Anda perlu tahu dampak kelebihan lemak terhadap otak.
Lantas, apa dampaknya.
Sebuah studi terbaru mengungkapkan kelebihan lemak bisa bikin kemampuan otak menyusut.
Tahu alasannya?
Lemak bisa membuat otak jadi lebih cepat tua dari usia sesungguhnya.
Studi ini, yang dipublikasikan dalam Neurobiology of Aging, Selasa, 11 Oktober 2016, menyebutkan, makin banyak lemak di perut maka makin tua usia otak dari yang seharusnya.
Penelitian yang melibatkan lebih dari lima ratus orang dewasa ini menunjukkan bahwa partisipan yang tergolong obesitas memiliki lebih sedikit white matter atau materi putih otak .
Patokan obesitas yang digunakan para peneliti adalah skala Body Mass Index.
Partisipan dengan BMI di atas 25 dikategorikan obesitas oleh para peneliti.
White matter sendiri adalah jaringan penghubung di otak. Jaringan ini yang mengatur jalur komunikasi dan pengiriman sinyal dalam otak. Jaringan ini juga yang bertanggungjawab atas memori atau ingatan seseorang.
White matter merupakan bagian otak yang terus berkembang.
Saat seseorang mencapai usia empat puluh tahun, biasanya fungsi white matter mulai mengalami penurunan.
Tak heran jika gangguan ingatan terjadi pada usia lanjut.
“Seiring usia, fungsi white matter akan menurun secara alami. Tapi obesitas mampu mempercepat penurunan fungsi tersebut. Faktanya, partisipan yang mengalami obesitas memiliki usia otak lebih tua sepuluh tahun dari seharusnya,” ujar Lisa Ronan, Ph. D selaku ketua tim peneliti dari Universitas of Cambridge di Inggris.
Penjelasan yang masuk akal, lanjut Lisa, jaringan lemak yang terlalu banyak membuat tubuh menghasilkan protein penyebab radang yang disebut sitokin. Protein sitokin ini mampu merusak otak.
Sebelumnya telah ada penelitian mengenai obesitas dan kinerja otak. Hasilnya, lemak disebut dapat meningkatkan risiko demensia atau gangguan ingatan.
“Tak ada salahnya untuk mulai mengurangi lemak dalam tubuh Anda saat ini juga. Apalagi ada penelitian yang menyebut kalau berat badan yang normal turut meningkatkan kinerja otak,” imbuh Lisa.
Selain mengurangi lemak Anda juga memerlukan olahraga lari rutin setiap hari.
Lari tak hanya bagus untuk membuat perut lebih langsing tapi juga bagus untuk memelihara kecerdasan.
Menurut studi yang baru diterbitkan di jurnal ilmiah Cell Metabolism, lari juga membuat otak berfungsi dan menyimpan informasi lebih baik.
Pada dasarnya, ketika kita lari, otot-otot berkontraksi dan memompa sekumpulan zat yang di antaranya terdiri dari protein ke aliran darah.
Beberapa protein ini akhirnya juga mengalir ke otak.
Satu protein khusus yang disebut cathepsin B dipompa keluar dan beredar ke seluruh tubuh ketika kita lari.
Zat ini disebut sejenis protein superhero, karena tidak hanya membantu otot-otot untuk memulihkan diri, tetapi juga mempercepat memori serta pembelajaran di otak.
Menurut para periset, semakin kita berlatih lari dengan serius, semakin banyak cathepsin B yang dihasilkan.
Bagaimana? Jadi tertarik ikut latihan lari? Bila belum pernah lari, ada baiknya konsultasikan ke dokter terlebih dahulu. Bila berat badan terlampau berlebihan, jangan memaksakan berlari karena akan membebani lutut.
Mulai lari sesuai kemampuan, jangan memaksakan diri.
Selain itu, sebuah penelitian lain tentang fungsi otak yang dilakukan oleh para ilmuwan dari University of Alabama menunjukkan, orang-orang cenderung makan lebih banyak setelah melakukan tugas-tugas yang memerlukan kinerja otak, seperti menjalani tes atau menghadapi deadline pekerjaan.
Ilmuwan mencatat, aktivitas mental juga membutuhkan energi, dan otak juga akan meminta energi untuk diisi ulang dengan cara mengirimkan sinyal lapar.
Jika hari-hari Anda kerap dipenuhi aktivitas mental yang membuat otak bekerja keras, bisa jadi nafsu makan Anda meningkat drastis.
Namun, ilmuwan juga memiliki cara agar rasa lapar yang terus datang tak berakhir dengan kenaikan berat badan.
Studi menunjukkan, bahwa olahraga di tengah aktivitas mental dapat membuat nafsu makan Anda turun walau harus “menguras” otak.
Para ilmuwan tidak sepenuhnya yakin apa yang membuat nafsu makan bisa turun drastis, tetapi mereka menduga itu ada hubungannya dengan lonjakan kadar laktat dalam darah yang dipicu oleh olahraga.
Teorinya adalah, bahwa otak menggunakan laktat sebagai bahan bakar dan otak akan puas dengan cara itu, sehingga olahraga mampu membatasi dorongan untuk makan berlebihan.
“Laktat mungkin bisa mengisi ulang kebutuhan energi untuk otak yang lelah,” kata peneliti Gary Hunter.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Medical & Science in Science & Exercise, kelompok yang berolahraga mengasup dua ratus kalori lebih sedikit, ketimbang mereka yang hanya beristirahat setelah melakukan aktivitas mental yang menguras otak.