Percayakah Anda kalau rumah tangga seseorang bisa jadi langgeng dan harmonis bila suami dan istri punya jarak usia yang ideal?
Biasanya jarak usia yang dimaksud adalah laki-laki lebih tua beberapa tahun dari istrinya.
Teorinya, dengan jarak usia tersebut kedua pasangan sudah berada dalam tingkat kedewasaan dan kesiapan yang matang untuk membina sebuah keluarga.
Namun, apa benar ada jarak usia pasangan untuk menikah yang ideal? Apa akibatnya kalau menikah dengan jarak usia yang kurang ideal? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Emory University di Atlanta, semakin besar jarak usia pasangan, semakin besar kemungkinan pasangan tersebut tidak langgeng.
Penelitian tersebut menganalisis tiga ribu orang. Kemudian ditemukan bahwa pasangan yang menikah dengan perbedaan usia lima tahun, punya risiko delapan belas persen lebih besar akan berpisah daripada pasangan yang menikah dengan usia yang sama.
Lalu, angka tersebut naik menjadi tiga puluh sembilan persen untuk pasangan suami istri dengan jarak untuk usia menikah sepuluh tahun.
Menarik dan mengejutkannya lagi, kemungkinan bercerai akan meningkat sembilan puluh lima persen bagi mereka yang menikah dengan jarak usia dua puluh tahun.
Terakhir, pasangan dengan beda usia satu tahun, potensi bercerainya hanya tiga persen. Jadi penelitian ini menyimpulkan bahwa semakin sedikit jarak usia untuk menikah, akan semakin bertahan lama hubungan tersebut.
Banyak lembaga bantuan hukum nasional yang merasa keberatan dengan standar usia menikah yang terlalu rendah.
Sebuah studi terbitan Journal of Social and Personal Relationship mengatakan bahwa dua puluh lima tahun adalah usia untuk menikah yang paling ideal.
Sementara itu, Biro Sensus AS , misalnya, melaporkan bahwa usia ideal menikah untuk pertama kalinya adalah sekitar usia dua puluh tujuh tahun untuk perempuan dan dua puluh sembilan untuk si pria.
Pada Juli empat tahun lalu lalu, profesor sosiologi asal University of Utah, Nicholas Wolfinger, melaporkan bahwa usia ideal menikah terbaik adalah sekitar dua puluh delapan hingga tiga puluh dua tahun , setelah menganalisis data dari data sensus di Amerika Serikat
Tidak semua perbedaan jarak usia untuk menikah itu menjadi faktor pasti dari kelanggengan hubungan Anda. Pada nyatanya, beda usia seseorang belum tentu langsung berkaitan dengan caranya menyikapi masalah pernikahan dan kelanggengan hubungan tersebut.
Maka, diharapkan bagi Anda yang ingin melangsungkan pernikahan dan hidup bahagia, untuk mantap dan yakin melakukannya.
Hal ini bisa diantisipasi dari awal untuk membahas hal apa saja yang wajib dan penting untuk didiskusikan bersama. Pada dasarnya, pernikahan bisa berjalan langgeng karena didasarkan oleh cinta, pengertian, toleransi, kenyamanan, dan rasa syukur yang dibangun oleh pasangan suami istri itu sendiri.
Para ahli percaya bahwa menunda menikah sampai beberapa tahun dapat semakin menghidupkan rumah tangga yang lebih ideal dan mapan serta risiko perceraian yang lebih rendah.
Ada banyak alasan mengapa usia pertengahan dua puluhan hingga tiga puluhan awal menjadi patokan usia ideal menikah yang aman. Salah satunya adalah faktor kedewasaan. Dewasa di sini bukan cuma bertambahnya umur, tapi juga dari segi kecerdasan emosional dan kematangan pola pikir.
Di usia pertengahan dua puluhan, Anda terhitung sudah cukup dewasa untuk memahami benar mana cinta yang dibutakan nafsu dan cinta berdasarkan ketulusan.
Sebab semakin dewasa seseorang, mereka telah menghabiskan cukup banyak waktu untuk berpetualang mencari jati diri dan akhirnya mengetahui pasti apa yang mereka benar-benar inginkan dalam hidup.
Mereka juga mengerti apa saja hak dan tanggung jawab yang dimilikinya demi mencapai tujuan hidup. Semakin dewasa seseorang juga bisa menandakan bahwa ia memilliki kematangan fisik dan stabilitas finansial yang mumpuni untuk menghidupi diri sendiri serta tanggungan lainnya.
Meski tingkat kematangan dan finansial memainkan faktor utama, tingkat pendidikan juga sama pentingnya. Menunda pernikahan sampai setelah menerima gelar sarjana terbukti menurunkan risiko bercerai daripada pasangan yang berpendidikan rendah, menurut sebuah studi Family Relation
Yang perlu dipahami, menunda menikah setelah rampung kuliah bukan semata untuk mengejar gelar. Mengenyam pendidikan setinggi-tingginya menjadi jalan terbaik buat Anda membuka wawasan terhadap dunia nyata.
Semakin banyak pula orang-orang dengan karakteristik berbeda yang akan Anda temui untuk berbincang dan bertukar pikiran. Lambat laun, ini semua dapat membentuk kepribadian, prinsip hidup, dan pola pikir Anda secara keseluruhan.
Walau demikian, tentu saja keputusan untuk kapan menikah tak bisa hanya didasarkan oleh hasil survey semata. Tidak ada patokan usia ideal atau batas jangka waktu pacaran yang mampu menjamin kebahagiaan pernikahan.