Untuk kesekian kalinya, para pengamat media menyuarakan datangnya hari kematian total bagi media cetak. Secara riel, media cetak, dengan perkembangan yang begitu cepat media digital, memang sudah bertumbangan.
Yang spektakuler dari tumbangnya media cetak, terutama majalah, adalah tutupnya majalah berita mingguan “Newsweek” dan beralihnya kepemilikan “The Washington Post,” karena dirundung rugi akibat penurunan pendapatan iklan dan mahalnya ongkos sirkulasi.
Tumbangnya “Newsweek,” dan “Washington Post” merupakan lanjutan dari tutupnya media cetak ternama seperti “Boston Globe” serta “The Christian,” untuk menyebut dua nama media cetak prestisius lainnya.
Suara terbaru tentang “kematian” media cetak datang Eric Schmidt, Executive Chairman Google. Dengan sangat antusias ia mengatakan, tidak melihat adanya masa depan untuk majalah versi fisik atau cetak. Menurut prediksinya, majalah akan segera tergantikan dengan perangkat tablet.
Prediksi perihal majalah diungkapkan oleh Schmidt saat berbicara pada konferensi Magazine Publishers Association. Saat itu, Schmdit banyak membahas mengenai masa depan dunia mobile dan bagaimana majalah dapat memanfaatkannya. Dalam pembahasan tersebut, ia cukup yakin masa depan majalah tidak akan lagi ada di dunia cetak, tetapi dalam tablet.
Prediksi Schmidt tersebut bukannya tanpa alasan. Menurutnya, tablet memiliki banyak fungsi yang tidak dimiliki oleh majalah fisik.
“Tablet saat ini lebih populer dibandingkan PC. Anda bisa membaca di produk ini, tablet mengetahui di mana Anda berada, dan memiliki akselerometer. Semua hal tersebut merupakan hal yang bisa dilakukan publisher pada tablet yang tidak bisa dilakukan di majalah cetak,” kata Schmidt, seperti dikutip dari Mashable.
Schmidt juga memprediksi, dalam lima tahun ke depan akan ada sebuah produk dengan desain mirip dengan tablet, memiliki kinerja yang tinggi, dan akan menggantikan media tradisional. Tablet tersebut akan memiliki aplikasi yang mengesankan, termasuk aplikasi majalah, yang akan mengambil keuntungan dari kegiatan sosial dan lokasi pengguna. Aplikasi tersebut juga akan menambahkan pengalaman interaktif.
“Ini seharusnya menjadi hal yang positif bagi publisher,” ujar Schmidt.
Penggunaan tablet juga diprediksi membantu pihak penerbit majalah dari segi dunia iklan.
“Dalam dunia periklanan online, sinyal lokasi mengizinkan Anda untuk memperbanyak target iklan dibandingkan iklan cetak saat ini. Lebih banyak target yang ada, akan lebih banyak pembaca yang mengklik, dan akan lebih banyak pengiklan yang menaikkan harga iklan,” tambahnya.
Tanda-tanda “kematian” majalah cetak seperti yang diramalkan Schmidt sebenarnya telah terlihat beberapa tahun belakangan terjadi.
Beberapa majalah besar telah memutuskan menghentikan edisi cetaknya. Salah satunya adalah Newsweek. Setelah melayani pembacanya selama delapan dekade, majalah bergengsi dunia tersebut mengumumkan berhenti terbit dalam bentuk cetak dan beralih ke edisi digital pada akhir tahun 2012.
Perkembangan teknologi internet kian menggeser eksistensi media dalam bentuk cetak.
Kini giliran ensiklopedia berbahasa Inggris tertua di dunia berumur 244 tahun, yang memutuskan untuk meninggalkan versi cetak, untuk sepenuhnya beralih ke versi digital.
Adalah Encyclopaedia Brittanica, yang pertama kali diterbitkan di Edinburgh, Skotlandia pada 1768. Setelah mencapai volume 32, Encyclopaedia Brittanica akan menerbitkan produknya dalam versi digital, berupa aplikasi dan online.
Encyclopaedia Brittanica adalah salah satu perusahaan yang benar-benar merasakan dampak penuh dari teknologi. Sekitar dua puluh tahun lalu, kami telah beradaptasi untuk itu, meskipun sangat sulit sekali,” kata Jorge Cauz, Presiden Encyclopaedia Brittanica Inc, seperti dikutip dari Reuters.
Brittanica mulai melirik penerbitan digital pada tahun 1970, lalu baru menerbitkan versi komputer pada 1981.
Cauz merasa perlu melakukan perubahan untuk fokus hanya pada ensiklopedia digital dan alat pendidikan.
“Perusahaan telah berubah dari yang awalnya penyedia referensi, menjadi penyedia solusi pembelajaran,” kata Cauz.
Versi online ensiklopedia yang pertama kali diterbitkan pada 1994 hanya menyumbang lima belas persen dari pendapatan Britannica. Sedangkan delapan puluh lima lainnya didapat dari penjualan produk pendidikan, alat pembelajaran online, produk kurikulum, dan lainnya.