Site icon nuga.co

Siapa Yang Tidak Inginkan Tidur Nyenyak?

Siapa yang tidak mendambakan tidur nyenyak?

Ya, tidur nyenyak memang “dicari” banyak orang ketika “gangguan” tidur merajalela dan membuat mereka “begadang’ semalaman

Namun untuk mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas bukanlah hal yang mudah.

Lagipula, pertanyaan-pertanyaan seperti “berapa lamakah waktu tidur yang baik” dan “kapan waktu untuk tidur yang tepat” memiliki jawaban yang bervariasi dan membingungkan.

Sekelompok peneliti dari National Sleep Foundation menyadari kebingungan ini.

Mereka pun mempelajari ratusan  studi yang berkaitan dengan tidur untuk menemukan apa yang sebenarnya dimaksud dengan tidur yang berkualitas.

Maurice Ohayon, MD, DSc, PhD, Direktur dari Stanford Sleep Epidemiology Research Center mengatakan, sebelumnya kita telah mendefinisikan bahwa tidur yang sukses adalah tidur yang tidak menyebabkan hasil negatif atau membuat kita merasa kurang puas.

Namun, menurut studi terbaru ini, ternyata tidur yang baik lebih kompleks dari penjelasan tersebut dan tidak mengharuskan Anda untuk melakukannya selama delapan jam berturut-turut.

Dan tentu saja Anda butuhkan bagaimana untuk tidur nyenyak dan berkualitas itu bisa diwujudkan.

Paling tidak ada langkah yang bisa dijadikan panduan.

Dan panduan itu itu, misalnya, Anda butuh waktu setengah jam atau kurang untuk tertidur

Anda tidak terbangun lebih dari sekali dalam semalam dan jika sempat terbangun, Anda bisa kembali tidur dalam waktu dua puluh menit

Dan tidur Anda setidaknya delapan puluh lima persen dari waktu yang dihabiskan di tempat tidur

Sebenarnya, fungsi dari tidur malam yang berkualitas tidak sekadar untuk mengembalikan stamina dan energi, tapi juga efektif dalam membangun kontrol atau kendali diri yang baik.

Sebuah studi menunjukkan bahwa kurang tidur merupakan refleksi dari kontrol diri yang buruk.

Selain itu, studi juga mengatakan, insomia merupakan efek samping dari kebiasaan seseorang yang tidak mampu menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat.

“Kontrol diri berdampak pada kemampuan mengambil keputusan. Saat Anda berhadapan dengan masalah yang kompleks, salah satu cara mengatasinya adalah kepiawaian dalam mengontrol emosi,” papar June Pilcher dari Clemson University di Amerika Serikat.

Energi yang stabil, kata Pilcher, datang dari pola tidur yang baik yang berpengaruh pada kemampuan Anda dalam membentengi diri agar tidak terlibat masalah dalam hidup.

Pilcher menambahkan bahwa buruknya kualitas tidur juga dipengaruhi oleh pikiran.

Mereka yang memiliki kebiasaan berjudi, ketergantungan narkoba, dan belanja impulsif bisa berdampak pada kualitas tidur.

Pada sebuah artikel dalam jurnal Obesity menuturkan bahwa kurang tidur tidak hanya berpengaruh pada kontrol diri, tapi juga merusak diet dan membuat berat badan terus bertambah.

Untuk Anda tahu pula, mereka yang memiliki sifat perfeksionis biasanya mengalami sulit tidur

Setidaknya begitulah kesimpulan Janet Kennedy, PhD., Sleep Specialits, yang dikutip situs mode Elle.

Seseorang yang memiliki karakter perfeksionis, tanpa disadari, menuntut kesempurnaan tidur malam dengan memiliki sejumlah standar mengenai kualitas tidur terbaik.

Ternyata, beban standar terbaik itu membuat mereka semakin sukar pulas di waktu malam.

Sebenarnya, pikiran-pikiran seperti apa sih yang membuat para perfeksionis tidak bisa terlelap di malam hari.

Normalnya, tidur malam yang disarankan oleh para pakar medis adalah selama delapan jam setiap hari.

Para perfeksionis memahami bahwa delapan jam merupakan waktu tidur terbaik, maka mereka pun menuntut diri untuk bisa memenuhi standar tersebut.

Menurut Kennedy, kapasitas dan jenis istirahat yang dibutuhkan setiap orang berbeda-beda, tergantung dari aktivitas harian masing-masing orang.

Jadi, meskipun sejumlah studi menyatakan bahwa tidur terbaik adalah tujuh atau delapan jam per hari, belum tentu standar itu cocok untuk tubuh Anda.

Nah, beban memenuhi waktu standar tidur inilah yang membuat perfeksionis susah tidur.

Sebenarnya, kata Kennedy, jika aktivitas Anda di siang hari tidak terlalu melelahkan, waktu istirahat Anda cukup, dan asupan makanan juga baik, maka tubuh pun akan dengan sendiri mengatur masa tidur sesuai kebutuhan.

Intinya, jangan memaksakan  diri untuk tidur. Sebab, tuntutan itulah yang akhirnya membuat Anda terjaga sepanjang malam.

Hal lain yang sering menyiksa pikiran para perfeksionis adalah kekesalan karena terbangun tengah malam.

Padahal, menurut Kennedy, hal tersebut normal.

Namun, para perfeksionis menanggapinya terlalu serius sehingga rasa kecewa pada diri sendiri karena terbangun di tengah malam membuat mereka susah untuk kembali tidur.

Tidak ada orang yang senang dengan rasa letih berlebihan dan merasakan lemas sepanjang hari. Namun, kondisi yang demikian tidak melulu dikarenakan kurangnya tidur malam.

Bisa jadi penyebabnya adalah kadar gula yang fluktuatif, stres, dan cuaca.

Oleh karena itu jangan terlalu menyiksa pikiran bahwa stamina menurun karena tidur malam yang tidak maksimal.

Exit mobile version