Ketika berciuman, sebagian besar pasangan seringkali memainkan lidah.
Selain menambah kemesraan dan gairah bercinta, ternyata menautkan lidah saat berciuman memiliki manfaat kesehatan tersendiri.
Sebuah penelitian membuktikan hak tersebut. Dr Sarah Johns, seorang ahli dalam reproduksi manusia dan psikologi evolusioner di Universitas Kent, menyebutkan bahwa orang menyukai berciuman yang telah menjadi budaya.
“Dengan ciuman, orang bisa merasakan dan membaui seseorang dan melihat apakah kamu memiliki respons kekebalan. Kita biasanya tertarik dengan seseorang yang memiliki imunitas yang berbeda,” ujarnya dilansir The Independent.
Dengan berciuman, menurut John, itu bisa meningkatkan gairah seksual dan mempertebal rasa cinta. Selain itu, dikatakan bahwa sebuah ciuman juga berkaitan dengan emosi.
“Berciuman dengan saling menyentuh dan merasa merupakan emosi yang bisa mengizinkan kita mengidentifikasi keuntungan dan kecocokan dengan pasangan,” ungkap Fulvio Fulvio D’Acquisto, profesor imunologi dari Universitas Roehampton.
Dalam perspektif imunologi, menurut Fulvio, ciuman lidah mengurangi risiko punahnya spesies manusia. Ciuman bisa mengeksplorasi gen seseorang untuk membuat keturunan
Banyak orang tak menyangka berciuman dengan pasangan, memiliki banyak manfaat.
Selain meningkatkan keharmonisan hubungan, berciuman juga mampu memberi manfaat kesehatan untuk tubuh.
Jangan berpikir bahwa ciuman hanya bermanfaat untuk mendekatkan pasangan saja. Berciuman dengan pasangan, ternyata baik untuk kesehatan.
Laman situs “glamour,” menulis kesehatan dari berciuman
Menurut Sivan Finkel, sebuah kosmetik gigi, berciuman dapat meningkatkan produksi saliva. Hal itu tentu saja baik untuk membantu gigi menyingkirkan ragam bakteri yang menempel.
Semua orang memiliki bakteri yang berbeda di mulutnya. Dengan berciuman, tubuh bisa mendapatkan bakteri baru dari mulut pasangan, yang ternyata bukan hal buruk.
Berciuman selama sepuluh detik, dapat bertukar hampir delapan puluh juta juta bakteri. Pertukaran ini membuat terjadinya diversi mikrobiome, yang membantu meningkatkan sistem imun dan proteksi dari bahaya bakteri jahat.
Salah satu manfaat berciuman adalah meningkatkan produksi hormon oksitosin. Hormon tersebut mampu memberi sensasi tenang dan kedekatan antar dua individu.
Studi pada sebelas tahun lalu menganalisa manfaat ciuman pada pasien dengan alergi kulit dan hidung. Ternyata, berciuman dengan pasangan dapat meningkatkan antibodi, yang mampu menurunkan reaksi alergi.
Berciuman memberi dampak pada dua hal.
Pertama, aliran darah di lidah, berangsur-angsur berdilatasi. Hal ini membuat tekanan darah perlahan menjadi normal. Kedua, menghasilkan kortisol, yang berdampak pada penurunan tekanan darah.
Peningkatan aliran darah menuju wajah, menstimulasi produksi kolagen dan berpengaruh pada antiaging.
Sehingga, dengan berciuman, memberi produksi elastin dan kolagen menjadi meningkat, serta membuat kulit tampak elastis.
Jika selama ini berpikir orang punya cara sendiri dalam berciuman, menurut penelitian terbaru, mayoritas orang di seluruh dunia cenderung punya cara berciuman yang sama.
Peneliti itu mengungkapkan bahwa orang cenderung memiringkan kepala ke kanan, saat berciuman.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports ini, meneliti empat puluh delapan pasangan suami-istri di Bangladesh, di mana ciuman umumnya tidak diamati di depan umum.
Pasangan tersebut diminta untuk mencium secara pribadi di rumah mereka dan melaporkan secara mandiri aspek-aspek ciuman yang berbeda.
Ditemukan bahwa pria sekitar lima belas kali lebih mungkin untuk memulai berciuman daripada wanita, dan kedua pasangan lebih suka menyandarkan kepala mereka ke kanan.
Lebih dari dua pertiga inisiator ciuman dan penerima ciuman, mengarahkan kepala mereka ke kanan, dengan tujuh puluh sembilan persen pria menjadi inisiator ciuman.
“Ini adalah studi pertama yang menunjukkan perbedaan jenis kelamin dalam inisiasi berciuman, dengan laki-laki lebih mungkin menjadi inisiator, dan bahwa arah penggerak kepala para inisiator ciuman cenderung memodulasi arah kepala pada penerima ciuman,” kata Dr Rezaul Karim, Dari departemen psikologi di Universitas Dhaka, seperti dilansir dari laman Independent.
Hal ini menunjukkan bahwa penerima cenderung mencocokkan arah pasangannya untuk menghindari ketidaknyamanan.
“Ini lebih lanjut menunjukkan mekanisme kognitif yang mendasari tindakan berciuman dan berbalik,” kata penulis.
Pada akhirnya, penelitian tersebut menunjukkan bahwa tindakan berciuman dipengaruhi oleh cara otak membagi tugas antara belahan otak dan tingkat hormon, seperti testosteron, yang mungkin tidak merata, menyebabkan bias berpaling ke kanan.