Site icon nuga.co

Kontroversi Nobel Sastra Bob Dylan

Bob Dylan memenangkan hadiah Nobel Sastra.

Ya, Dylan penulis dan penyanyi lagu-lagu balada yang liriknya membuat banyak orang “meriang,” memang dinobatkan sebagai peraih nobel.

Lantas muncul suara pro dan kontra.

Kenapa seorang penyanyi dan penulis lagu harus mendapatkannya?

Nah, ini dia alasan kenapa ia yang mendapatnya

Dalam situs resminya, Swedish Academy beralasan, lembaga yang memutuskan pemberian nobel itu,  Dylan telah berkontribusi dalam menciptakan ekspresi sajak baru dalam lagu-lagu Amerika.

Seperti ditulis “New York Times,” hari ini, Jumat, 14 Oktober 2016,  Sara Danius, peneliti sastra dan sekretaris tetap dari delapan belas anggota Academy menyebut Dylan sebagai ‘penyair hebat dalam tradisi lisan bahasa Inggris’.

Dylan juga disandingkan dengan Homer dan Sappho, yang karya-karyanya disampaikan secara lisan atau pengucapan.

Saat ditanyai, apakah pemberian nobel kategori sastra pada Dylan ini berarti memperluas definisi sastra, Danius mengatakan, ‘bisa jadi, waktu yang membuat segalanya berubah.”

Selain alasan di atas, Academy juga mengacu pada sejumlah album milik Dylan, yang dinilai memberi pengaruh besar terhdap dunia musik populer.

Untuk Anda tahu, pemberian hadiah nobel sastra untuk Dylan  bukan pertama kalinya membuat  bias pada kategori sastra.

Winston Churchill juga pernah mengalami ketika  menerima penghargaan yang sama, dengan alasan pidato politiknya yang bermuatan sastra, dan Academy menilainya sebagai ‘orator yang baik dalam menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan’.

Tahun lalu, Nobel Sastra juga membuat kejutan ketika penhargaan diberikan pada jurnalis asal Belarusia, Svetlana Alexievich, akan karyanya dengan gaya bercerita naratif..

Disamping itu Academy menambahkan: “Dylan adalah ikon. Pengaruhnya terhadap musik kontemporer sangat besar, dan ia juga merupakan objek akan percepatan dari bentuk sastra kedua.”

Penghargaan Nobel menambah daftar panjang penghargaan yang diraih Dylan.

Ia sebelumnya juga pernah meraih Grammy, Academy Awards dan Golden Globe Awards.

Dylan juga masuk dalam Rock and Roll Hall of Fame yang bergengsi pada 1988. Ia memenangkan Pulitzer Prize delapan tahun silam  dan juga Presidential Medal of Freedom pada empat tahun lalu.

“Hari ini, setiap orang, dari Bruce Springsteen hingga U2 berhutang pada Bob akan sebuah ucapan terimakasih,” ujar Presiden AS, Barack Obama dalam acara penyerahan penghargaan.

“Ini menjadi momen penting bagi sejarah musik Amerika. Dalam beberapa tahun mendatang, ia akan terus mencari bentuk musik baru, dan saya merupakan salah satu penggemar terbesarnya.”

Seperti juga ditulis laman situs Huffington Post, sejumlah cuitan di Twitter menghadirkan pro dan kontra yang mempertanyakan alasan pemberian Nobel Sastra pada Dylan.

Dari jajaran yang memberi pujian, ada Salman Rushdie dan Lin Manue Miranda.

Keduanya merayakan pemberian Nobel Sastra kali ini. Rushdie, dalam cuitannya menganggap juri Nobel telah meluaskan bidang sastra, dan menganggap lagu dan sajak memiliki hubungan sangat dekat.

Sementara, Miranda menganggap Dylan akan menjadi pembuka pintu bagi penulis lagu lainnya untuk memiliki kesempatan yang sama di masa mendatang.

Masih bernada sama, Isaac Fitzgerald mengaku tak kaget dan kesal dengan kemenangan Dylan. Karena, menurutnya, batas lirik lagu dan sastra dianggapnya tak jauh beda.

Namun, bukan berarti Dylan diterima dengan lapang dada oleh pihak lainnya. Kontroversi masih terjadi di Nobel kali ini.

Dari puluhan cuitan itu, beberapa di antaranya mempertanyakan pertimbangan juri, dan menganggap Dylan lebih pas di bidang musik, atau setidaknya kategori khusus yang diberikan padanya, bukan sastra.

Hari Kunzru, dan Meytal Radzinksi adalah dua diantara yang menganggap Dylan lebih banyak berkontribusi dalam bidang musik, daripada sastra. Ada juga yang menganggap ini sebagai sebuah candaan para juri Nobel.

Salah satu yang keberatan juga menulis, bahwa Dylan dianggap sebagai penulis lagu pop, dan pop bukanlah bentuk seni sastra yang tinggi, dan patut diberi Nobel.
Gary Shteyngart, lebih tajam menyindir kalau juri Nobel Sastra tahun ini sepertinya menganggap membaca buku itu berat.

Jodi Picoult, novelis best-seller, seperti dilansir New York Times, menuliskan cuitannya, “Saya turut berbahagia untuk Bob Dylan, tapi apakah ini artinya saya bisa menang Grammy?”, ujarnya dengan hashtag.

Dylan memang menaklukkan pesaingnya di daftar penerima nobel sastra ini lewat  lirik-lirik puitisnya.

Dylan bisa disamakan seperti Homer dan Sappho, yang memikat sejak ribuan tahun lalu.

“Mereka menulis teks yang puitis dan seakan ditakdirkan untuk dipentaskan, sama seperti Bob Dylan. Kita masih membaca Homer dan Sappho, dan menikmatinya,” kata perwakilan Swedish Academy penyerah Nobel seperti dikutip dari The Guardian.

Seperti Homer dan Sappho, lirik Dylan juga tak lekang masa. Knocking on Heaven’s Door masih didengarkan hingga kini.

Begitu pula dengan Just Like a Woman, Forever Young, dan Like a Rolling Stone. Liriknya padat, memikat, dan berima. Terdengar seperti puisi yang dilantunkan sempurna.

Menarik mengetahui bahwa serenade pun bisa disebut karya sastra dan mendapat penghargaan Nobel. Dylan merupakan nama populer pertama yang keluar sebagai pemenang penghargaan yang telah digelar sejak seratus lima belas tahun itu.

Bahkan bisa dibilang ia merupakan musisi pertama yang memenanginya.

Daftar penerima Nobel Sastra yang baru ada sejak empat puluh delapan tahun lalu biasanya berkisar antara penyair, novelis, penulis, jurnalis, atau pemain peran.

Belum pernah ada aktris atau aktor populer yang masuk ke dalamnya. Maksimal pemain teater atau komedian. Sutradara juga ada yang masuk dalam daftar.

Kemenangan Dylan membuktikan bahwa musik pun bagian dari seni dan karya sastra. Bahwa karya populer juga bisa digarap apik, klasik, serta tak lekang masa.

Dylan menorehkan jejak pertama bagi penulis lirik lagu untuk juga dihargai penuh gengs

Exit mobile version