Perang Gaza yang berlangsung selama satu bulan,dengan masa jeda dua kali gencatan senjata, hari ini, Selasa, 19 Agustus 2014, kembali memasuki jeda ketiga setelah Hamas dan Israel menyepakati masa tenang selama dua puluh empat jam kedepan.
Keduanya, seperti diberitakan “BBC News” sudah mengalami kelelahan dan masih mencari titik temu untuk mengupayakan gencatan senjata permanen. Keduanya bertemu di Kairo, Mesir, di bawah pantauan PBB, Liga Arab dan Uni Europa.
Gencatan senjata terbaru ini, tulis “BBC News” adalah masa perpanjang selama 24 jam setelah perundingan berlangsung di Kairo, Mesir, ujar sejumlah pejabat Palestina dan Israel.
Gencatan senjata sebelumnya diterapkan pada Rabu, 13 Agustus 2014 lalu dan rampung Senin 18 Agustus 2014 tengah malam waktu setempat.
Melalui perpanjangan masa gencatan senjata, delegasi Palestina dan Israel akan bisa meneruskan negosiasi untuk gencatan senjata permanen.
Dalam perundingan di Kairo, juru runding Palestina, Qais Abdul Karim, mengatakan pihak Israel menginginkan jaminan bahwa milisi Hamas dan faksi-faksi lainnya di Gaza akan dilucuti.
Adapun pihak Palestina menghendaki pemerintah Israel dan Mesir membuka blokade terhadap Gaza tanpa syarat.
Sejauh ini, Hamas menegaskan tidak akan menyerahkan senjata mereka. Sedangkan Israel berkeras tidak membuka blokade Gaza sepenuhnya lantaran khawatir milisi Hamas akan memanfaatkan perbatasan yang terbuka untuk menyelundupkan senjata.
Israel juga mengaku risau Hamas akan kembali membangun jaringan terowongan apabila impor bahan bangunan ke Gaza dilonggarkan.
Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Timur Tengah, Robert Serry, menyatakan PBB siap mengawasi pengiriman bahan bangunan ke Gaza.
Menurutnya, impor bahan bangunan krusial lantaran kehancuran luar biasa di Gaza telah meningkatkan kebutuhan kemanusiaan ke taraf yang belum pernah ada sebelumnya.
Serry kemudian mengutip data yang menyebutkan sekitar 16.800 unit rumah di Gaza hancur sehingga berdampak kepada 100 ribu warga Palestina.
Lebih jauh, lebih dari 100 fasilitas milik Badan PBB untuk pengungsi Palestina telah rusak.
Sejak serangan Israel memulai serangan ke Gaza pada 8 Juli lalu, sedikitnya 2.016 orang Palestina dan 66 orang Israel tewas.
Kabar terkini dari Palestina, seperti ditulis “Middle East Monitor,” Presiden Mahmoud Abbas ) mengatakan Palestina ingin mengakhiri perang di Jalur Gaza serta mengakhiri pembunuhan orang Palestina oleh Israel dan penghancuran daerah kantung tersebut.
Abbas mengatakan pada awal pertemuan Organisasi Pembebasan Paletina yang diselenggarakan di kantornya di Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan, bahwa rakyat Palestina berpegang pada kesepakatan gencatan senjata dengan Israel yang digagas Mesir.
“Mesir bukan cuma penengah, tapi adalah satu pihak dan kami tidak akan membuat pihak ini netral, dan kami tidak akan pernah menerima pihak lain menggantikan Mesir,” kata Abbas sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.
Pada Sabtu pagi, Izzat Ar-Resheq, pemimpin senior gerakan perlawanan Hamas dan anggota tim Palestina untuk perundingan kesepakatan gencatan senjata dengan Israel, mengatakan dalam pernyataan pers bahwa Hamas menolak usul Mesir.
“Usul Mesir bagi kesepakatan gencatan senjata permanen dengan Israel ditolak. Apa yang ditawarkan dan diajukan kepada pihak Palestina sampai saat terakhir sebelum mereka meninggalkan Kairo tidak dan tidak akan pernah diterima,” kata Ar-Resheq.
Ia menambahkan delegasi Palestina kembali menyampaikan penolakan pada setiap usul yang tidak memenuhi tuntutan Palestina.
Ismail Radwan, seorang pemimpin senior Hamas di Jalur Gaza, mengkonfirmasi kepada mingguan Hamas, Ar-Resalah, bahwa Hamas menolak usul Mesir untuk menunda debat dan pembicaraan mengenai pembangunan pelabuhan dan bandar udara di Jalur Gaza.
Sementara itu Berita terbaru dari perang Israel vs Palestina mengatakan bahwa Uni Eropa Jumat mengatakan pihaknya bersedia untuk mengaktifkan kembali misi Uni Eropa di Perbatasan Mesir-Gaza untuk membantu menstabilkan kantung Palestina setelah berpekan-pekan perang.
Pada pembicaraan di Brussels, para menteri luar negeri mewakili dua puluh delapan negara Uni Eropa menyambut gencatan senjata di Gaza dan mengatakan mereka akan meluncurkan Misi Bantuan Perbatasan Uni Eropa untuk titik penyeberangan Rafah dan mungkin memperluas jangkauannya.
“Uni Eropa siap mendukung kemungkinan mekanisme internasional yang disahkan oleh Dewan Keamanan PBB, termasuk melalui reaktivasi dan kemungkinan perpanjangan dalam lingkup dan mandat EUBAM Rafah,” kata satu pernyataan setelah pertemuan.
Namun, operasi dihentikan dua tahun kemudian ketika gerakan Hamas menguasai Jalur Gaza dan mengusir Barat yang mendukung Otoritas Palestina.
Untuk membantu mengaktifkan misi, para menteri luar negeri Uni Eropa mengatakan mereka juga didukung peluncuran program pelatihan untuk personel bea cukai dan kepolisian Otoritas Palestina untuk penugasan kembali di Gaza.
Mesir, yang tidak terlibat dalam kesepakatan perundingan 2005, telah berulang kali menutup perbatasan Rafah selama tahun lalu, secara signifikan meningkatkan tekanan pada warga Gaza, yang sudah menghadapi blokade darat dan laut yang diberlakukan oleh Israel.