Site icon nuga.co

Peggy “Pussiing..” Menambah Maraknya Koleksi Mode “Hijabers”

Komunitas kaum “hijabers,” perempuan dewasa yang mengenakan hijab, di kalangan artis makin meluas saja. Usai Desy Ratnasari, Dewi Sandra dan sederet panjang pesohor wanita lainnya yang mengenakan jilbab dan busana muslimah, kini tercatat nama baru yang tak kalah hebohnya, Peggy Melati Sukma.

Kehadiran Peggy sebagai kaum “hijabers” akan makin mengibarkan jilbab sebagai trend mode. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia akan bisa menjadi kiblat busana muslim dunia. Banyak pengamat mode dunia mengomentari busana muslimah dengan jilbab sebagai simbol eksistensinya di Indonesia sangat modern.

Terakhir, dua wartawan Perancis yang meliput kegiatan Anggun Cipta Sasmi di Indonesia, dan sempat menyaksikan penampilan Fatin Shidqia Lubis di panggung X-Factor Indonesia sempat terkagum-kagum dengan “hijab” yang sangat modern penyanyi imut itu.

Fatin yang disetiap penampilannya mengenakan hijab dan pakaian yang berbeda memikat banyak orang dan menghapus imej selama ini bahwa artis panggung akan tersingkir bila tampil berjilbab karena dianggap “kampungan.” Fatin membalikkan situasi itu.

Bahkan, kini, Dewi Sandra, yang dulunya sering tampil seksi dan sering mengundang pelototan kearah tubuhnya, dalam beberapa kali tampil di panggung mengundang decak kagum dengan hijab dan busana muslimahnya yang modern.

Kini datang lagi Peggy Melati Sukma. Mantan istri petinggi sebuah bank swasta itu, Wisnu Chandra, yang terkenal dengan jargon terkenalnya, “Pusiiiiing,” kini memantapkan keberadaannya sebagai kaum “hijabers.” Peggy Melati Sukma sekarang sudah berjilbab. Tidak hanya itu, mantan pacar seorang lelaki Aceh itu, menuangkan kisahnya sebagai “hijabers” dalam sebuah buku berjudul My Life, My Hijab.

Dalam buku, yang mirip kisah hidupnya itu, Peggy di satu sub bab, menceritakan juga mengenai fase menikah dan berpisah. Meski itu bukan jadi alasan utama Peggy memutuskan untuk mengenakan jilbab, tapi ada pengalaman khusus yang menjadi pemicu.

Kata Peggy, di satu malam ia terpekur memikirkan semua yang sudah ia jalani. Lepas dari sukses sinetron dan program televisi, ia juga sudah berkiprah di tingkat internasional, menjadi duta yayasan dan menghadiri konferensi dengan peserta ribuan orang.

Tetapi kenapa kemudian ketika menikah dan hanya berhadapan dengan dirinya dan satu orang ia malah merasa gagal untuk mempertahankan? Seolah ada bisikan, “Sudah kau lakukan semua hal, bahkan menjejakkan kaki di belahan dunia lain. Tapi yang paling kecil, yakni jihad perempuan untuk keluarga belum bisa dilakukan.”

“Saat itu saya seperti dihantam, dan saya tidak mau sia-siakan kesempatan itu, serta mulai mencari yang lebih baik. Saya berserah diri sepenuhnya,” tutur Peggy.

Itulah titik balik perempuan berusia 36 tahun ini sebelum kemudian memutuskan untuk mengenakan jilbab. Kisah ini menjadi bagian dari buku yang ia tulis bersama Debbie S Suryawan.

“Kisah tersebut ada di bagian pertama buku yang saya tulis ini,” ujarnya saat peluncuran bukunya di gelaran Indonesia Islamic Fashion Fair, Jakarta Convention Center.

Peggy mengatakan bahwa dirinya sudah memutuskan memakai jilbab sejak Mei tahun lalu. Namun saat itu, dia masih mengalami momen membuka jilbab karena kontrak kerja. Baru September 2012 sampai hari ini ia memakai jilbab sepenuhnya.

Jika di bagian pertama Peggy bercerita soal kehidupannya, di bagian kedua Peggy lebih banyak bercerita soal jilbab yang diberi tajuk “My Hijab”. Bagian kedua ini memuat berbagai gaya Peggy dalam berbusana muslim. Ada berbagai busana yang ia kenakan untuk aktivitas sehari-hari, dari busana kuliah, mengurus perusahaan, pengajian, berkumpul bersama keluarga, sahabat dan anak asuh, meeting dengan kolega bisnis, hingga saat santai menikmati me time.

“Di bagian dua ini saya lebih banyak mengupas perjalanan dan contoh busana muslim yang saya kenakan, dilengkapi juga dengan tutorial jilbab yang mudah diaplikasikan,” tuturnya.

Diakui Peggy, banyak hal yang berubah setelah dirinya mengenakan jilbab. Namun, dirinya termasuk tipikal orang yang ketika sudah melangkah harus memegang kokoh keputusan yang telah dibuat, dan menghilangkan semua kekhawatiran.

“Persoalan yang datang ke kita itu hikmah dan berkah. Tertawalah karena kita diberi air mata, hidup itu seperti episode panjang,” ujarnya mantap.

Setiap transformasi atau perpindahan mesti disikapi normal, dijalani dengan sabar, dan berserah diri. Melihat Peggy hari ini, seperti menyaksikan seseorang yang sudah ditahap ikhlas menjalani hidupnya. Ia telah melepas bebannya, dan mulai menikmati hidup dengan diikuti keinginan untuk berbagi.

Exit mobile version