Siapa yang bisa membantah bahwa serangan jantung itu tidak mematikan.
Ya, penyakit jantung menjadi penyebab kematian terbesar di banyak negara.
Namun begitu, masih ada orang yang berhasil selamat dari serangan jantung.
Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke otot jantung tersumbat sehingga jaringan otot jantung tidak mendapat oksigen dan akhirnya rusak.
Pada kasus serangan jantung yang berakhir kematian dengan cepat, kerusakan pada otot jantung sangat parah dan terjadi pada sebagian besar otot sehingga terjadi gangguan irama jantung dan akhirnya mematikan jantung.
“Irama jantung yang tidak teratur akibat kekurangan oksigen dimulai dari bagian dasar jantung, dan berakibat tidak cukup untuk mengalirkan darah. Saat ini terjadi, jantung menjadi sangat menggelepar,” kata Dr Suzanne Steinbaum, ahli penyakit jantung dari New York.
Irama jantung yang tidak teratur itu akan membuat darah berhenti bersirkulasi. Kondisi tersebut dengan cepat membuat jantung berhenti bekerja.
Walau begitu, serangan jantung tidak selalu membunuh dengan instan. Ada kemungkinan kerusakan pada otot jantung tidak memicu gangguan irama jantung sampai beberapa saat kemudian.
Kematian dalam serangan jantung juga bisa tak terkait dengan irama jantung. Otot jantung mengalami kerusakan karena kekurangan oksigen dan jantung tidak lagi memompa darah dengan cukup, hingga akhirnya berhenti.
“Pada kematian yang terjadi dengan cepat sesaat setelah serangan jantung, sumbatannya biasanya sangat besar sehingga kerusakan pada otot jantung juga luas,” kata Steinbaum.
Jika jaringan otot jantung yang rusak masih dalam wilayah kecil dan sistem listrik yang mengendalikan jantung tidak terganggu, maka kemungkinan besar orang yang mengalaminya masih bisa selamat.
Makin cepat pasien dibawa ke rumah sakit, makin banyak yang bisa dilakukan untuk membatasi kerusakan otot jantung.
Sebagian besar serangan jantung merupakan hasil dari pecahnya plak di pembuluh darah.
Plak itu berasal dari timbunan Kolesterol dan sel inflamasi yang terbentuk di dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyumbatan.
Jika plak itu pecah, tubuh akan mengirim platelet untuk memperbaikinya, yang justru membuat sumbatan total dan darah tidak bisa mengalir ke jantung.
Melakukan kegiatan olahraga, yang akan membuat denyut jantung dan tekanan darah meningkat, juga dapat memicu pecahnya plak.
Walau begitu, bukan berarti kita tidak boleh berolahraga.
“Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum memulai program olahraga. Saat kita berolahraga, kebutuhan tubuh akan oksigen meningkat, dan jika sudah ada sumbatan dalam pembuluh darah kita, bisa terjadi kekurangan oksigen dan menyebabkan gejala serangan jantung,” papar Steinbaum.
Penyakit jantung pada dasarnya bisa dicegah.
Serangan jantung pada umumnya dialami oleh mereka yang mempunyai faktor risiko berupa tekanan darah tinggi, kadar Kolesterol tinggi, dan gaya hidup kurang bergerak.
Pada pria, risiko mengalami serangan jantung juga lebih besar di atas usia lima puluh lima tahun.
Dan bila serangan jantung datang, ada beberapa pertolongan pertama yang bisa dilakukan.
Saat terjadi serangan jantung harus mengondisikan diri untuk lebih tenang. Kemudian, jangan terlalu banyak aktivitas saat terjadi serangan, termasuk makan dan minum.
Tiduran saja dengan setengah duduk. Aktivitasnya dikurangi jangan sampai jantung yang lagi terkena serangan ini jadi tidak baik.
Banyak minum saat serangan jantung juga dikhawatirkan bisa menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru. Sebab, minum akan meningkatkan volume darah.
Serangan jantung mempunyai sifat darah tinggi. Darah masuk ke jantung enggak bisa, jadi tertahan di paru-paru. Bisa kebanjiran di paru-paru dan itu sesak sekal.
Lalu, bagaimana dengan batuk-batuk?
Banyak orang beranggapan batuk-batuk dapat dilakukan untuk membantu mengatasi serangan jantung.
Batuk-batuk itu justru membuat tubuh lebih banyak bergerak.
Sekitar lima puluh persen pasien serangan jantung tak terselamatkan nyawanya.
Untuk itu, pertolongan pertama serangan jantung harus dilakukan sebelum dua belas jam.
Lebih cepat ditolong, kemungkinan untuk selamat lebih besar.
Lantas mucul pertanyaan, apakah serangan jantung bisa datang saat seseorang tidur?
Serangan jantung memang bisa terjadi secara mendadak, termasuk saat tidur.
Serangan jantung bisa saat tidur, terutama dini hari, karena dini hari menjelang bangun itu tensi naik meningkat. Itu menyebabkan kemudahan serangan jantung
Serangan jantung terjadi karena tersumbatnya aliran darah koroner atau pembuluh darah yang memberi makan otot jantung.
Penyumbatan bisa terjadi karena ada penumpukan lemak dan terbentuknya plak di pembuluh darah koroner.
Jika kematian mendadak terjadi saat tidur, perlu diautopsi untuk memastikan apakah benar terjadi serangan jantung karena pembuluh darah koroner tersumbat.
Kematian mendadak lainnya bisa jadi karena adanya gangguan irama jantung.
Serangan jantung umumnya menimbulkan gejala nyeri di dada yang bisa menjalar hingga ke leher dan lengan..