dalam satu dekade terakhir, bersama arsitek Bayern Munich Pep Guardiola, selalu mampu ‘menaklukkan’ rival-rivalnya.
Bagaimanapun juga, musim ini tidak demikian.
Pada pertandingan terakhir, The Blues bertandang ke markas Leicester dalam laga lanjutan Liga Primer Inggris. Ia berhadapan dengan tim kejutan dan juga rival lamanya, Claudio Ranieri.
Mou menggantikan Ranieri di Chelsea pada periode pertamanya 2004 silam. “Ini adalah akhir dari siklus,” ujarnya saat itu. Tetapi, kemudian ia menyerang pelatih asal Italia tersebut ketika keduanya bekerja di Serie A Italia, Mourinho di Inter sementara Ranieri di Juventus.
Tentu, bukan hanya Ranieri yang pernah merasakan komentar pedas dari pelatih asal Portugal tersebut.
Arsene Wenger menjadi salah satu favorit Mou. Eks pelatih Real Madrid itu melabeli Wenger sebagi spesialis dalam kegagalan tahun lalu.
Dia juga mempertanyakan mengapa pelatih asal Prancis itu bertahan lama di kursi pelatih The Gunners.
“Setiap manajer lain dalam tekanan. Steve dalam tekanan, saya dalam tekanan, Brendan Rodgers dalam tekanan, Manuel Pellegrini dalam tekanan, semuanya dalam tekanan,” ujar Mou pada September silam.
“Kami tidak boleh menderita kekalahan. Kami tidak boleh tampil di bawah ekspektasi. Kami harus mencapai target. Jadi saya bersimpati kepada semua manajer dan juga saya yakin mereka juga bersimpati kepada saya karena ini tugas yang sulit.”
“Atas dasar alasan tertentu, ada satu yang berada di luar daftar itu. Dia tidak masuk dalam daftar, tapi itu bagus buatnya.”
Ketika ditanyakan siapa manajer yang dimaksud, Mourinho menjawab tanpa menyebutkan nama.
“Dia boleh membicarakan wasit sebelum pertandingan, dia boleh membicarakan wasit setelah pertandingan, dia boleh mendorong orang di area teknis, menangis di pagi hari, menangis di sore hari, tidak ada yang terjadi.”
“Dia tidak berprestasi, tapi bertahan di pekerjaannya, dia masih bisa menjadi raja. Sungguh sebuah keistimewaan,” pungkasnya.
Kemudian, ada pelatih Manchester City, Manuel Pellegrini. Pelatih asal Cile itu digantikan Mou di Real Madrid dan ketika Pellegrini mengunjungi Santiago Bernabeu sebagai pelatih Malaga, Mou mengatakan: “Jika Madrid memecat saya, saya akan hengkang ke klub besar di Inggris atau Italia. Saya tidak akan pergi ke Malaga.”
Tetapi, sungguh ironis, kali ini bukan Mou yang mendapat tawa terakhir.
Kedua rivalnya itu – ditambah dengan Ranieri dan Manchester United besutan Louis van Gaal – berada di empat besar dan bersaing ketat untuk menjadi juara Liga Primer Inggris musim ini, sementara Mou sudah terdepak dari Chelsea, yang malah terancam degradasi.
Karma telah menghukum Mou, tetapi kiprah dan kebangkitannya di dunia sepakbola sebagai The Special One akan masih terus ditunggu dan dinantikan.
Sementara itu Andriy Shevchenko yang disebut akan menggantikan Mou di Stamford Bridge menegaskan tak akan menggantikannya sebagai pelatih Chelsea.
Namun legenda Ukraina tersebut membantah jika dirinya akan menggantikan Mourinho. Ia menegaskan jika dirinya baru akan memulai karier kepelatihan di tahun depan. Itu pun baru rencana.
“Menggantikan Jose Mourinho? Dengar, saya tidak akan memulai karier saya sampai tahun depan. Tanya lagi setelah saya memulainya,” tegas Shevchenko, seperti dikutip Metro.
“Sekarang, saya masih belum memutuskan apakah akan berkiprah sebagai direktur olahraga atau di bagian administratif lainnya. Atau mungkin saya memang bisa memulai karier saya sebagai manajer,” tandasnya.