Sikap sempurna atau perfeksionis rupanya dimiliki oleh sebagian besar orang muda.
Obsesi ini menumbuhkan keinginan bersaing.
Apa dampak dan sebabnya?
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Bath dan York St John University selama tiga dekade menemukan bahwa ada tiga puluh tiga persen peningkatan rasa perfeksionis pada orang muda.
Dengan fenomena meningkatnya sifat perfeksionis dan keinginan untuk bersaing satu sama lain, dampak yang akan muncul adalah gangguan kesehatan psikologis pada orang muda.
Penelitian yang sudah diterbitkan di jurnal Psychological Bulletin AS ini menganalisis data lebih dari empat puluh ribu mahasiswa yang ada di Inggris, Kanada, dan Amerika.
Hasilnya, mereka menilai bahwa sifat perfeksionis orang muda meningkat karena dipengaruhi oleh tuntutan lingkungan dan orang lain yang membuat mereka makin ingin bersaing.
“Peningkatan perfeksionisme yang disoroti dalam penelitian ini bertepatan dengan tiga dekade neoliberalisme yang memaksa kaum muda bersaing satu sama lain dalam tuntutan parameter sosial dan ekonomi,” kata penulis utama penelitian, Dr Thomas Curran dari Departemen Kesehatan Universitas Bath, dilansir dari Telegraph, Kamis, 04 Januari.
Dia berharap agar lembaga pendidikan seperti sekolah dan universitas, serta pembuat kebijakannya, dapat ikut bertanggung jawab dalam menjaga kesejahteraan kaum muda.
“Salah satunya dengan menolak promosi daya saing yang bisa mengorbankan kesehatan psikologi orang muda,” sambungnya.
Dalam penelitian tersebut, tim menemukan adanya peningkatan sebesar enam belas persen untuk penerapan standar kaum muda yang tidak realistis tentang orang-orang di sekitar dan mengevaluasi orang lain secara kritis.
Perfeksionisme di sini merupakan hasil kombinasi dari standar pribadi yang terlalu tinggi dan kritik yang terlalu keras untuk orang lain. Hal ini menjadi pemicu gangguan psikologis.
“Mungkin tingkat perfeksionisme yang tinggi merupakan faktor pendukung utama dari peningkatan gangguan kesehatan mental di kalangan orang muda,” kata salah satu penulis Dr Andrew Hill dari York St John University.
“Kaum muda mencoba menemukan cara mengatasi meningkatnya tuntutan lingkungan dengan cara menjadi lebih perfeksionis pada diri mereka sendiri dan orang lain,” imbuh Andrew.
Penelitian sebelumnya dari tim ini juga menemukan hubungan antara perfeksionis dan kelelahan.
Selain itu Anda perlu tahu tentang tanda-tanda seseorang perfeksionisme
Pertama, mungkin, yang umum, mereka terlalu sering mengkritik diri sendiri dan juga pasangan bisa mengurangi kepuasan seksual, bahkan walau kita tak secara khusus fokus pada seks.
Kepuasan seks yang sulit kita raih ini juga akan dirasakan oleh pasangan.
Penelitian menunjukkan, gairah seks seseorang yang memiliki pasangan perfeksionis lebih rendah. Fokuslah untuk mengekspresikan apa yang Anda cintai dan nikmati bersama pasangan.
Mereka memiliki fokus yang baik pada pekerjaan dan juga detail adalah sisi positif dari perfeksionisme.
Orang yang perfeksionis juga biasanya bekerja lebih keras dan lebih lama dibanding koleganya. Mereka tak bisa meninggalkan pekerjaan sebelum semua sesuai dengan keinginannya.
Orang perfeksionis biasanya lebih menekankan pada perintah dan bukan ajakan kerja sama. Sikap-sikap kerja seperti itu bisa berdampak negatif pada hubungan dengan rekan kerja dan keluarga di rumah.
Selain itu, walau pun menuntut segalanya tampak sempurna, tapi seorang perfeksionis tentu tidak bisa mengontrol setiap aspek dalam hidupnya.
Kenyataan ini bisa membuat mereka tertekan dan frustasi.
Salah satu cara untuk mengatasi perasaan tertekan itu adalah dengan makan.
Menurut penelitian, makan yang didasari alasan emosional sering membuat kita berakhir dengan mengasup makanan tinggi gula, garam, dan lemak.
Standar yang tinggi dan senang mengkritik orang lain bisa membuat orang perfeksionis menjadi narsistik, antisosial, dan kurang menyukai humor.
Kombinasi beberapa hal itu dapat membuat orang lain malas berteman dengannya.
Memang tak gampang mengubah kepribadian, tapi jika Anda merasa orang-orang mulai menjauhi Anda, tak ada salahnya mengevaluasi diri.
Karena terus menerus khawatir dengan penilaian orang terhadap kita, kita pun jadi sangat memperhatikan penampilan.
Orang yang perfeksionis kerap menghabiskan waktu lama untuk memilih baju, berdandan, dan bercermin.
Orang yang perfeksionis juga lebih rentan mengalami gangguan makan karena mereka takut gemuk. Dari pada mengkhawatirkan apa pendapat orang lain, belajarlah mencintai dan menerima diri apa adanya.
Bila kita menjaga pola makan, itu karena kita mencintai tubuh kita dan tak mau sakit, bukan agar dinilai orang.
Penyebab terbesar mengapa sifat perfeksionisme bisa membuat hidup berantakan adalah ia mengambil semua kesenangan dari hidup kita; pekerjaan, hobi, hubungan.
Karena kita menuntut kesempurnaan, kita menjadi lelah, memaksakan diri, dan juga kondisi emosi selalu cemas.