Apa yang membedakan orgasme antara lelaki dengan wanita?
Itulah pertanyaan yang dijawab dengan tuntas oleh para peneliti dari Indiana University dalam jurnal “Sexual Medicine.”
“Meski telah hadir kemajuan terbaru dalam pemahaman variasi orgasme, sedikit diketahui tentang bagaimana orientasi seksual diasosiasikan dengan terjadinya orgasme pada laki-laki dan perempuan,” tulis jurnal itu di awal laporannya.
Menurut penelitian itu, laki-laki bisa lebih sering mencapai orgasme, tetapi perempuan lebih hebat lagi, mengalami orgasme lebih bervariasi.
Penemuan tersebut mengungkap, laki-laki mengalami orgasme selama delapan puluh persen waktu rata-rata beraktivitas seksual dengan pasangannya
Ini berbeda dengan perempuan yang hanya enam puluh tiga persen dari waktu rata-rata.
Menurut ahli seksologi, orgasme adalah titik puncak dari kenikmatan seksual atau puncak dari aktivitas seksual.
Perempuan dan laki-laki memiliki orgasme yang berbeda.
“Laki-laki ibarat mobil bensin yang cepat panas dan ngebut. Laki-laki lebih cepat terangsang dan bangkit,” tulis para penilitil.
Saat orgasme, laki-laki umumnya disertai dengan ejakulasi atau keluarnya air mani.
Ejakulasi pada laki-laki membutuhkan banyak kalori.
“Ibarat pertandingan tenis dua set langsung, sehingga laki-laki akan cepat lemas dan butuh waktu untuk bangkit kembali.”
Sementara perempuan, ibarat kendaraan diesel yang membutuhkan waktu panjang untuk bisa panas atau bangkit.
Butuh pemanasan sebelum aktivitas seksual, akibatnya orgasme menjadi lebih lambat.
Untuk mendapatkan penelitian yang valid, studi ini mewawancarai ribuan perempuan dan lelaki di seluruh Amerika Serikat.
“Tingkat kejadian mengalami orgasme selama aktivitas seksual diantara para laki-laki dan perempuan ada perbedaan signifikan,” para peneliti menyimpulkan.
“Laki-laki yang orgasme disertai ejakulasi membutuhkan waktu untuk istirahat agar bisa melakukan aktivitas seksual selanjutnya. Sementara, perempuan bisa tetap meneruskan aktivitas seksual secara berturut-turut dan waktu singkat”.
Studi yang dilakukan Journal of Sexual Medicine juga menemukan, bagi perempuan, kemungkinan variasi orgasme berdasarkan orientasi seksual dengan perempuan lesbian memiliki probabilitas yang jauh lebih tinggi daripada dengan perempuan heteroseksual atau biseksual.
Selain itu, ditemukan juga bahwa pengalaman orgasme pada lesbian saat aktivitas seksual
“Satu penjelasan yang mungkin adalah, perempuan lesbian lebih merasa nyaman dan akrab terhadap tubuh perempuan.”
Mereka menyimpulkan, temuan dari data para orang-orang lajang di AS, para perempuan lajang di Amerika memiliki pengalaman orgasme yang kurang dapat diprediksi, lebih bervariasi dibandingkan laki-laki.
Temuan ini menunjukkan perlunya penyelidikan lebih lanjut ke dalam pengalaman seksual komparatif dan hasil kesehatan seksual minoritas seksual.
Seperti dilansir dari healthmeup.com, orgasme dialami wanita saat mereka dapat mengalami luapan kegembiraan dan perasaan puas saat berhubungan seks yang ditandai dengan ejakulasi berkali-kali.
Saat mengalami orgasme, wanita mengalaminya sekitar nol koma delapan detik. Namun orgasme wanita dapat diraih beberapa kali selama berhubungan seks.
Untuk meraih orgasme, wanita perlu dirangsang di titik-titik sensual tubuhnya seperti payudara, leher, dan klitoris.
Posisi seks yang dapat membuat wanita meraih orgasme adalah posisi misionaris, cowgirl, doggie style, atau woman on top.
Sedangkan orgasme bagi pria adalah saat mereka mengalami ejakulasi di mana semua otot organ intimnya menegang.
Berbeda dengan wanita, pria hanya sekali mengalami ejakulasi. Namun efek dari ejakulasi tersebut yang berupa orgasme dapat dirasakan hingga hubungan seks berakhir.
Pada pria, bahkan pembicaraan seksi pun dapat merangsang dan meningkatkan orgasme mereka.
Posisi seks favorit pria untuk meraih orgasme adalah doggie style, face sitter, dan tentunya blow job.
Orgasme atau puncak kepuasan seksual pada pria memang ditandai dengan ejakulasi atau menyemprotnya cairan semen yang mengandung sperma, tapi pada wanita tidak ditandai dengan keluarnya cairan vagina sebanyak ejakulasi pada pria.
“Pada wanita lubrikasi yang membuat vagina basah merupakan tanda wanita terangsang dan siap bersenggama. Namun jika orgasme, wanita mengalami vagina spasm, di mana penis akan merasakan tekanan dengan ritmik seperti diremas dan dilepaskan beberapa kali
Selain itu, hasil scan otak wanita dan pria saat orgasme juga menunjukkan perbedaan yang nyata dalam cara masing-masing mencapai kenikmatan seksual. “Untuk pria, sentuhan adalah yang paling penting.
Untuk wanita, itu tidak begitu penting,” jelas Gert Holstege, Neuroscientist di University of Groningen, seperti dilansir Medindia. Para ilmuwan menemukan perbedaan mencolok dalam cara pria dan wanita memandang seks.
Pria menilai kebutuhan rangsangan fisik merupakan faktor utama untuk mencapai orgasme, sedangkan orgasme wanita berasal dari rasa nyaman, santai dan tanpa kecemasan.
Bagi wanita, suasana hati, kenyamanan dan rasa kedekatan memainkan peran yang jauh lebih besar dibandingkan rangsangan fisik pada zona erotis untuk mencapai orgasme.
Scan otak pria dan wanita selama aktivitas seksual digambarkan mengurangi aktivitas di amigdala, yaitu bagian otak yang mengontrol ketakutan dan kecemasan.
Pada pria, peningkatan aktivitas otak saat berhubungan seks paling banyak terjadi pada korteks somatosensory sekunder, yang menyiratkan nilai tinggi yang melekat pada sensasi fisik.
Sebaliknya, scan otak wanita hanya menunjukkan sedikit peningkatan pada aktivitas korteks somatosensory primer.
healtmeup, mirror dan sexual medecine