MAHARANI Suciyono, gadis cantik yang menghebohkan usai penangkapan mantan Presiden Partai keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishak, Selasa malam, keluar dari tempat“persembunyian” dan menegaskan dalam keterangan pers yang menghebohkan, bahwa ia tidak bersama Ahmad Fathanah di kamar Hotel Le Meridien ketika diciduk KPK.
Mengenakan kerudung merah jambu, yang tidak seluruhnya menutup gerai rambutnya, gadis berparas elok, mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta itu, mengatakan, ia ketika KPK menjemput Ahmad Fathanah sedang berada di lobi hotel. Tepatnya disebuah “café” hotel. “Saya diajak oleh petugas KPK untuk ikut ke kantornya ketika sedang berada di lobi. . Tidak seperti yang diberitakan, di kamar bersama seseorang,” katanya dengan wajah sendu dibawah todong pertanyaan yang bertubi-tubi dari wartawan.
Belum genap dua belas jam bantahan Maharni tentang keberadaannya, Rabu pagi, para staf hotel mewah itu membantah secara bersamaan keterangan Maharani Suciyono soal lokasi penangkapan. Dia bersama dengan Ahmad Fathanah di kamar hotel ketika ditangkap,” kata seorang petugas security. Bahkan seorang “room boy” yang ikut mengantar tim KPK membenarkan bahwa Maharani berada di kamar dengan teman lelakinya, yang kemudian diketahui bernama, Ahmad Fathanah, orang dekat Presiden PKS.
Maharani yang tetap ngotot, ketika wartawan mencecarnya dengan pertanyaan tentang tempat keberadaannya, kukuh mengakui berada di salah satu kafe yang ada di hotel bintang empat tersebut. Namun begitu, seorang satpam mengatakan, “Saya lihat melihat mereka turun bersama. Minta dipanggil namanya Din, sang satpam Le Meridien itu dengan tegas mengatakan, ada sekitar 20 orang lebih, termasuk seorang bperempuan cantik yang turun menuju tempat parkir B2 sektor P2 .
Sebelum memasuki mobil, rombongan itu sempat berhenti sejenak dan seperti berunding. Penasaran Din mendatangi mereka dan menanyakan ada apa. “Salah seorang pria berkata, kami dari KPK,” katanya.
Din tidak berani bertanya banyak karena mereka terlihat sangat serius. Sekitar pukul 20.00 WIB, mereka meninggalkan tempat parkir. Belakangan Din baru tahu lewat media bahwa ada penangkapan.
Dari rekannya sesama satpam, Din baru tahu ada penggrebekan di salah satu kamar. “Saya lihat mereka bawa cewek juga yang ditangkap,” katanya.
Keterangan ini diperkuat oleh petugas salah satu kafe yang ada di hotel ini. “Tidak ada penangkapan di kafe,” kata salah seorang pelayan kafe yang minta namanya tidak ditulis.
Di Hotel Le Meridien ada dua buah kafe yakni La Brasserie dan Rendes-Veus. Selain itu ada sebuah klub bernama 30. Semua petugas di kafe-kafe itu memastikan bahwa penangkapan terjadi di salah satu kamar.
“Saya lihat beberapa orang turun ke lobi dari atas dan langsung ke tempat parkir,” kata petugas tersebut. Saat penangkapan berlangsung, kondisi lobi ramai. “Sempat menarik perhatian,” katanya.
Maharani dan Ahmad Fathanah ditangkap petugas KPK pada Selasa 29 Januari 2013 malam. Ahmad ditangkap tangan setelah baru saja menerima uang suap sebesar Rp 1 miliar dari PT Indoguna Utama. Sedangkan Maharani ditangkap karena menerima uang sebesar Rp 10 juta dari Ahmad.
Belakangan Maharani dibebaskan karena tidak terkait langsung dengan suap impor daging Maharani, mahasiswi salah satu universitas swasta di Jakarta yang sempat ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi terkait kasus dugaan suap kuota impor daging sapi yang melibatkan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera, akhirnya muncul ke publik. Di depan sorot kamera para juru warta, Maharani meminta maaf.”Rani minta maaf karena peristiwa ini telah mengganggu psikologis ibu. Rani juga minta maaf pada kampus karena sudah merusak nama baik kampus. Minta maaf juga pada seluruh rakyat Indonesia, khususnya kaum perempuan,” kata Maharani dalam konferensi pers di salah satu hotel di Jakarta, Selasa (5/2/2013) malam. Remaja 19 tahun tersebut hadir di hadapan media didampingi ayah dan kuasa hukumnya.
Sementara itu, kuasa hukum Maharani, Wisnu Wardana, mengatakan, kliennya tidak memiliki sangkut paut dengan kasus korupsi yang mendera pucuk pimpinan partai berlambang bulan sabit kembar dan padi tersebut. Menurutnya, Maharani menjadi korban karena berada di tempat dan waktu yang salah.
Wisnu menjelaskan, terseretnya Maharani dalam kasus ini bermula saat kliennya itu tengah jalan bersama kawan-kawannya di sebuah kafe pusat perbelanjaan di Senayan, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2013) malam. Saat itu seorang pramuniaga kafe menghampiri Maharani sambil membawa secarik kertas bertuliskan nomor telepon seseorang yang belakangan diketahui bernama Ahmad Fathanah (AF).
“Saat itu, AF sudah enggak ada di lokasi. Pelayan itu bilang buat Rani. Rani sendiri enggak tahu yang namanya AF yang mana,” ujar Wisnu. Menurut Wisnu, karena keramahannya, Maharani lantas mengontak nomor telepon yang ada di secarik kertas tersebut melalui pesan singkat.
Dalam komunikasi itu Fathanah mengajak Maharani berkenalan dan bertemu di sebuah tempat yang disepakati, yakni Hotel Le Meridien, pada keesokan harinya, Selasa (29/1/2013) petang. Maharani setuju. Sesampainya di lobi hotel pada Selasa petang, Fathanah mengajak Maharani makan malam di kafe hotel. Mereka berkenalan. Fathanah mengaku sebagai pengusaha.
Setelah sekitar satu jam berbincang-bincang, Fathanah mengeluarkan uang sebesar Rp 10 juta dan diberikan kepada Maharani. Menurut Wisnu, uang itu disebut Fathanah sebagai uang perkenalan. Meski sempat ragu, Maharani menerima uang itu.
“Rani enggak tahu jumlah uang itu berapa dan ia juga sempat menanyakan apakah itu uang palsu atau bukan. Akhirnya diterima,” lanjut dia.
Menurut Wisnu, Maharani mengaku kepadanya bahwa menerima uang dari Ahmad Fathanah merupakan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Terbukti, satu jam setelah pertemuan dengan Fathanah, petugas KPK datang menyergap. Karena uang tersebut, nama Maharani akhirnya terseret dalam kasus suap-menyuap terkait impor daging sapi yang melibatkan pucuk pimpinan PKS tersebut.
Maharani berharap publik dapat memaafkan dan mengerti keberadaannya dalam kasus itu. Selanjutnya, ia ingin melanjutkan kehidupannya.
Skandal dugaan suap kuota impor daging sapi terungkap setelah KPK menangkap Ahmad Fathanah dan Maharani di Hotel Le Meredien pada Selasa malam. Dari tangan Fathanah, KPK menyita uang tunai sejumlah Rp 1 miliar yang disimpan dalam kantong plastik dan koper. Maharani juga kedapatan menerima uang Rp 10 juta dari Fathanah. Maharani kemudian mengembalikan uang itu.
Dalam pengembangan penyidikan kasus ini, KPK lalu menetapkan empat tersangka, yaitu mantan Presiden PKS Lutfhi Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah yang disebut-sebut sebagai teman dekat Luthfi, Arya Abdi Effendi, dan Juard Effendi. Arya dan Juard adalah direktur PT Indoguna, perusahaan yang berperan mengimpor daging sapi. Luthfi dan Ahmad Fathanah diduga menerima suap terkait kebijakan impor sapi dari dua direktur PT Indoguna tersebut.