Laman “hello sehat” menulis tentang basa basi yang bukan sekadar tatakrama sepele.
Menurut situs kesehatan terkenal itu, basa basi ternyata memiliki manfaat bagus dan berdampak posistif bagi yang mengucapkannya.
Basa-basi memang sering diartikan sebagai obrolan kecil yang seringkali tidak terlalu penting dibicarakan — atau tetap ditanyakan meski sudah tahu jawabannya.
Misalnya, “Apa kabar?”, “
Eh sekarang kamu sudah besar ya! Dulu masih kecil, padahal…”, atau bahkan “Mau gorengan, nggak?”.
Banyak orang bilang kalau basa-basi hanya buang-buang waktu, tidak ada gunanya, dan hanya dilakukan ketika “ada maunya”.
Banyak juga yang menghindari situasi yang membutuhkan banyak basa basi, misalnya pesta kantor atau acara keluarga, karena malas terjebak dalam percakapan yang mentok di situ-situ saja.
Akan tetapi, tahukah Anda kalau basa-basi ternyata bermanfaat untuk kesehatan mental?
Meski terkesan remeh dan buang waktu, sebenarnya basa-basi bisa menjadi pembuka gerbang menuju banyak obrolan yang lebih serius dan berbobot.
Bahkan, hubungan bisnis dan asmara sekalipun bisa saja merekah hanya dari sekadar iseng bertanya “Tadi pagi macet banget, ya?”
Menurut Dr. Justine Coupland, ahli sosiolinguistik dan penulis buku Small Talk, mengatakan tanpa disadari basa-basi memiliki efek yang kuat dan positif dalam interaksi sosial.
Dengan berbasa-basi, Anda membuka kesempatan untuk mengekplorasi kesamaan yang Anda miliki dengan teman ngobrol, yang pada akhirnya menghasilkan dan menguatkan ikatan antara dua manusia.
Dengan melempar pertanyaan atau pernyataan yang kelihatannya tidak penting, Anda jadi belajar bagaimana caranya menjalin koneksi dengan orang lain, tidak hanya berkomunikasi dengan mereka.
Elizabeth Dunn, profesor psikologi di University of British Columbia, menuturkan bahwa dengan basa-basi, Anda tak hanya berusaha memberikan yang terbaik untuk menjalin hubungan dengan teman ngobrol Anda, tetapi juga sedikit banyak menunjukkan informasi penting tentang diri Anda, seperti niat baik, apakah Anda bisa dipercaya, dan kemauan Anda untuk bekerja sama.
Bernardo Carducci, direktur Shyness Research Institute di Indiana University Southeast, juga percaya bahwa basa-basi adalah landasan kesopanan.
“Bila Anda merasa ‘nyambung’ dengan orang-orang melalui percakapan remeh tersebut, Anda sama saja telah mendapatkan sekutu baru.”
Tentu Anda tidak akan memperlakukan teman Anda dengan semena-mena, bukan? Begitu pun sebaliknya.
Berbasa-basi menimbulkan rasa familiaritas yang membuat teman bicara Anda akan memperlakukan Anda layaknya teman sendiri.
Dunn pernah melakukan pengamatan tentang manfaat basa-basi untuk kesehatan tubuh pada empat tahun lalu, dengan merekrut orang-orang yang sedang menuju ke kedai kopi.
Mereka diminta untuk berinteraksi dengan barista sembari menunggu pesanannya dibuat.
Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang iklhas basa-basi dengan barista “ketularan” mood dan energi positif yang lebih tinggi.
Ini menandakan bahwa interaksi acak dengan anggota masyarakat yang lebih luas juga tidak kalah pentingnya bagi kesejahteraan emosional dan psikologis kita dengan efek interaksi dengan teman akrab atau pasangan sendiri.
Penelitian lainnya pada lima tahun silam oleh Andrew Steptoe dari University College London melaporkan bahwa orang lanjut usia yang jarang berkomunikasi atau justru terisolasi secara sosial berisiko meninggal lebih cepat daripada mereka yang suka berinteraksi dengan orang lain di tempat-tempat umum atau dengan anggora keluarga sendiri.