Apakah Anda sedang mengalami kesulitan tidur?
Nah, dr. Astrid Wulan Kusumoastuti dari KlikDokter, memberi pencerahan.
Sulit tidur atau insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan memulai tidur atau mempertahankan tidur.
“Insomnia tidak hanya akan menurunkan energi dan mengganggu mood, tapi juga bisa memengaruhi kesehatan dan menurunkan kualitas hidup,” ujar dr. Astrid.
Dr. Astrid menjelaskan kualitas tidur yang buruk akibat insomnia dapat memengaruhi kondisi fisik maupun mental. Beberapa keadaan yang bisa terjadi akibat keadaan tersebut, di antaranya:
Prestasi kerja atau sekolah akan menurun, meningkatkan risiko kecelakaan jika mengendarai kendaraan bermotor, gangguan psikiatri, seperti perasaan cemas berlebih dan depresi.
Kemudian kelebihan berat badan atau obesitas, mudah tersinggung dan emosi, meningkatkan risiko hipertensi atau darah tinggi, penyakit jantung, dan diabetes mellitus.
Jangan sampai sulit tidur mengganggu aktivitas atau bahkan menurunkan kualitas hidup Anda.
Dilansir dari Prevention, berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi kesulitan tidur:
Menurut peneliti dari University of Southern California, Raj Dasgupta, MD., kebanyakan orang saat ini terbiasa menaruh ponsel pada jarak yang dekat, bahkan ketika hendak pergi tidur. Kebiasaan tersebut ternyata harus dihentikan.
Penelitian menunjukkan bahwa cahaya biru yang dihasilkan oleh ponsel dan beberapa perangkat elektronik lain bisa menunda permulaan tidur.
Karena itu, agar tak kesulitan tidur, Anda dianjurkan untuk mematikan ponsel dan beberapa perangkat elektronik lain yang dirasa perlu.
Olahraga teratur akan membantu memperbaiki pola tidur.
Kuncinya, melakukan aktivitas fisik selama 30 menit sehari, sebanyak lima kali dalam seminggu. Anda bisa sekadar berjalan kaki, joging, berenang, yoga, atau angkat beban.
Bangun dan tidur di waktu yang sama setiap hari secara rutin bisa membantu meningkatkan kualitas tidur serta mencegah terjadinya sulit tidur.
Jadi, jika Anda terbiasa tidur pukul 10 malam dan bangun pukul 6 pagi, Anda perlu melakukannya setiap hari secara berkelanjutan.
Sebuah studi menyebutkan, konsumsi sejumlah mineral yang dibutuhkan tubuh bisa membantu menurunkan produksi kortisol yang dapat membuat Anda terjaga di malam hari.
Magnesium direkomendasikan para pengidap insomnia karena dapat menenangkan sistem saraf. Anda bisa mengonsumsi almon, bayam, biji labu, kacang tanah, kacang hitam, dan beras merah demi mendapatkan asupan magnesium yang cukup.
Terapi perilaku kognitif untuk insomnia terbukti sangat efektif untuk mengatasi masalah tidur kronis. Sementara obat dan alat bantu tidur lainnya hanya dapat membantu mengatasi gejala insomnia.
Meski begitu, Anda tetap butuh waktu dan proses dengan kunjungan rutin ke dokter. Biasanya, Anda akan diberikan sejumlah tugas untuk dijalani sebelum tidur.
Sejumlah cara di atas diharapkan bisa membantu mengatasi masalah sulit tiduryang Anda alami. Dengan begitu, kesehatan dan kualitas hidup Anda dapat terus terjaga dengan baik
Lantas apakah kekurangan tidur bisa ditebus di waktu lain?
Namun, dilansir dari TIME, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Sleep Research membeberkan temuan berbeda.
Katanya, jika Anda tidak cukup tidur selama seminggu, maka menambah waktu tidur di akhir pekan bisa membantu memenuhi kebutuhan istirahat Anda. Bahkan mampu mengurangi risiko gangguan kesehatan.
Penelitian tersebut didasarkan pada tanggapan survei terhadap lebih dari 38 ribu orang dewasa Swedia yang menjawab pertanyaan tentang kebiasaan gaya hidup, riwayat medis, dan durasi tidur.
Para peneliti menggunakan data ini untuk menarik kesimpulan tentang bagaimana total waktu tidur, beraktivitas, serta risiko kematian.
Para peneliti menganalisis data selama tiga belas tahun.
Mereka menemukan bahwa orang yang tidur selama lima jam atau kurang setiap malam, memiliki risiko kematian enam puluh lima persen lebih tinggi, dibandingkan mereka yang konsisten tidur selama enam hingga tujuh jam setiap malam.
Namun, saat melihat orang-orang yang kurang tidur pada hari biasa, tidur lebih lama di akhir pekan, para peneliti menemukan sesuatu yang menarik.
Orang-orang tersebut tampaknya tidak memiliki risiko kematian yang lebih tinggi daripada kelompok yang tidur sekitar tujuh jam setiap hari.
“Hal itu menunjukkan bahwa tidur di hari biasa dapat dikompensasikan selama akhir pekan,” tulis para peneliti di jurnal tersebut.
Peneliti dari Universitas Pennsylvania yang tidak terlibat dalam penelitian ini, Dr. David Dinges, menyebutkan bahwa temuan tersebut menarik. Meski begitu, dia menginginkan jika studi ini mampu dibawa pada jenjang yang lebih tinggi serta mendalam.
“Penelitian selama tiga belas tahun itu lama, tetapi lebih sebentar dibanding puluhan tahun. Pertanyaan sebenarnya adalah, apakah pola seperti ini akan memberikan perubahan biologis dari waktu ke waktu terkait pemulihan tidur,” ujarnya.
Studi lebih lanjut dilakukan demi mendapat hasil yang relevan. Para peneliti siap untuk membawa hasil temuan yang lebih akurat lewat sejumlah penelitian terbaru di masa mendatang.