Jangan berdiet kala mananjak manula. Berdietlah kala mencapai usia matang. Usia matang itu bagi lelaki, ketika mereka measuki usia tiga puluhan. “Itulah usia yang paling tepat untuk berdiet,” tulis jurnal “helthnews.”
Sebagai sebuah kebutuhan diet merupakan tuntutan untuk mencapai berat tubuh ideal. Meskipun bisa dimulai kapan saja, menurut studi terbaru yang dimuat situs kesehatan itu, usia awal tiga puluh-an merupakan saat paling tepat untuk memulai diet.
Studi tersebut mengungkap, pada pria, usia paling optimal dalam berdiet adalah tiga puluh sat tahun, dan wanita tiga puluh dua tahun. Alasannya, pada usia ini, keduanya akan merasa butuh upaya untuk tetap sehat dan bugar seperti saat berusia dua puluhan-an.
Para peneliti mengatakan, berdasarkan hasil penelitian, orang cenderung sulit untuk mulai diet setelah usia itu. Ini karena mereka sudah tidak merasa resah dengan penampilannya yang menua menuju usia paruh baya.
Sementara pada usia dua puluhan-an, orang juga lebih sulit berdiet karena umumnya mereka masih lajang dan lebih gemar berpesta.
Studi ini menganalisis hasil survei dari pria dan wanita yang mengikuti program diet dari sebuah perusahaan suplemen makanan. Sebanyak 82 persen setuju bahwa usia awal tiga puluhan merupakan usia paling baik seseorang memulai diet. Pada usia tersebut pula, orang lebih mungkin untuk konsisten dengan rencana diet mereka.
Lebih dari sepertiga responden wanita mengatakan, usia tersebut adalah waktu terbaik untuk menjadi langsing.
Faktor lainnya yang menjadikan usia ini paling ideal bagi wanita untuk langsing adalah mereka cenderung baru menjadi ibu. Di Inggris, rata-rata wanita baru memiliki anak di atas usia 28 tahun. Kebanyakan dari responden mengatakan, mereka lebih mudah mengurangi berat badannya setelah melahirkan daripada sebelumnya.
Lee Smith, direktur pelaksana dari program diet tersebut, mengatakan, usia 30-an merupakan peristiwa besar bagi baik pria maupun wanita karena mereka akan merasakan keinginan untuk kembali muda. Untuk itulah, memulai diet pada usia ini merupakan keputusan yang tepat.
Nah, untuk menghindari diet yang terlalu ekstrem, pakar diet Cynthia Sass memaparkan lima ciri-cirinya.
Pertama terobsesi dengan skala. Menimbang berat badan merupakan sesuatu yang penting dan butuh dilakukan untuk mengontrol pengurangan berat badan saat diet. Namun seseorang juga perlu melihatnya dengan sudut pandang yang sehat.
Artinya, fluktuasi berat badan dari hari ke hari, bahkan jam ke jam adalah hal yang normal. Maka tidak perlu stres ketika berat badan yang tadinya sudah turun kembali meningkat meskipun tidak signifikan.
“Fluktuasi ini terjadi karena saat menimbang tidak hanya massa otot dan lemak saja yang terhitung, melainkan juga cairan, makanan dalam sistem pencernaan yang belum dicerna dan diserap, kotoran yang belum dibuang, serta glikogen atau bentuk penyimpanan karbohidrat dalam hati,” terang Sass.
Ketika tengah mencoba untuk makan lebih sehat dan mengurangi berat badan, seseorang mungkin tidak perlu memberi tahu itu pada setiap orang. Namun jika perasaan takut karena dianggap terlalu ketat oleh orang lain sudah menghinggapi, sebaiknya orang perlu waspada. Pasalnya bisa jadi kondisi tersebut adalah tanda-tanda dari diet terlalu keras.
Padahal menurut Sass, terlalu keras berdiet akan menimbulkan efek samping yang tidak sehat seperti kelelahan, mood yang tidak baik, mudah tersinggung, gangguan tidur, menurunnya sistem, imun, dan kelaparan yang terus menerus.
Saat berat badan berhasil turun mungkin akan memberikan rasa percaya diri bagi pelaku diet. Namun hal itu seharusnya tidak menjadi tolak ukur dari percaya diri secara keseluruhan. Jika sudah merasa depresi, mencaci maki diri sendiri ketika berat badan kembali meningkat karena pengaruh fluktuasi berat badan, maka diet mungkin sudah tidak sehat.
Memanfaatkan teknologi untuk mengontrol berat badan adalah hal yang baik. Namun pelaku diet perlu membenahi diri jika terus menerus berpikir terus soal apa yang dimakan dan khawatir berat badan akan bertambah dengan makan makanan tertentu, bahkan sampai mengganggu aktivitas lain.
Saat seseorang mengubah pola hidup menjadi lebih baik terkadang tidak diikuti dengan perubahan yang sama pada lingkungan di sekitarnya. Namun bukan berarti hal tersebut membuat jarak antara pelaku diet dengan keluarga dan teman-temannya.
Sass mengatakan, pola hidup sehat lebih nyaman jika dilakukan bersama-sama, maka daripada menjauhi keluarga dan teman-teman, sebaiknya tulari gaya hidup sehat pada mereka. Misalnya saat pergi ke restoran bersama-sama, pilihlah makanan sehat yang akan menginspirasi mereka.
sumber : foxnews dan dailymai