Hazem el-Beblawi, tokoh Partai Nour yang beraliran Salafi dan pernah menjadi koalisi Ikhwanul Muslimin dipilih sebagai Perdana Menteri Mesir sementara untuk melanjutkan “peta jalan demokrasi” dengan tugas mempercepat proses pemilihan umum .
Beblawi yang sebelumnya menjabat sebagai menteri keuangan pemerintahan revolusioner pertama Mesir di bawah mantan Perdana Menteri Essam Sharaf, memiliki pengalaman luar biasa dalam berurusan dengan sekutu-sekutu Barat dan paham betul tentang masalah-masalah ekonomi.
Tokoh lainnya yang duduk di pemerintahan adalah Mohammed ElBaradei, pimpinan partai liberal Mesir, yang ditunjuk sebagai wakil presiden untuk urusan luar negeri.
Penunjukkan Beblawi dianggap sebagai penerimaan pemerintahan sementara terhadap partai Islamis, Partai Nour. Beblawi yang dikenal sebagai tokoh dari partai yang sempat menjadi sekutu dari mantan Presiden Mohammad Morsi dan Ikhwanul Muslimin ini.
Terpilihnya Beblawi menunjukkan penerimaan pemerintah terhadap kelompok Islamis dalam pemerintahan mereka. Pemerintahan transisi juga akan menunjuk seorang menteri dari kelompok Ikhwanul Muslimin, untuk membantu perkembangan Mesir.
Tetapi Ikhwanul Muslimin menolak penunjukkan Hazem el-Beblawi sebagai Perdana Menteri Mesir. Juru Bicara Ikhwanul Muslimin Gehad el-Haddad menilai sosok Beblawi masih lekat dengan elit tradisional Mesir, yang anti terhadap kelompok Islamis.
El-Haddad juga menegaskan kembali penolakan kelompoknya atas rencana pemilu dalam enam bulan mendatang. Menurutnya, kekuasaan mantan Presiden Mohammad Morsi dilengserkan oleh kudeta dan pemerintahan interim saat ini adalah pemerintah yang tidak terlegitimasi.
Sementara itu, ribuan pendukung presiden terguling Mohammad Morsi ikut serta dalam apa yang disebut sebagai “demonstrasi bagi para syuhada” – yaitu pemakaman simbolis para korban penembakan di dekat kompleks militer hari Senin.
Para aktivis memimpin demonstrasi di Masjid Rouba Adawiya Kairo sambil meneriakkan slogan-slogan menentang militer Mesir dan menuntut dikembalikan posisi Morsi. Kerumunan pendukung Morsi tampak menyusut dibanding hari-hari sebelumnya, meskipun tenda-tenda telah dibangun untuk melanjutkan aksi duduk.
Para penentang Morsi di Lapangan Tahrir Kairo juga telah berkurang, ketika banyak warga Mesir kembali ke rumah untuk sahur, menjelang puasa di bulan Ramadhan yang dimulai hari Rabu.
Presiden sementara Mesir Adly Mansour menyerukan kedua pihak untuk menahan diri dan diadakannya penyelidikan independen terhadap aksi kekerasan tersebut.
Hari Senin ia juga mengeluarkan sebuah dekrit dengan mengatakan referendum akan dilangsungkan dalam waktu lima bulan untuk meratifikasi amademen konstitusi Mesir.Tetapi pendukung Morsi di jalan-jalan hari Selasa menolak dekrit presiden sementara itu.
Adly Mansour mengatakan pemilu parlemen akan dilangsungkan dalam dua bulan dan begitu majelis bersidang maka tanggal pelaksanaan pemilu presiden akan ditentukan. Tetapi pendukung Morsi mengatakan mereka telah punya seorang presiden yaitu Mohammad Morsi.
Situasi politik Mesir masih tegang hampir seminggu setelah militer menangguhkan konstitusi yang dirancang pihak Islamis dan menggulingkan Morsi setelah demonstrasi masal menentang pemerintahannya.
Ikhwanul Muslimin dan militer terus saling menyalahkan atas kekerasan hari Senin yang menewaskan sekurangnya 51 orang. Ikhwanul Muslimin mengatakan militer melepaskan tembakan ke arah pendukung Mursi sementara pihak militer mengatakan tentara menembak hanya setelah ditembaki teroris yang hendak menerobos masuk ke markas militer di Kairo.