Site icon nuga.co

Usai, Kerikuhan Wasit Beri Penalti di Old Trafford

Kerikuhan wasit memberi penalti di Old Trafford berakhir sudah. Tiga penalti, kala Manchester United menjamu Liverpool merupakan berakhir keangkuhan “Dreams Theatre” sebagai penyangga magis sepakbola Inggris.

Tentang kesungkanan wasit memberi penalti di Old Trafford diungkapkan, mantan wasit asal Inggris Graham Poll.

Ia membuat pernyataan mengejutkan dengan mengunkapkan, beberapa wasit takut memberikan penalti kepada tim tamu di Old Trafford saat Manchester United masih ditangani Sir Alex Ferguson.

Menurut Poll, ketika Ferguson masih melatih MU, kerap ada perkataan pedas yang keluar dari pria asal Skotlandia itu jika wasit dianggap menguntungkan pihak lawan. Poll bahkan merasa pernah terpengaruh dengan keberadaan Ferguson.

“Ketika saya melakukan perjalanan ke Old Trafford, saya menyadari ada ‘Fergie factor’. Jika saya memberi keputusan ‘lunak’ yang melawan mereka atau tidak menambahkan cukup waktu, maka saya tahu dia akan memberi tahu saya,” jelas Poll dilansir Mail.

“Pada hari-hari awal, saya harus mengakui bahwa mungkin hal itu memengaruhi saya. Cara saya memutuskan untuk mengatasi ini adalah untuk meningkatkan tingkat toleransi saya soal hukuman penalti,” lanjutnya.

Pada pertandingan Premier League antara MU melawan Liverpool di Old Trafford, akhir pekan lalu, wasit Mark Clattenburg memberikan tiga penalti kepada tim tamu. Dua penalti yang diambil Steven Gerrard berujung gol, sementara satu penalti lain gagal. Liverpool pun menang 3-0 dan satu gol tambahan dicetak Luis Suarez dari permainan terbuka.

“Hal berbeda terjadi di Old Trafford sekarang. Wasit datang dengan pengetahuan bahwa Sir Alex Ferguson sudah tidak melatih lagi,” terang Poll.

Sementara itu, Jose Mourinho yang selalu memberi nilai minus bagi wasit ketika masih di Madrid, kembali berulah lewat kekesalannya terhadap kinerja wasit Chris Foy. Ia dengan sesumbar sampai meminta Foy tak lagi ditugaskan untuk memimpin laga-laga timnya.

Kalau Chelsea sampai bisa memilih-milih wasit, hal itu dinilai bisa jadi preseden buruk.

Ada alasan kenapa Mourinho begitu geram dengan Foy. Manajer asal Portugal itu merasa timnya selalu mendapatkan masalah tiap kali pertandingan dipimpin oleh Foy.

Pertandingan melawan Aston Villa pada akhir pekan lalu menjadi puncak kekecewaan Mourinho. Chelsea kalah ada laga tersebut dan harus mengakhiri laga dengan sembilan pemain karena Willian dan Ramires dikartu merah.

Mourinho sendiri juga diusir keluar lapangan oleh Foy.

“Mungkin akan sangat membantu jika komite wasit tidak mengirimnya ke laga-laga kami. Saya tidak punya alasan untuk mengajukan hal tersebut,” begitu kata Mou.

“Saya pikir mereka harus menganalisis situasinya dan melihat jika setiap kali dia memimpin laga Chelsea, atau tidak setiap kali tapi seringkali dia memimpin laga Chelsea dan masalah-masalah timbul di sana, saya rasa itu mungkin akan jadi keputusan yang bagus,” ujarnya.

Tapi, menurut mantan wasit Premier League Dermot Gallagher, yang berhak mengatur penugasan seorang wasit adalah komite wasit dan pihak lain tak berhak mencampurinya, termasuk klub dan manajer.

“Sebelum pertandingan itu, (Foy mengusir empat pemain Chelsea. Keempatnya tepat semua,” kata Gallagher di Sky Sports.

“Anda bisa melakukan apa yang Anda inginkan dengan statistik. Anda tak boleh menyerang wasit karena telah membuat keputusan-keputusan yang tepat,” ujar Gallagher.

“Mengatakan bahwa seorang wasit tidak akan memimpin laga tim ini adalah hal yang sangat berbahaya,” kata dia.

Dua pemain Chelsea mendapatkan kartu merah kala berkunjung ke Aston Villa. Manajer Villa Paul Lambert punya penilaian tersendiri soal ini.

Lambert memandang kartu merah Willian dan Ramires dengan berbeda. Jika pada Willian dia mengakui kartu merahnya bisa diperdebatkan, untuk Ramires tak ada toleransi.

“Saya telah menyaksikannya dan sudah terlibat di banyak pertandingan di mana saya melihat orang-orang melakukannya dan itu adalah tekel yang bisa mematahkan kaki. Jika seseorang berkata sebaliknya, saya berpendapat lain,” ujarnya soal tekel Ramires.

“Kartu merah pertama bisa diperdebatkan, karena hanya tarikan kecil. Dan jika itu terjadi pada pemain saya, saya mungkin akan melakukan protes. Tapi yang kedua itu mudah sekali dipahami,” tandasnya di Sky Sports.

Exit mobile version